Ads 468x60px

Friday, May 31, 2013

Yuk Simak Pepali ki Ageng Selo part 3




BAGIAN III

Nama lagu dan bentuk syair : MEGATRUH.
Jumlah baris tiap bait : Lima.
Suara akhir masing-masing baris : u, i, u, o.
Jumlah suku kata masing masing : 12, 8, 8, 8, 8.


1. Wruhanira tekad ingkang luwih luhung, Poma dipun ngati-ati, Akeh sambekalanipun. Wali mukmin sadayeki, Pirang-bara manggih yéktos.

Ketahuilah tekad yang lebih tinggi, Jalankanlah dengan hati-hati, Banyak rintangannya. Wali mukmin semuanya, Mudah-mudahan benar-benar menemukannya.

Yang dimaksudkan dengan tekad atau tujuan yang lebih tinggi atau yang tertinggi dalam hidup manusia ini, ialah mencapai kesempurnaan kebahagiaan hidup.

Kebahagian hidup yang sempurna itu tercapai, apabila manusia dapat memperkembangkan sifat-sifat jiwanya, yang merupakan gambaran sifat-sifat yang Maha Esa, yaitu :
Kesempurnaan dalam ilmu pengetahuan.
Kesempurnaan dalam kasih sayang, sehingga kasih sayangnya meliputi semua makhluk, dan sebaliknya semua makhluk menyayanginya.
Kesempurnaan kekuasaan atas pribadinya dan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa disekelilingnya atau dengan lain perkataan kesempurnaan kekuasaan atas nasib pribadinya.

Jalan untuk mencapai tujuan yang tertinggi ini memang penuh dengan rintangan-rintangan dan ujian-ujian yang berat.

Karena itu disini pengarang mendoakan, mudah-mudahan semua wali dan mukmin dapat menemukannya atau mencapainya.

2. Lamun luput aneng dunya lakunipun, Ngakerat datan pinanggih. Yen énom wédélanipun, Babarane nora bécik. Ya iku poma kang yéktos 

Jika salah jalan didunia, Di akhirat tidak pernah akan ketemu. Bila muda wédélanya (celupannya). Babarannya tidak baik. Itulah ibarat yang tepat

Telah diterangkan dimuka, bahwa nasib seseorang dikemudian hari itu tergantung dari perbuatan-perbuatannya sekarang. Dalam bait ini kenyataan demikian itu diibaratkan dengan babaran (keadaan kain batik pada akhir proses membatik) dan wédélan (pengerjaan awal dalam proses memberi macam-macam warna kepada kain batik tersebut).

Jika perbuatan-perbuatan kita kini kurang sempurna (salah jalan di dunia), nasib kita dikemudian hari juga tidak akan sebaik yang kita kehendaki (diakhirat tidak terdapat nasib baik).

Perbuatan yang sempurna ialah perbuatan yang kita lakukan dengan persetujuan penuh dari perasaan dan fikiran kita (dalam keselarasan perasaan dan akal), dan yang telah kita selesaikan dengan sebaik-baiknya, hingga kita mendapat kepuasan karenanya. Perbuatan-perbuatan yang demikian itu tidak akan meninggalkan bekas-bekas dalam ingatan kita dan karenanya tidak akan menganggu fikiran kita.

Sebenarnya apa yang menggangu fikiran kita dan menghalangkan ketenangan hidup kita itu ialah kekurangan-kekurangan dalam tindakan-tindakan kita dihari yang lampau, yang kesemuanya menyebabkan tidak tercapainya cita-cita kita. Timbunan kekecewaan-kekecewaan dalam ingatan manusia, sebagai akibat kurang sempurnanya tindakan-tindakannya dihari yang sudah lampau itulah, yang menjauhkan manusia dari rasa kebahagiaan. Perbuatan-perbuatan yang kurang sempurna itu dalam bait ini diibaratkan dengan wédélan yang muda, sedangkan nasib kurang baik yang timbul karenanya diibaratkan dengan babaran yang kurang baik.

Catatan :
Dalam pembuatan kain batik, sesudah kain selesai digambari dengan pensil, gambaran itu lalu diulangi lagi dengan lilin. Sesudah itu bagian-bagian kain yang kemudian harus menjadi putuh (kuning muda) di tutup dengan lilin pula. Kemudian kain lalu dimasukkan dalam mandian cat biru-tua. Ini yang dinamakan médél, hasilnya ialah kain wédélan. Bagian-bagian yang berwarna biru tua ini, sekarang di tutup dengan lilin, supaya warna biru itu tetap, bila nanti kain dimasukkan dalam mandian cat merah-kuning (soga). Bagian-bagian yang akan diberi warna soga, yang tadinya sudah tertutup dengan lilin, dihilangi lilinya dahulu (mengerok). Kain lalu dimasukkan dalam mandian soga. Hasilnya ialah kain soga, dengan bagian yang tak tertutup lilin yang berwarna merah kuning, dan bagian-bagian yang tertutup lilin yang berupa biru tua atau putih. Sesudah ini lalu kain dimasukkan dalam mandian air mendidih. Karena itu semua lilin lepas dari kain. Kain menjadi bersih dan menpunyai tiga warna, biru tua, merah-kuning dan putih. Bila wédélannya muda (kurang baik), kain akhirnya menjadi kurang baik juga.

