Ads 468x60px

Tuesday, April 30, 2013

Kenali 15 tanda HIV positif



Banyak orang tidak tahu ketika mereka telah terinfeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Tanda-tanda HIV sendiri mulai muncul hanya setelah masa inkubasi berakhir. Jika virus itu tertidur dalam aliran darah, Anda mungkin tidak melihat gejala-gejala HIV selama bertahun-tahun berikutnya. Namun, ketika tanda-tanda HIV mulai muncul, kondisi Anda kan memburuk dengan cepat. Berikut adalah beberapa tanda-tanda HIV yang harus Anda kenali, terutama bagi pemakai narkoba jarum suntik dan pelaku seks bebas. Yuk simak ulasan dari Boldsky, kenali 15 tanda HIV positif ini :

1. Demam secara mendadak

Ketika Anda pertama kali terkena virus HIV, Anda mungkin akan mengalami demam ringan. Demam akan disertai dengan batuk dan pilek. Demam ini reda dalam beberapa hari dan Anda mungkin tidak akan mengalami gejala lainnya selama bertahun-tahun berikutnya.

2. Kelelahan

Ini adalah tanda awal HIV yang sering diabaikan. Kelelahan dapat terjadi karena beberapa alasan. Tetapi jika Anda telah tidur dengan baik, memiliki cukup istirahat dan tetap masih merasa lelah sepanjang waktu, hal itu perlu dicurigai.

3. Demam yang mengganggu

Demam yang Anda alami saat terinfeksi HIV sangat berbeda dengan apa yang Anda derita sebelumnya. Ini semacam demam ringan yang mengganggu dan berlangsung selama berminggu-minggu.

4. Pembengkakan getah bening
Pembengkakan kelenjar getah bening biasa terjadi karena kelenjar ini juga merupakan bagian dari sistem imun yang akan mengalami peradangan jika terjadi infeksi. Kelenjar getah bening banyak dijumpai di ketiak, paha, dan leher.

5. Sakit kepala
Ketika seseorang positif HIV, Anda akan mengalami sakit kepala konstan yang membuat Anda merasa demam dan lemah.

6. Sakit tenggorokan
Infeksi HIV membuat seseorang rentan menderita gejala seperti flu, sakit tenggorokan dan batuk. Hal ini dikarenakan mekanisme pertahanan tubuh Anda sedang turun.

7. Sensitivitas kulit

Mereka yang positif HIV akan menjadi terlalu sensitif pada bagian kulit. Terkadang, sedikit goresan saja dapat berubah menjadi ruam kulit atau membuat Anda berdarah.

8. Mual dan diare

Penderita HIV akan kehilangan nafsu makan karena mual dan makanan tidak bisa dicerna dengan baik. Hal ini dikarenakan bakteri baik dalam perut secara perlahan mati.

9. Perubahan warna kuku

Kuku akan tumbuh lebih tebal, mengeriting dan bahkan berubah warna apabila seseorang HIV positif. Hal ini terutama disebabkan oleh ragi dan infeksi jamur pada kuku.

10. Berkeringat di malam hari

Sama seperti wanita yang mengalami menopause, orang HIV positif akan sering berkeringat di malam hari. Mereka akan berkeringat di tengah malam sehingga menjadi susah tidur lelap.

11. Infeksi atau luka genital

Virus HIV hadir dalam cairan kelamin seperti lendir. Itulah mengapa hal itu dapat menyebabkan infeksi genital seperti herpes dan luka pada tahap lanjut.

12. Kesemutan di tangan dan kaki

Penderita HIV positif akan merasakan sensasi kesemutan yang terjadi di sekujur tubuh. Mereka akan merasakan sensasi seperti ditusuk jarum pada ujung jari dan jari kaki, yang terjadi ketika virus mulai mempengaruhi sistem saraf.

13. Kebingungan dan kehilangan memori

Virus HIV mempengaruhi =setiap bagian tubuh, termasuk sel-sel otak. Terkadang, virus ini dapat menyebabkan demensia, kebingungan dan kehilangan memori pada tahap selanjutnya dari infeksi.

14. Menstruasi tidak teratur

Perempuan yang positif HIV akan mengalami masalah dalam siklus menstruasi mereka, yang membuat periode mereka jadi tidak teratur dan lebih sedikit. Hal ini terutama dikarenakan jumlah darah menurun dan kerusakan kesehatan secara keseluruhan.

15. Berat badan turun drastis

Ketika seseorang berada di stadium lanjut HIV, ia akan kehilangan sejumlah besar bobot badannya karena serangan diare dan infeksi.

Inilah lima belas tanda seseorang positif HIV. Sebelum terkena, hindari perilaku seks bebas dan narkoba! ( sumber )

read more

Semakin tua, pria semakin hebat bercinta

Semakin tua, pria semakin hebat bercinta? apa benar ? yuk kita cari tahu di info dari Red Book Magazine berikut ini :

Pria berusia 20-an sangat wajar jika tidak tahu apa-apa soal seks. Namun seiring bertambahnya usia, pria terbukti bisa memaksimalkan aktivitas seksualnya di atas ranjang. Kok bisa gitu?
Setidaknya, ada tiga alasan kuat kenapa pria berumur semakin hebat di atas ranjang.
Apa aja tuh ?

Sudah melakukannya berkali-kali
Seks sama seperti hal lainnya, jika dilatih terus maka pria akan semakin mahir. Karena sudah melakukannya berkali-kali dengan pasangan, tak heran kenapa pria berumur semakin hebat di ranjang.


Tidak mau ditinggal istri
Pria harus hebat saat bercinta. Sebab jika tidak, bisa saja istri mereka akan meninggalkan suaminya. Pria pun berusaha belajar dari mana pun (termasuk film porno) untuk semakin mahir dalam memuaskan pasangannya.

Kualitas, bukan kuantitas
Sering bercinta memang memberi banyak keuntungan. Namun semakin tua, pria sadar bahwa seks yang terbaik adalah urusan kualitas, bukan kuantitas. Oleh sebab itu, meskipun pria memasuki usia paruh baya dan cukup sulit bergairah, mereka tetap punya cara untuk mengajak pasangan bercinta dan berusaha menikmatinya.


read more

Bhagavat Gita part 2

belajar wayang


Bhagavat Gita part 2 ini menceritakan persiapan Pandawa meliputi nama-nama sangkakala mereka masing-masing

Bhagavat Gita Part 2 tells the Pandavas preparation include the names of their own trumpet

(10)
Tak terhitung jumlah laskar kita yang dipimpin oleh Sang Bhisma, sedangkan dipihak mereka (Pandawa) yang dipimpin oleh Bima, jumlah laskar mereka sangat mudah untuk dihitung.

Countless numbers of our army, led by the Bhisma, whereas the part of those (Pandava) led by Bhima, the number of warriors they are very easy to calculate.

