Ads 468x60px

Wednesday, May 22, 2013

History Pakuan Pajajaran

History Pakuan Padjadjaran


Pakuan Pajajaran atau Pakuan (Pakwan) atau Pajajaran adalah pusat pemerintahan Kerajaan Sunda, sebuah kerajaan yang selama beberapa abad (abad ke-7 hingga abad ke-16) pernah berdiri di wilayah barat pulau Jawa. Lokasi Pakuan Pajajaran berada di wilayah Bogor, Jawa Barat sekarang.

Kerajaan Pajajaran adalah sebuah kerajaan Hindu yang diperkirakan beribukota di Pakuan (Bogor) di Jawa Barat. Dalam naskah-naskah kunonusantara, kerajaan ini sering pula disebut dengan nama Negeri Sunda,Pasundan, atau berdasarkan nama ibukotanya yaitu Pakuan Pajajaran.Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam prasasti SanghyangTapak.

Sejarah kerajaan ini tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya di daerah Jawa Barat, yaitu Kerajaan Tarumanagara,Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, dan Kawali. Hal ini karenapemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut. Dari catatan-catatan sejarah yang ada, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai ibukota Pajajaran yaituPakuan. Mengenai raja-raja Kerajaan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan CaritaWaruga Guru.


Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:Prasasti Batu Tulis, Bogor Prasasti


Batutulis Prasasti Batutulis terletak di jalan Batutulis, Kelurahan Batutulis,Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.


Kompleks Prasasti Batutulis memiliki luas 17 x 15 meter. Batu Prasasti dan benda-benda lainpeninggalan kerajaan Sunda terdapat dalam komplek ini. Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dengan huruf Sunda Kuno.


Isi Prasasti: Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun,diwastu diya wingaran prebu guru dewatapranadi wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu hajj di pakwan pajajaranseri sang ratu dewatapun ya nu nyusuk na pakwandiva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) curahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarangya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyanlsa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawae(m) ban bumi


Terjemahan bebasnya kira-kira seperti ini : Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana,dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.


Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan.Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucuRahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang.


Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan,membuat undakan untuk hutan Samida membuat Sahiyang Telaga RenaMahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka "Panca Pandawa Mengemban Bumi"

Keterangan : Lokasi hutan samida ini konon yang sekarang dipakai sebagai Kebun Raya Bogor.^ Ini adalah sangkala yang artinya adalah 5 5 4 1 atau kalau dibalik adalah1455 Saka (1533 Masehi)Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi Prasasti Kawali, CiamisPrasasti Astana GedePrasasti Astana Gede atau Prasasti Kawali merujuk pada beberapa prasastiyang ditemukan di kawasan Kabuyutan Kawali, kabupaten Ciamis, JawaBarat, terutama pada prasasti "utama" yang bertulisan paling banyak (Prasasti Kawali I).


Adapun secara keseluruhan, terdapat enam prasasti.Kesemua prasasti ini menggunakan bahasa dan aksara Sunda (Kaganga).Meskipun tidak berisi candrasangkala, prasasti ini diperkirakan berasal dariparuh kedua abad ke-14 berdasarkan nama raja.Berdasarkan perbandingan dengan peninggalan sejarah lainnya seperti naskah Carita Parahyangan dan Pustaka Rajya Rajya di Bhumi Nusantara,dapat disimpulkan bahwa Prasasti Kawali I ini merupakan sakakala atautugu peringatan untuk mengenang kejayaan Prabu Niskala Wastu Kancana,penguasa Sunda yang bertahta di Kawali, putra Prabu Linggabuana yang gugur di Bubat.


Isi teks Teks di bagian muka:


nihan tapa kawa-li nu sang hyang mulia tapa bha-gya par ĕbu raja wastumangad ĕg di kuta ka-wali nu mahayuna kadatuansura wisesa nu marigi sa-kuliling dayĕh. nu najur sakaladesa aja manu panderi pak ĕnagawe ring hayu pak ĕn hebel jaya dina buana

Teks di bagian tepi tebal: hayua diponah-ponah hayua dicawuh-cawuhinya neker inya anggerinya ninycak inya rempag

Alih bahasa Teks di bagian muka:
Inilah jejak (tapak) (di) Kawali (dari) tapa beliau Yang Mulia Prabu RajaWastu (yang) mendirikan pertahanan (bertahta di) Kawali, yang telahmemperindah kedaton Surawisesa, yang membuat parit pertahanan di sekeliling wilayah kerajaan, yang memakmurkan seluruh pemukiman.

Kepada yang akan datang, hendaknya menerapkan keselamatan sebagai  landasan kemenangan hidup di dunia.Teks di bagian tepi tebal: Jangan dimusnahkan! Jangang semena-mena!Ia dihormati, ia tetap.Ia menginjak, ia roboh.Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, JakartaTaman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor.
Untuk lebih lengkapnya bisa ditelusuri di artikel History of Java part 3 berikut

Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke alamat email. Masukkan email anda ke kolom di bawah ini:

Disponsori oleh : blogrozran

Saya Sarankan Anda Baca Juga



0 comments :

Post a Comment