3. Pang mangkana, manawa bae ing mbesuk, Oleh dhangane kang ati. Nging aja mésthekkén iku  Manawa ana ingkang sih, Antuk suwargadi kaot.

Demikian, barang kali kemudian, Mendapat kemurahan hati (Tuhan). Tapi jangan dipastikan itu ! Bila ada kasih sayang, Mendapat surga indah yang berbeda.

4. Wruhanira wong ahli ilmu puniku, Sarta tekat ingkang bécik, Cinadhang suwarga mbesuk. Swarga pépitu yékti, Ana luhur, ana asor 

Ketahuilah  orang berilmu itu, Serta yang bertekad baik, Kepadanya disediakan surga kelah. Disediakan tujuh surga, Ada yang tinggi dan ada yang rendah 

5. Prmilane den wruh ala bécik iku ! Kang ala dipun singkiri, Kang bécik wajib tiniru  Allah pasthi ngudaneni, Ginadhang-gadhang kinaot.

Maka ketahuilah soal buruk dan baik itu  Yang buruk supaya dijauhi, Yang baik wajib ditiru  Allah pasti mengetahuinya, Mencadang-cadangkan keistimewaan.

6. Ingkang ala pasthi cinadhang ing mbesuk, Pinrénah aneng Yunani. Dene ingkang bécik iku, Pasthi cinadhang ing mbenjing, Aneng suwargadi kaot.

Yang jahat pasti dicadangkan kelak, Ditempatkan dalam neraka. Dan yang baik itu, Pasti dicadangkan kemudian, Ditempatkan disurga yang indah dan istemewa.

7. Pan mangkana iku adiling Hyang Agung. Pramila den ngati-ati, Neng dunya aja katungkul. Sanajan ala sireki, Nuli elinga ing batos 

Demikian itu keadilan Tuhan Yang Maha Agung, Maka hendaknya berhati-hati, Didunia jangan terlanjur-lanjur. Meskipun jahat kamu itu, Segera sadarlah dalam batin 

8. Lamun sira durung eling lampus, Kainan pinanggih wuri. Sru gétun dahat kaduwung. Katungkul duk kala urip, Ngakerat kari bébéndon.

Bila kau belum sadar lalu meninggal, Hina yang didapat kelak. Sangat kecewa dan sangat menyesal, Terlanjur ketika didunia.Diakhirat tinggal bencana.

9. Pan yaiku musthikane kang lapil hu, mBengkas sagung ponang lapil. Pan iku bae wus cukup  Nanging ati ingkang suci, Poma-poma den kalakon 

Itulah mustika lafal agung (HU), Yang meniadakan semua lafal lain. Itu saja sudah cukup Tapi hendaknya yang suci, Mudah-mudahan sungguh terlaksanalah 

10. Ya wa inna rohmatullahi karibun, Minal mukminina yékti. Satuhune lapil iku, Ingkang padha dipun esthi. Dene eling lahir trus batos 

Wa inna rahmatullahi karibun, Minal mukminina. Sebenarnya lafal itu, Ialah yang menjadi tujuan. Hendaklah ingat lahir-batin 

11. Pan mangkana tégése lapal puniku : Sagung rahmating Hyang Widi, Pinérakakén mring makhluk, Kang sami akarya bécik, Angesthi nédya rahayu.

Demikianlah arti lafal itu : Segala rahmat yang Maha Kuasa, Didekatkan pada makhluk, Yang suka berbuat baik, Bertujuan kerah kebajikan.


Karibun asalnya dari karib = dekat. Bandingkanlah “sahabat karib” 
Hyang Widi = Tuhan Yang Maha Kuasa.

12. Aneng dunya dipun srégép anénandur, Lan dipun srégép rérésik. Tégése srégép nénandur : Agawe ngamaling dhiri, Kang rila ing lair batos.

Didunia hendaknya rajin menanam, Dan rajin membersihkan (mencucikan). Artinya rajin menanam : Ialah beramal untuk kebaikan dhiri. Dengan ikhlak lahir batin.

13. De maknane kang bangsa résik puniki : Karam makruh den sumingkir, Dohna ing dédosa sagung, Dosa samar-samar gaib. Eling-eling den waspaos 

Akan makna hal bersih itu : Haram makruh hendaknya dijauhi, Jauhkan diri dari segala dosa, Dosa samar-samar gaib. Ingat-ingatlah dengan waspada 

14. Eling iku mituhu marang pitutur, Pitutur kang muni tulis; “karya bécik” yen digugu. Poma den padha angesthi, Iku marganing kinaot 

Ingat berarti percaya pada petuah, Petuah yang sudah tertulis; “Berbuatlah baik”, bila dipatuhi, Hendaknya ini dijakan tujuan, Itulah jalan kearah kebesaran 

Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke alamat email. Masukkan email anda ke kolom di bawah ini:

Disponsori oleh : blogrozran

Saya Sarankan Anda Baca Juga



0 comments :

Post a Comment