Sebenarnya jumlah tentara Kaurawa memang lebih banyak dari pihak Pandawa, kabarnya Kaurawa mempunyai laskar lebih banyak empat divisi dibandingkan pihak Pandawa. Ada juga yang menyebutnya berlipat ganda.

The actual number of soldiers Kaurawa does more than the Pandavas, is said to have Kaurawa army more than the four divisions of the Pandavas. There is also a double call.

(11)
Dan telah diatur sedemikian rupa sehingga setiap pendekar dan pimpinan divisi berada pada posisi masing-masing dan menjaga Bhisma dengan baik.

And has been arranged so that every warrior and chief of the division are at their respective positions and keeping Bhisma well.


Oleh sementara ahli, ucapan-ucapan Duryodana di atas dianggap juga sebagai ungkapan rasa khawatir Duryodana yang merasa di pihak Pandawa terdapat lebih banyak pahlawan-pahlawan sakti, walaupun jumlah laskar mereka lebih sedikit.

By temporarily experts, Duryodhana utterances above is considered also as an expression of worry Duryodhana that the Pandavas are felt in the more powerful heroes, even though they had fewer number of irregulars.

(12)
Untuk memberi semangat kepada Duryodana, Sang Bhisma yang bijaksana meniup sangkalalanya yang mengeluarkan suara seakan-akan auman dahsyat seekor singa.

To encourage Duryodhana, the wise Bhishma blew his trumpet sound as if the mighty roar of a lion.

(13)
Kemudian dari segala penjuru tambur-tambur dan sangkalala dibunyikan oleh semua pihak, dan hiruk-pikuklah suasana waktu itu dipenuhi suara-suara ini.

Then from all corners of drums and trumpets sounded by all parties, and the frenzy of the time the atmosphere was filled with the voices.

(14)
Kemudian, duduk di kereta perang nan agung, dengan pasangan-pasangan kuda-kuda putih, Sang Kreshna dan Arjuna masing-masing meniup sangkalala mereka.

Later, sitting in the glorious chariots, with pairs of white horses, the Kreshna and Arjuna respectively trumpets blow them.

(15)
Sang Kreshna meniup sangkalalanya yang bernama Panchjanya, dan Arjuna meniup sangkalalanya yang bernama Devadatta, sedangkan Bhima yang perkasa meniup sangkalalanya yang nampak besar, kekar dan kuat, bernama Paundra.

Kreshna blew his trumpet called Panchjanya, and Arjuna blew his trumpet, called Devadatta, while the mighty Bhima blew his trumpet, which looks big, burly and strong, named Paundra.

(16)
Raja Yudhistira, putra ibu Kunti, meniup Anantawijaya, Nakula dan Sahadewa masing-masing meniup Sugosha dan Manipuspaka.

King Yudhishthira, the son of mother Kunti, blew Anantawijaya, Nakula and Sahadeva blew each Sugosha and Manipuspaka.

(Raja Yudhistira: Yang tertua di antara Pandawa adalah seorang maha-raja yang berwatak tenang, penuh kasih-sayang dan amat bijaksana dalam segala tindak-tanduknya, tak pernah bohong dalam segala hal. Beliau dikenal lebih sebagai seorang negarawan daripada seorang pendekar yang gemar berperang. Sangkalala yang dimilikinya disebut Anantavijaya yang berarti “kemenangan tanpa akhir” atau juga disebut “suara-kemenangan.”)

(King Yudhishthira: The eldest among the Pandavas was an emperor whose calm, compassionate and very wise in all his actions, never lied in all respects. He was known more as a statesman than a warrior who likes to fight. Trumpets held its called Anantavijaya which means "victory without end" or also called "voice-win.")

(Nakula: Putra keempat Pandawa dikenal amat mahir berkuda, sangkalalanya bernama Sagosha yang berarti “bersuara indah.”)

(Nakula: The fourth son of the Pandavas known very adept at riding, his trumpet named Sagosha which means "beautiful voice.")

(Sahadewa (Sadewa): Putra Pandu yang paling bungsu memiliki sangkalala yang bernama Manipuspaka yang berarti “mutiara yang mekar” atau “bunga-bunga mutiara,” karena sangkalala yang satu ini teramat indahnya, selain bentuknya laksana mutiara ditaburi pula dengan mutiara-mutiara asli yang indah.)

(Sahadeva (Sahadev): the youngest son of Pandu had a trumpet called Manipuspaka which means "pearl bloom" or "pearl flowers," because the trumpet is very beautiful, besides its shape like a pearl is also sprinkled with genuine pearls beautiful.)

(17)
Juga yang ikut meniup sangkalalanya masing-masing adalah raja dari Kashi yang memimpin laskar pemanah, kemudian Sikhandi (Srikandi) yang gagah perkasa, Dhristadyumna, Virata dan Satyaki (Setiaki) yang tak terkalahkan.

Also being sounded, each one is the king of Kashi who led the army of archers, then Sikhandi (Srikandi)mighty, Dhristadyumna, Virata and Satyaki (Setiaki) is unbeatable.

(18)
Juga Drupada dan putra-putra Draupadi, dan juga Saubhadra, semuanya meniup sangkalala mereka dari setiap jurusan.

Also Drupada and the sons of Draupadi, and also Saubhadra, all blew their trumpets from every department.

(19)
Suara-suara dahsyat sangkalala-sangkalala ini memenuhi langit dan bumi tanpa henti-hentinya dan menjatuhkan semangat putra-putra Kaurawa.

Powerful voices of the trumpets filled the sky and the earth without stopping and dropping spirit sons Kaurawa.



read more

About Jepara

Mari kita sedikit mengulas about Jepara:

1. Jepara identik dengan seni ukir kayu nya yang terkenal sampai ke penjuru dunia.
2. Jepara juga terkenal dengan objek wisata pantai Kartini nya yang mempesona.
3. Jepara menyimpan banyak cerita sejarah yang kepahlawanan yang menginspirasi kaum wanita,  Raden Ajeng Kartini yang namanya tetap akan terkenang sepanjang masa.
4. Jepara dengan Ratu Kalinyamatnya telah melahirkan pengusaha-pengusaha kaya dari kaum wanita.

masih banyak yang bisa kita telusuri lagi :
gebyok jati jepara


read more

Apa Pesan Terakhir Untuk Kartini Yang Positif

Di bulan April ini, untuk kita bangsa Indonesia selalu identik dengan bulan Kartini.
Di mana-mana,marak acara peringatan mengenang sekaligus sebagai ungkapan rasa terima kasih untuk pahlawan wanita dari Jepara ini, dari acara anak-anak di sekolah dengan dandanan adatnya, lomba-lomba, sampai di tingkat nasional penghargaan-penghargaan kepada Kartini-Kartini masa kini di segala bidang oleh instansi pemerintah maupun instansi swasta seperti stasiun-stasiun TV yang semakin marak di negri ini.

