Waktu Orang-orang Sampit mengembara, mengungsi pindah ke daerah Nusa Kendheng Ngargapura, ikan Pesut ( nama ikan Lodhan di sungai Sampit yang jinak dengan manusia ) banyak yang ikut pindah bersama mereka, dan tinggal di laut teluk sisi tenggara Gunung Ngargapura, yang lalu menjadi Teluk Lodhan.
Pada masa itu pantai teluk Lodhan masih sepi dan belum banyak terjamah manusia, yang di tinggali burung laut, penyu, kura-kura, yang hendak bertelur. Kadangkala ada Jawi ( banteng Betina ) dari hutan di sekitar situ bersama anak-anaknya berjemur tiduran di atas pasir pantai, lama kelamaaan Jawi dan ikan Lodhan hidup berdampingan dengan rukun di pantai itu. Induk ikan Lodhan yang mau beranak tiap hari mendorong ganggang sangu yang tumbuh menyebar di laut di naikkan ke pantai sebagai makanan untuk Jawi yang sedang menyusui anaknya, menjadikan badanya terasa segar dan susunya keluar banyak. Giliran induk Pesut hendak melahirkan dia akan berenang telentang dan mengambang, lalu Duplong ( sebutan untuk bayi pesut) lahir bergerak - gerak bernafas di atas perut induknya, Duplong tadi setelah bisa berenang lalu naik ke pantai dengan mudahnya tidak tersangkut, untuk berjemur di pantai.Saat mencium aroma susu Jawi lalu bergerak-gerak mendekati induk Jawi terus tiduran mengendus-endus menyusu.Induk Jawi tidak kaget malah senang, menjilati Duplong yang masih lengket oleh air ketuban, setelah kenyang si Duplong lalu beringsut-ingsut kembali ke induknya yang menunggu di laut.
Orang Jawa Kraga kalau mencari makan tidak berani sampai Teluk Lodhan yang di tinggali Pesut dan Bantheng yang hidup rukun tadi, apalagi sampai berani mengganggu atau membunuh kedua hewan tadi. Orang Jawa takut dengan pesan leluhurnya : “Anak-putu Kraga aja nganti sing munasika Pesut lan Jawi kuwi, apa maneh nganti mateni.” Orang Jawa keturunan Orang Sampit selama 130 tahun juga sudah tersebar sampai pegunungan Ngargapura, tinggal berkelompok. Pada waktu itu Orang Jawa sudah punya binatang ternak seperti kambing, yang di ambil dari hutan, anak-anak kambing di jaga dan dipelihara benar-benar di ikat di tiang dipan, tinggal serumah dengan manusia. Setelah jadi kambing dewasa jinak sampai beranak pinak, lalu kambing-kambing tadi mulai dibuatkan kandang disediakan makanan dari rerumputan dan daun-daunan, siang malam dijaga anjing piarannya.
Orang Jawa dan ikan Lodhan,serta banteng sudah tinggal di bumi Ngargapura selama 130 tahun (tahun Jawa yakni Hwuning sudah tahun 130, tahun masehi belum ada), saat itu datang orang-orang pindahan dari Nusa Tempabesi mereka mendarat di Tanah Jawi pongol Lodhan laut Kening, kemudian mereka membuka lahan dan membuat desa sepanjang pesisir sebelah timur teluk Lodhan, desa tersebut diberi nama desa Sampung. Orang-orang pendatang itu sudah pandai membuat kapal-kapal besar, dasarnya cekung badan prahu terbuat dari kayu pung yang kuat direndam air asin,kalu jaman sekarang keturunan mereka pintar membuat perahu di desa Bulu,kecamatan Bulu kabupaten Tuban. Selain itu orang-orang tadi juga pandai bertukang kayu maupun tukang besi,Gemblak:tukang kuningan, Sayang:tukang tembaga, Undagi:tukang kayu, pandhe:tukang besi, Kundhi:tukang gerabah,dan Jlagra:tukang batu. Pekerjaan mereka tadi disebut Kabudayan Sampung.
Untuk perluasan daerah, mereka akhirnya nekad membuka lahan sampai di bumi teluk Lodhan. Orang dari Nusa Tempabesi itu mempunyai kepercayaan menyembah dewa matahari/api, dewa Laut/air, dewa angkasa/angin, dewa bumi/Naga Ijo. Orang-orang pribumi pantang makan daging banteng dan ikan Pesut, hal itu membuat mereka orang pendatang itu merasa bebas mencari ikan dan hewan buruan di situ. Hal itu menyebabkan hewan-hewan yang tadinya hidup tentram jadi terganggu dan kabur kemana-mana. Pesut dan Banteng kabur ke selatan menuju Nusa Kendheng Kidul yang hutanya masih sangat lebat belum terjamah manusia, lautnyapun dangkal banyak ikan-ikan kecil sehingga Ikan Pesut mudah memperoleh makanan. Gerombolan Banteng lainya ada yang terus ke tenggara lewat laut Supitan Kamput, terus naik ke hutan-hutan sekitar pegunungan Raung (sederetan sungai Brantas, waktu jaman Jamajuja masih berupa selat yang mengelilingi gunung Kawi, Kamput, Anjarsmara, dan Penanggungan.)
0 comments :
Post a Comment