Sebagai warga Indonesia tercinta apa pesan terakhir untuk Kartini yang positif:
+ Habis Gelap Terbitlah Terang mu telah menginspirasi tidak hanya wanita di negri ini tapi juga kita  kaum lelaki...terima kasih Kartini.
+ Secara pribadi juga saya akui perjuangan dan pengorbananmu dulu tidaklah sia-sia..bangsamu kini khususnya perempuan semakin eksis membantu memajukan negri ini,dalam lingkup kecil:keluarga ini.
+ Masih banyak lagi yang belum terpelajari apa-apa yang menjadi semangatmu itu tapi bersama waktu sedikit demi sedikit pasti akan menyadari akan pusat peradaban dan harapan:Ibu.


read more

Monday, April 29, 2013

Fokus baru untuk sela-sela hutan jati



Sudah dimulai: penanaman porang secara masal untuk meningkatkan penghasilan petani di sekitar hutan jati. Lokasinya di Mrico Kecut, kawasan hutan yang terletak antara kota Blora dan Cepu. Sabtu pagi lalu, lebih 1.000 orang berkumpul di tengah hutan jati tersebut. Mereka terdiri dari 120 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 10 orang. Ketua kelompoknya adalah karyawan Perhutani yang sudah dididik bagaimana menanam porang yang benar.

Perum Perhutani, BUMN yang mengelola hutan jati di seluruh Jawa dan Madura, memang memiliki program untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk di sekitar hutan. Terutama untuk memanfaatkan tanah di sela-sela pohon jati. Berbagai tanaman sudah dicoba: jagung, empon-empon, ketela, jarak, dan banyak lagi. Tapi hasilnya sangat minim. Para petani tetap melakukan itu mengingat sesedikit apa pun hasilnya tetap lebih baik daripada tidak ada sama sekali.

Setahun terakhir ini direksi Perhutani terus mengevaluasi tanaman apa yang sebenarnya paling cocok untuk petani di sekitar hutan jati. Empon-empon (temulawak, kunyit, kunyit putih, jahe) sebenarnya tumbuh dengan sangat baik. Misalnya di hutan jati dekat Randublatung.

Sabtu siang itu saya diagendakan melakukan panen empon-empon tersebut. Hasilnya sangat baik. Tapi harga empon-empon tidak terlalu menjanjikan. Pasarnya pun terbatas. Proses pasca panennya pun tidak mudah. Terutama proses pengeringannya yang harus standar. Ini karena empon-empon tersebut akan dipergunakan untuk jamu.

Seorang petani yang selama ini menanam jagung juga senasib. "Satu hektar paling besar bisa menghasilkan jagung senilai Rp 500.000," katanya di acara temu petani tersebut. Tanaman jarak, seperti yang dilakukan di Purwodadi, lebih kecil lagi: hanya Rp 150.000 per hektar. Bahwa mereka tetap menanam komoditi-komoditi tersebut hanyalah karena daripada tidak ada penghasilan sama sekali.

Mengingat luasnya hutan jati milik Perhutani, tetap saja harus ditemukan cara terbaik untuk memanfaatkannya. Daripada di sela-sela pohon jati itu hanya ditumbuhi rumput liar. Di Kabupaten Blora sendiri, seperti dikemukakan Bupati Blora saat itu, hampir separo (49%) wilayah kabupaten itu adalah hutan jati Perhutani.

Setelah setahun diskusi dan evaluasi dilakukan, jatuhlah kesimpulan: tanaman porang adalah tanaman yang paling tinggi nilai ekonominya. Satu hektar bisa menghasilkan Rp 30 juta per tahun. Ini berdasarkan pengalaman para petani porang di hutan jati Nganjuk, Jatim. Padahal satu petani bisa saja menanam porang sampai tiga hektar. Bahkan di Nganjuk itu, petani porangnya sudah menjadi juragan kecil-kecilan: mempekerjakan buruh panen dari wilayah lain. Ini karena kian lama hasil porangnya kian banyak dan petani tidak sanggup lagi memanennya sendiri.

Masalahnya: untuk penanaman pertama, hasilnya baru bisa dipanen dua tahun kemudian. Selama menunggu dua tahun itulah yang perlu dipikirkan petani dapat hasil dari mana. Sedang tanaman jagung bisa panen dalam waktu empat bulan.

Tim Perhutani, seperti dikemukakan Dirutnya, Bambang Sukmananto, akhirnya menemukan cara ini: bagi hasil. Petani, seperti di hutan Mrico Kecut tadi, melakukan penanam terus-menerus setiap hari. Mereka akan dibayar sesuai dengan luasan tanaman yang mereka kerjakan. Kian rajin mereka menanam kian besar bayarannya. Tiap bulan, petani akan mendapat bayaran sekitar Rp 700.000. Bisa lebih besar kalau rajin dan bisa turun kalau malas. Selama dua tahun menunggu, mereka hidup dari bayaran tersebut. Saat panen tiba, mereka mendapat bagian separo dari hasil porangnya.

Porang (sejenis umbi-umbian suweg) relatif mudah penanganannya. Tidak banyak hama dan tidak perlu perawatan yang berat. Cukup hanya membersihkan rumputnya. Bayaran Rp 700.000 per bulan itu memang kecil, tapi jam kerja mereka juga tidak panjang. Mereka bekerja hanya empat jam sehari. Sisa jam kerjanya bisa tetap untuk mencari penghasilan lainnya.

Perhutani juga akan mendirikan pabrik porang di Blora. Tahun depan pabrik itu mulai dikerjakan, sehingga di tahun 2015, saat panen porang pertama dilakukan pabriknya sudah berdiri. Bupati Blora sangat bersuka cita. Inilah industri pertama yang akan berdiri sepanjang sejarah Kabupaten Blora modern.

Bagi Perhutani mendirikan pabrik porang tidak lagi sulit. Perhutani sudah mulai berpengalaman. Sudah setahun ini memiliki pabrik tepung porang kecil-kecilan di Pare, Kediri. Kapasitasnya memang baru 500 ton per hari tapi hasil usahanya sangat baik. Tepung porangnya memenuhi standar internasional.

Pembelinya sampai antre. Terutama dari Tiongkok dan Jepang. Tepung porang memang menjadi bahan baku kue, kosmetik, dan obat-obatan. Praktis, pasar tepung porang tidak terbatas. Karena baru ada satu pabrik tepung porang, maka pasar luar negeri tidak sabar. Seorang pengusaha dari Malaysia dan beberapa pedagang dari Tiongkok terus datang ke Indonesia: ingin investasi di porang.

Saya sudah minta kepada Perhutani untuk tidak membuka pintu dulu. Masih terlalu banyak petani kita yang perlu ditolong. Mesin-mesinnya pun bisa dibuat di dalam negeri. Seperti mesin yang di Pare itu buatan Sidoarjo, Jatim. "Sudah setahun ini tidak pernah rewel," ujar Pak Kasim pimpinan pabrik porang di Pare itu.

Bahkan Kasim bisa mengoperasikan pabriknya setahun penuh tanpa berhenti. Padahal, menurut perencanaannya dulu, pabrik itu akan mirip pabrik gula: hanya bekerja enam bulan setahun. Memanfaatkan sela-sela tanaman jati di hutan yang berjuta-juta hektar luasnya itu akan terus menjadi fokus Perhutani. Bahkan, bisa jadi, hasil tanaman selanya ini bisa lebih besar dari hasil hutan jatinya. Ini mengingat jati baru bisa dipanen setelah 20 atau 30 tahun. Saya bertekad kabupaten Blora yang miskin bisa menjadi penghasil porang terbesar di dunia.

Ini akan melengkapi identitas Blora yang selama ini lebih dikenal sebagai tempat kelahiran tokoh-tokoh besar seperti Pramoedya Ananta Toer, Benny Murdani, dan tentu wartawan pertama Indonesia: sang pemula, Adisuryo!

Menteri BUMN

Dahlan Iskan
( sumber )
read more

Sunday, April 28, 2013

Kemenag akan gratiskan biaya nikah



Kementerian Agama RI tengah melakukan rapat mengenai pembebasan biaya nikah di Kantor Urusan Agama (KUA). Dalam rapat terakhir, pihaknya mengaku telah mencapai konsep final dan akan segera memutuskan mengenai gratisnya biaya nikah.

"Mengenai konsep biaya nikah yang paling 'update' tadi saya rapat dengan Pak menteri, sudah mencapai konsep final mengenai biaya nikah," kata Irjen Kemenag, M Jasin di Gedung KPK, Selasa (5/3).

Menurut M Jasin, konsep gratis biaya nikah untuk menghapus terjadinya gratifikasi di penghulu. "Sehingga nanti gratifikasi untuk penghulu sudah tidak ada lagi," ujarnya.

M Jassin mengatakan, berdasarkan PP No 47 Tahun 2004 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, biaya pencatatan nikah di KUA adalah Rp 30 ribu. Pembebasan biaya nikah ini nantinya merupakan good will dari pemerintah untuk masyarakat, sehingga lanjut Jassin, bila diberlakukan maka amplop-amplop tanda terima kasih dilarang.

"Biaya nikah Rp 30 ribu sesuai dengan PP 47/2004, pak menteri setuju dihapuskan," jelasnya.

Menurut Jassin, nanti akan ada empat kategori konsep biaya nikah. Yakni kategori a, b, c dan d. Kemudian empat kategori itu didasarkan pada jumlah peristiwa per masing-masing wilayah KUA.

"Jadi tunjangan (penghulu) didasarkan atas perhitungan itu, tunjangan transportasi lokal kisarannya Rp 110 ribu ditambah tunjangan profesi," tambah Jassin.

Dengan sistem ini, Jassin yakin tidak akan ada alasan bagi penghulu yang meminta uang tambahan kepada masyarakat.

"Sehingga tidak ada alasan untuk meminta tambahan karena ini cukup lah, ditambah dana operasional yang dulunya Rp 2 juta usulannya ditambah lagi menjadi Rp 5 juta," jelas Jassin.( sumber )

read more

Saturday, April 27, 2013

Bhagavat Gita part 1

Bhagavat Gita part 1

Koleksi tulisan ini sengaja saya kupas ( dibaca copas juga gak pa pa ) sebagai bahan belajar sambil belajar. Maksudnya belajar menulis, sekaligus belajar menerjemahkan ke bahasa Inggris, serta belajar memahami kandungan pengetahuannya.

This collection of writings I accidentally peeled (read Copas is fine) as learning materials while learning. It means learning to write, learning to translate well into English, and learn to understand the content of knowledge.

Bab 01

Gundahnya Sang Arjuna

 Chapter 01
 The Arjuna upset


Bermulalah di sini Gita suci yang dituturkan dari Yang Maha Suci Kreshna. Berkatalah Dhristarashtra :
Starting here the holy Gita spoken of the Most Holy Kreshna. Dhristarashtra said:

(1)
Di dataran nan suci ini (dharmakshetra), tanah kebenaran, tanahnya para Kuru, berkumpullah putra-putraku beserta laskar-laskar mereka, dan juga putra-putra Sang Pandu (Ayahanda Pandawa) bersiap-siap untuk suatu yudha. Apa saja yang sedang mereka lakukan beritakanlah kepadaku, wahai Sanjaya.

In this holy land (Dharmakshetra), ground truth, the Kuru land, gathered my sons along with their militias, as well as the sons of Pandu (Pandavas father) getting ready for a war. Whatever they are doing and preach to me, O Sanjaya.

(Keterangan: Kurukshetra disebut juga dharmakshetra, terletak di Hastinapura di utara kota New Delhi yang modern dewasa ini. Tempat ini di masa yang silam dianggap suci karena sering dipergunakan oleh para resi, kshatrya untuk bertapa, bahkan kabarnya juga oleh para dewa-dewa.)

(Note: Kurukshetra or Dharmakshetra, located in the northern city of Hastinapur in modern New Delhi today. Place in the last period is considered sacred because it is often used by the sages, warriors of penance, even reportedly also by the gods.)

Salah satu kata pertama yang disebut di sloka pembukaan Bhagavat Gita di atas ini adalah kata dharma, inilah inti sebenarnya yang harus diresapkan oleh sidang pembaca. karena inilah salah satu pesan sesungguhnya Bhagavat Gita. “Bangunlah jiwa dan ragamu dengan dan untuk dharma.” Kata dharma berasal dari kata “Dhru” yang berarti “pegang.” Dharma adalah kekuatan yang memegang hidup ini, dharma tidak terdapat dalam ucapan-ucapan manis. tetapi adalah kesaktian di dalam jiwa kita yang merupakan inti dari kehidupan kita.

One of the first word that referred to in the preamble above Bhagavat Gita is the word dharma, this is actually the core should be absorbed by the reader. because this is one of the true message Bhagavat Gita. "Get up in mind and body with and for dharma." Word dharma comes from the word "Dhru" which means "hold." Dharma is the force that holds life, dharma is not in the sweet utterances. but it is a miracle in our souls that is the core of our lives.

Dan Kshetra berarti padang, ladang atau medan. Seyogyanyalah kita bertanya pada pribadi kita masing-masing, “apa sajakah yang selama ini yang telah kutanam dan kupetik dalam hidupku ini, dharma ataukah adarma? Bagi yang menanam dharma maka hidupnya akan menghasilkan karunia Ilahi, dan yang telah melakukan adharma maka kita dapat bercermin kepada para Kaurawa.

And Kshetra means meadow, field or fields. It being understood we asked each of us personally, "What are these for me that has been planted and I picked this in my life, dharma or adarma? For those who grow dharma then his life will produce a divine gift, and who have been doing adharma then we can reflect on the Kaurawa.

“Bersiap-siap untuk suatu yudha,” Kaurawa menginginkan perang, sedangkan para Pandawa sebenarnya menginginkan perdamaian. Sang Kreshna yang Maha Bijaksana berusaha agar perdamaian terwujud, tetapi para Kaurawa selalu menolaknya. maka untuk mempertahankan diri dan menegakkan dharma/kebenaran terpaksalah para Pandawa berperang walaupun dengan laskar yang sedikit. Tetapi yang sedikit ini akhirnya akan menang karena mereka berjalan tegak di jalan kebenaran.

"Get ready for an Yudha," Kaurawa want war, while the Pandavas actually want peace. The Wise Kreshna who try to make peace happen, but the Kaurawa always rejected. then to defend themselves and uphold dharma / truth compelled the Pandavas fought with the army were a little though. But these few will ultimately win because they walk upright on the path of righteousness.

Dalam ucapan Dhritarashtra yang mengatakan di atas “tanahnya para Kuru” dan juga ‘”putra-putraku,” tersirat adanya rasa egois atau ahankara (angkara) yang besar. inilah sebenarnya sumber dari segala tragedi dalam hidup ini.

In the words of Dhritarashtra who says in the "land of the Kuru 'and also'" my sons, "implied a sense of selfish or Ahankara (greedy) great. this is the real source of all the tragedies in life.

Berkatalah Sanjaya :
Sanjaya said:

(2)
Kemudian pangeran Duryodana, setelah melihat barisan laskar para Pandawa yang teratur rapi, menghampiri gurunya dan berkata.
Yang dimaksud guru di sini adalah Dronacharya, guru sang Kaurawa dan Pandawa. Di Baratayudha ini Drona mendukung Kaurawa sampai akhir hayatnya.

Then prince Duryodhana, after seeing the Pandava army ranks well regulated, approached the teacher and said.
(What is meant here is the teacher Dronacharya, the teacher Kaurawa and Pandavas. Drona In this Baratayudha Kaurawa support until the end.)


(3)
Lihatlah wahai guruku, barisan laskar para Pandawa yang telah siap untuk berperang, mereka semua dipimpin oleh murid Sang Guru yang bijaksana, yaitu putra Sang Drupada.
Yang dimaksud “murid yang bijaksana” di sini adalah Dhristadyumna. la adalah putra Raja Drupada dari kerajaan Panchala. Dia diangkat para Pandawa menjadi panglima perang untuk pihak Pandawa; Dhristadyumna sebenarnya masih merupakan saudara ipar para Pandawa Dalam perang ini Resi Dorna akan membunuh Raja Drupada, kemudian Dhristadyumna akan membunuh Drona. Disusul putra Drona yang disebut Asvatama kemudian membunuh Dhristadyumna. Inilah lingkaran karma.

Look, O my master, the Pandava army ranks who are ready to fight, they are all led by the disciples of the wise teacher, ie the Drupada's son.
The definition of "wise disciple" here is Dhristadyumna. He is the son of King Drupada of Panchala kingdom. He was appointed commander of the war the Pandavas to the Pandavas; Dhristadyumna actually still a brother-in-law of the Pandavas in the war Resi Dorna will kill King Drupada, then Dhristadyumna will kill Drona. Followed by Drona's son called Asvatama then kill Dhristadyumna. This is the circle of karma.

 
(4)
Di sinilah para pahlawan-pahlawan besar berkumpul, dari Bima, Arjuna dan yang tak kalah kehebatannya yaitu Yuyudana, Virata dan Drupada.

This is where the big heroes gathered, from Bima, Arjuna and the not less great is Yuyudana, Virata and Drupada.
 
(5)
Juga Dhrishtaketu, Chekitana dan raja besar dari Kashi, Purujit, Kuntiboja dan Shaibya, semuanya pendekar-pendekar nan sakti wirawan.

Also Dhrishtaketu, Chekitana and great king of Kashi, Purujit, Kuntiboja and Shaibya, all the powerfull warriors.
 
(6)
Juga yang gagah berani yaitu, Yudhamanyu dan Uttamauja, Saubadra dan putra-putra Draupadi.
Bima : Putra kedua dari Pandu. yang kedua dari para Pandawa.
Arjuna : Yang ketiga dari Pandawa bersaudara, dan yang paling dikasihi Sang Kreshna.
Yuyudana : Disebut Juga Setyaki. pahlawan yang gagah perkasa.
Virata: Raja dari Matsya-desha. seorang raja nan arif bijaksana. Selama pengasingan para Pandawa di hutan (13 tahun lamanya), tahun terakhir pengasingan ini para Pandawa menyamar dan bersembunyi di istana Raja Virata. Alkisah putri sang raja kemudian dikawinkan dengan Abimanyu, putra Arjuna.
Dhristaketu: Putra Sishupala, raja dari Chedi-desha.
Chekitana: Salah satu pendekar yang gagah berani yang memimpin salah satu dari tujuh divisi laskar Pandawa.
Purujit dan Kuntibhoja: Saudara-saudara laki dari ibu Kunti, ibunya sang Pandawa,
Shaibya: Raja suku Sibi. Duryodana menyebutnya sebagai banteng diantara manusia, karena ia adalah seorang pendekar sakti yang bertenaga luar biasa.
Yudhamanyu dan Uttamauja: Pangeran-pangeran dari Panchala, juga merupakan pendekar-pendekar nan sakti-wirawan. Keduanya dibunuh Ashvathama sewaktu sedang tidur.
Saubhadra: Putra Arjuna dan Subadra (adik sang Kreshna). la dikenal juga dengan nama Abimanyu. Dalam perang ini ia memperlihatkan kepahlawanannya yang luar biasa.
Putra-putra Draupadi: Mereka berjumlah lima orang, yaitu Prativindhya, Srutasoma, Srutakirtti, Satanika dan Srutukarman.
Pendekar-pendekar di atas semuanya kalau bekerja untuk perdamaian niscaya akan menghasilkan suatu suasana damai bagi semuanya, tetapi rupanya takdir menentukan yang lain, dan itulah misteri Ilahi yang tak akan mungkin terjangkau oleh kita manusia ini.

Is also brave, Yudhamanyu and Uttamauja, Saubadra and Draupadi's sons.
Bima: Second son of Pandu. The second of the Pandavas.Arjuna: The third of the Pandava brothers, and the most beloved Kreshna.
Yuyudana: Also Known Setyaki. mighty hero.
Virata: King of Matsya-Desha, a wise king. During the Pandavas' exile in the forest (13 years old), last year's exile of the Pandavas disguised and hiding in the court of King Virata. Once the king's daughter later married to Abhimanyu, son of Arjuna.
Dhristaketu: Sishupala son, the king of Chedi-Desha.
Chekitana: One brave warrior who led one of the seven divisions of the army of the Pandavas.
Purujit and Kuntibhoja: brother-brother of mother Kunti, mother of the Pandavas,
Shaibya: Raja Sibi tribe. Duryodhana call it a bull among men, because he is a powerful warrior who powered outstanding.
Yudhamanyu and Uttamauja: princes of Panchala, is also a powerful warrior-warrior. Both were killed while sleeping Ashvathama.
Saubhadra: Son of Arjuna and Subhadra (sister of the Kreshna). He is also known as Abhimanyu. In this war he showed incredible heroism.
Sons of Draupadi: They numbered five, namely Prativindhya, Srutasoma, Srutakirtti, Satanika and Srutukarman.
All the warriors that work for peace will undoubtedly result in a peaceful atmosphere, but it was not meant to others, and that the Divine mysteries may never be reached by us human.


(7)
Ketahuilah juga, oh Engkau yang teragung di antara yang dilahirkan dua kali, pemimpin-pemimpin dan pendekar-pendekar di pihak kami, akan kusebutkan mereka demi Engkau yang kuhormati,

(“Yang teragung diantara yang dilahirkan dua kali” adalah ungkapan yang ditujukan kepada Resi Drona, karena sang resi ini adalah seorang brahmana dan biasanya kaum brahmana dianggap lahir dua kali. Maksudnya: pertama seorang brahmana harus lahir di dunia fana ini, tetapi di dunia ini ia harus menjalani kehidupan kebatinan demi Sang Maha Esa, jadi “lahir” lagi dengan meninggalkan semua nafsu keduniawian demi pengabdiannya ke masyarakat dan Tuhan Yang Maha Esa. Inilah tugas seorang Brahmana seharusnya.)

Know also, O thou greatest among the twice born, leaders and warriors on our side, will mention that I respect them for Thy sake,

("The greatest among the twice born" is a phrase that is intended to Resi Drona, because this is the Brahmin sages and Brahmins usually regarded born twice. Means: the first to be born in a Brahmin mortality, but in this world he must live a life of mysticism by the Almighty, to be "born" again to leave all worldly lusts for his service to the community and God Almighty. This task should be a Brahmin.)

 
(8)
Pertama-tama Dikau yang mulia Drona, kemudian Bhisma, Karna dan Kripa yang tak terkalahkan dalam setiap yudha, juga Ashvatama, Vihana dan putra Somadatta.

First of all Thou glorious Drona, Bhishma then, Karna and Kripa who is unbeaten in every Yudha, also Ashvatama, Vihana and son Somadatta.
 
(9)
Dan banyak lagi pahlawan-pahlawan lainnya yang bersedia mengorbankan jiwa-raga mereka, bersenjatakan berbagai senjata-senjata yang sakti, kesemuanya ahli-ahli perang yang tiada taranya.

And many other heroes who are willing to sacrifice their body and soul, armed with a variety of powerful weapons, all of which experts unequaled war.

Bhisma: Pendekar tua yang ditunjuk menjadi panglima tertinggi di pihak Kaurawa, yang sebenarnya masih “kakek” para Kaurawa dan Pandawa, Bhismalah sebenarnya yang membesarkan raja Dhristarashtra dan para Kaurawa-Pandawa. Beliau amat mencintai para Pandawa, tetapi dalam perang ini beliau berpihak kepada para Kaurawa karena berhutang budi dan setia kepada Kaurawa sesuai dengan janjinya. Tetapi Bhisma pernah bersumpah dihadapan Duryodana tak akan pernah membunuh para Pandawa; dalam perang Baratayudha ini Bhisma membuktikan kehebatannya sampai akhir hayatnya.

Bhishma: Swordsman old who was appointed as supreme commander in the Kaurawa, which is still "grandfather" the Kaurawa and Pandavas, Bhishma was the fact that raising the king and the Kaurawa Dhristarashtra-Pandavas. He had a great love of the Pandavas, but in this war he sided with the Kaurawa as indebted and loyal to Kaurawa according to his promise. But Bhishma had vowed before Duryodhana would never kill the Pandavas; Baratayudha this Bhishma in the war until the end to prove his prowess.

Karna: Saudara tiri para Pandawa, adalah teman akrab Duryodana. Oleh Duryodana, Karna diangkat menjadi raja Anga (sekarang disebut daerah Bengal di India). Sebenarnya Karna adalah seorang kshatrya maha-sakti yang penuh dengan kasih-sayang kepada sesamanya, tetapi terikat sumpah setianya kepada Duryodana maka ia memilih pihak Kaurawa, Setelah matinya Drona, Karna diangkat menjadi panglima tertinggi Kaurawa tetapi hanya berlangsung dua hari saja, karena kemudian ia mati di tangan Arjuna, saudara tirinya sendiri. Beginilah kehendak Dewata.

Karna: half-brother of the Pandavas, was a close friend of Duryodhana. By Duryodhana, Karna was made king of Anga (now called the Bengal region in India). Actually Karna was a tough warrior who is full of compassion for other people, but it is bound oath of allegiance to Duryodhana then he chose the Kaurawa, after the death of Drona, Karna was appointed supreme commander Kaurawa but only lasted two days, because then he died in the hands of Arjuna, his half-brother alone. Thus the will of the Gods.

Kripa: Saudara ipar resi Drona. Ia adalah diantara tiga pendekar dari pihak Kaurawa yang tidak gugur dalam perang Baratayudha.

Kripa: Brother-in-law sage Drona. He is among the three warriors of the Kaurawa who were not killed in the war Baratayudha.

Ahsvatama: Putra resi Drona, juga salah seorang panglima perangnya Kaurawa yang terkenal liciknya.

 Ahsvatama: Son sage Drona, also one of the famous commander of the war Kaurawa very cunning.

Vikarna: Putra ketiga raja Dhristarashtra, adik Duryodana.

Vikarna: king Dhristarashtra third son, brother Duryodhana.

Putra Somadatta: Somadatta adalah raja dari negara Bahikas yang membantu Kaurawa.

Son Somadatta: Somadatta is the king of Bahikas that helps Kaurawa.

Belajar yuk belajar
read more

Kalimat ini bisa 'membunuh' komunikasi dalam pernikahan



Hubungan romantis, terutama bagi pasangan yang sudah menikah bisa langgeng jika keduanya melakukan komunikasi yang baik dan efektif. Namun terkadang tanpa sadar pasangan mengatakan sesuatu yang bisa membuat komunikasi menjadi hancur.

Kalimat ini bisa 'membunuh' komunikasi dalam pernikahan, seperti dilansir oleh Your Tango (25/04).

"Kubilang juga apa!"
Kata-kata ini mungkin sering dikatakan oleh pasangan tanpa sadar bahwa kalimat ini bisa menyakiti pasangan mereka. Tak ada gunanya mengingatkan bahwa Anda benar dan pasangan salah. Kata-kata ini membuat pasangan merasa dikritik dengan cara yang menyebalkan.

"Ini salahmu!"
Terkadang pasangan bisa saja melakukan hal yang salah atau membuat keputusan yang tidak tepat. Namun bukan berarti menyalahkan pasangan bisa dibenarkan. Saling menyalahkan hanya akan memecah belah pernikahan. Lebih baik pikirkan solusi secara bersama-sama.

"Kenapa kau selalu...."
Jika digunakan untuk menunjukkan hal negatif, Kalimat ini menunjukkan bahwa Anda hanya fokus pada kelemahan pasangan. Kebiasaan mengatakan hal seperti ini akan membuat pernikahan lama-lama berantakan. Lebih baik jangan selalu berfokus pada kelemahan pasangan, tetapi juga pada sisi positif dan kekuatannya.

Mengatakan "Aku marah padamu karena..." di tempat umum
Mengkritik pasangan di tempat umum atau di depan orang lain bisa mengakibatkan kerusakan permanen dan besar pada kadar kepercayaan dalam hubungan Anda. Masalah kritik Anda beralasan atau tidak, itu tak ada hubungannya dengan hal ini. Bahas masalah pribadi secara pribadi juga, tidak di tempat umum.

Meski hanya berupa kalimat, namun jika itu dijadikan kebiasaan yang bisa menyakiti pasangan, suatu saat kalimat-kalimat itu bisa menyebabkan keretakan di rumah tangga Anda. Sebaiknya mulai sekarang perhatikan kata-kata yang Anda sampaikan pada pasangan, terutama saat sedang bermasalah atau ketika Anda sedang marah.
read more

Makan upil ternyata menyehatkan



Makan  upil ternyata menyehatkan, demikian menurut laporan penelitian dari University of Saskatchewan, Kanada.

Scott Napper, dosen biokimia di universitas tersebut yang penasaran akan berbagai hal unik yang dikonsumsi manusia. Ia pun meneliti tentang bagaimana efek upil yang dikonsumsi oleh manusia. Hasilnya ternyata cukup mengejutkan.

"Lendir menjebak kuman yang masuk ke hidung. Akhirnya lendir mengering dan jadi upil. Jika kita memakannya, sistem imun akan otomatis terlatih dengan kehadiran kuman itu," terang Napper, seperti yang dikutip dari The Province.

Napper memang sudah melakukan penelitian terhadap responden yang dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, responden yang makan upilnya sendiri sementara yang kedua tidak.

Adanya penelitian ini bisa dijadikan para pelajaran bagi orang tua yang melihat anaknya tidak sengaja makan upil, demikian menurut Napper. Ada ada aja ya..


read more

Friday, April 26, 2013

Fakta penting tentang ejakulasi tertunda



Ejakulasi tertunda adalah kebalikan dari ejakulasi dini, di mana pria terlambat mencapai kepuasan saat bercinta. Simak fakta penting lainnya tentang ejakulasi tertunda seperti yang dilansir dari Your Tango berikut ini.

Kondisi ejakulasi tertunda bisa dialami setiap pria. Entah itu selalu atau hanya sekali-kali terjadi. Gejalanya pun bisa sangat parah atau sedang-sedang saja.

Salah satu penyebab kenapa pria mengalami ejakulasi tertunda adalah karena sebelum bercinta mereka telah bermasturbasi. Sehingga kemampuan mencapai kepuasan untuk yang kedua kalinya cukup sulit dilakukan.

Meskipun pria tidak mengalami ejakulasi bersamaan dengan pasangan, sebenarnya mereka tidak perlu khawatir tentang hal itu. Sebab seks pada dasarnya tentang keintiman dan cara menikmati aktivitas bercinta itu sendiri.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menikmati aktivitas bercinta dan keintiman tanpa batasan bahwa ejakulasi adalah akhir dari segalanya.

Beberapa cara untuk mengatasi ejakulasi tertunda pada pria adalah membicarakannya dengan pasangan dan berusaha melakukan perbaikan dalam kehidupan bercinta.

Terkadang ejakulasi tertunda disebabkan oleh obat-obatan. Jadi hentikan sementara pengobatan agar ejakulasi tertunda tidak terjadi lagi.

Tidak ada salahnya pergi ke ahli terapi seks atau dokter jika memang ingin mengatasi masalah ejakulasi tertunda sepenuhnya. Berkonsultasi dengan yang ahli adalah solusi terbaik untuk masalah ini.

Pria yang terlalu fokus pada cara untuk memuaskan pasangan biasanya membuat mereka justru gagal memuaskan diri sendiri dan tidak mampu berejakulasi.

Tidak semua pria yang mengalami ejakulasi tertunda tidak mampu menikmati seks.


Pada akhirnya, dukungan dari wanita adalah kunci penting untuk masalah seks yang dialami pria, seperti urusan ejakulasi tertunda ketika bercinta tersebut.( sumber )

read more

Ini pesan terakhir Ustad Jeffry Al Buchori



Ustad Jeffry Al Buchori alias Uje telah meninggal dunia secara mendadak. Kabar ini pun mengejutkan banyak pihak karena Uje meninggal karena kecelakaan tunggal yang menimpanya.

Seperti diketahui, motor Kawasaki yang dikendarai olehnya menabrak pohon di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan sekitar pukul setengah 2 dini hari.


"Benar. Kejadiannya jam setengah 2. Beliau meninggal di tempat," kata Fajar Shiddiq, adik kandung Uje saat dikonfirmasi wartawan (26/4).

Uje pun ternyata telah berpesan untuk memakamkan dirinya ketika meninggal di samping makam ayahanda.

"Rencana disemayamkan di TPU Karet. Makam keluarga di sana. Ayahanda, kakak. Dia pernah bilang kalau pengen dimakamin di sana, di samping makam ayahandanya," lanjutnya.

Fajar pun mewakili keluarga meminta maaf kepada jamaah Uje yang tersebar di beberapa daerah. "Atas nama keluarga besar Jeffry mohon maaf kepada jamaah yang selalu mendengar Uje. Mohon sholat ghaib bagi jamaah di seluruh Indonesia," tandasnya.( sumber )

read more

Alasan pria benci wanita yang suka mengatur



Wanita bossy suka mengatur dan menuntut sering dianggap sebagai ancaman oleh banyak pria. Maka dari itu pria akan selektif memilih wanita agar tidak mendapat pasangan yang menyebalkan. Berikut alasan mengapa pria menghindar dari wanita yang suka mengatur, dilansir magforwomen.

1. Mendominasi dan suka mengontrol
Dia tidak akan membiarkan suaminya melakukan hal-hal dengan cara yang diinginkannya. Sebaliknya dia akan lebih suka bahwa semuanya dilakukan dengan cara yang dia inginkan. Dia adalah orang yang suka mengambil alih semua urusan pasangannya. Padahal, pria mencintai kebebasan dan ingin memiliki ruang sendiri dalam hubungan.

2. Sangat arogan
Wanita Bossy menampilkan sisi arogan. Wanita tersebut sangat egois dan tidak ada masalah bagi mereka selain mereka harga diri sendiri. Pria mana yang bisa bertahan dengan wanita semacam ini?

3. Cerewet
Pria merasa sangat sulit untuk menangani perempuan yang suka memerintah dan selalu mengritik. Wanita semacam ini selalu merasa paling benar dan menganggap Anda salah. Dia akan mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat Anda tak berdaya dan merasa bersalah.

4. Tukang ngomel
Pria tidak suka wanita yang terus-menerus mengomel. Wanita pengatur justru mengomel tiada henti. Ada saja yang mereka keluhkan. Bahkan mereka bisa mengomeli Anda habis-habisan jika Anda tidak tampil seperti yang dia inginkan.

5. Sombong
Karena merasa paling penting, wanita pengatur biasanya angkuh dan sombong. Dia merasa unggul dan tak ingin dikalahkan orang lain. Pria menyukai perempuan yang lembut dan baik rendah hati.

6. Egois
Wanita bossy biasanya egois. Mereka memikirkan keuntungan atau kebutuhan dia sendiri tanpa mempedulikan kebutuhan orang lain. Ketika dia memerlukan bantuan dia akan merengek memohon pertolongan Anda. Sebaliknya jika Anda butuh bantuan dia akan menghindar.

Ladies, jika Anda mempunyai sikap seperti di atas sebaiknya diubah agar pria nyaman dengan Anda.
( sumber )

read more

Thursday, April 25, 2013

Sukses Bercinta ala Orang Jawa

Asmaragama 





Bab Laku Nitisake Wijining Dumadi
Murih Tumuruning Wiji Kang Becik


Amratelakake lakune nitisake wijining dumadi, nyumurupi wewijangane wiji lan peprincening piranti. Mungguh lakune nitisake wijining dumadi, iku ana petang prakara, iya iku: lila, narima, temen, utama.

Lila, iya iku wong priya kudu lila yen kelonglongan, ing kene karepe nuruti panjaluke rabine, amarga panjaluk mau, yen kapiturutan, dadine rabine banjur dhemen marang lakine, ing wusana bisa mantep.
Narima, iya iku wong priya kudu narima marang suka-pirenaning rabine (kang arupa leladi saka rabine), amarga ing atase laden iku yen katarima, tegese katampa kalayan seneng, mesti bakal gawe legane kang leladi, ing wusana dadi madhep lan sregep.
Temen, iya iku wong priya kudu nuhoni ing semayan utawa sesanggeman, amarga manawa netepi ing janji, iku bisa mahanani katresnan, ing wusana dadi kedep.
Utama, iya iku wong priya kudu demen ngapura marang kaluputane rabine, amarga dadi wong priya iku manawa sabar demen ngapura marang kaluputan kang remeh-remeh, iku bakal mahanani tumemening rabine, ing wusana dadi gelem labuh.

Ana dene nyumurupi wewijangane wiji, iku kudu ngreti marang lakuning wektu karon-sih, dene lakune karon-sih iku uga ana petang prakara, iya iku: eneng, ening, awas, eling.
Eneng, iya iku wektu karon-sih atine kudu eneng (menep), dene paedahe bisa suwe wetuning rahsa, lan gawe kandeling wiji,. Amarga ati kang menep mau bisa ngenthelake wiji (jiwa), kentheling jiwa bisa mahanani kandeling wiji, ing wusana dadining anak ing tembe bisa dawa umure.
Ening, iya iku atine kudu ening, dene paedahe bisa nikmat rasane lan manfaat. Amarga kaweningan mau bisa gawe weninging wiji (tetep trimurti), wiji kang tetep trimurti mau ing wiji ala apa becik, dene panengerane wujud cahya kaya kawasa.
Awas, iya iku kudu mulat kedep-liringing rabine, wektu karon-sih, kendho apa mempeng, utawa ngulatake tumitising wiji ala apa becik, dene panengerane wujud cahya kaya kang wis kapratelakake ing dhuwur.
Eling, iya iku aja mikir liya-liyane, kajaba eling yen wektu iku lagi nitisake wiji, mula yen rabine semu kendho ing karon-sih, wajib eling, manawa durung binuka bakuning rasa, tumuli duweya osik sumedya mbuka kadatoning rahsa, supaya rabine mau gumregut rasane, lan maneh yen nyumurupi cahyaning wiji ala kang bakal tumitis, banjur enggal-enggal bisa nglebur sarana laku nusupake utawa mutahake menyang ing jaba. Dene manawa uninga wiji becik kang bakal tumitis, iya banjur bisa mrenahake ing papan samestine.

Mungguh tuwuhing rasa iku jalarane ana loro prakara, iya iku: marahi lan meruhi.

Marahi, iya iku sadurunge tumindak karon-sih, kang priya miwitana mbuka rasa sarana kekembangan saprayogane, dene paedahe bisa mempengake atining rabine, yen wis katon mempeng rabine tumuli tumindaka karon-sih, iku rabine saka katuju karepe dadine banjur lega kanti suka rena. Mula sadurunge karon-sih luwih dhisik mangsetiya tumuruning wiji kang becik (teteping trimurti), kapantenga ana ing cipta.
Meruhi, iya iku aja nganti nerak wewalere, nanging malah mbumbonana kang prayoga. Dene wewaler iku: nyumurupi wewadining wanodya lan wewadining wiji. Kang diarani wadi mau katerangane mangkene: bab kang diarani tumindak rusuh, iya iku rusuh arep nyumurupi marang wewadining wanodya. Dene kang diarani elok, iya iku arep nyumurupi wewadining wiji.

Dene wadining wanodya bakuning rasa, iku wijang-wijange mangkene: ing sajroning baga iku ana kulite alus sarta sangisoring batuk baga ing jero uga ana kulite kang diarani daging song, song mau gedene pada lan batuking baga, mangisoring song ana urate loro (diarani purana), urat iku lengket ing semu katone mung siji, iya iku kang minangka let-letan banyu telung warna, iya iku: satengening urat iku dalan banyu sene, sakiwane urat iku dalan banyu suker (getih), mung tengahing urat loro mau iku dalaning banyu rahsa pita (kama). Dene urat loro iku ing dhuwur gathuk karo song, terusane anjog ing lawang kadatoning rahsa, lawang mau ngrukubi Sang Hyang Kamajaya (uwel), kang diarani uwel iku lawang kekandhanganing jabang bayi, wujude mung bening kaya kaca.

Mungguh kahanane song mau iya iku poking rasa, amarga samasa kagosok (kagepok) banjur mekrok, kaya dene kewan kintel saben kagepok banjur mlembung, mekroking song mau jalaran saka rasa keri, yen wis krasa keri iku bisa narik rosaning rasa nikmat. Dene lawang yen wis menga banjur kawawa nduwa, uwel, iya iku narik kekandhanganing bebayi. Kekandhanganing bayi mau yen nganti nyaut utawa nadhahi kamaning priya, iku adate tumrap wanodya awake mesti banjur krasa keri, gumriminging rasa temahan dadi cape (marlupa).

Saiki mratelakake kekandhanganing bebayi, mungguh wewijangane mangkene: ing sadurunge kaisenan wiji saka wong priya, kekandhangan mau wujude isih kimpes, sarta mawa urat dumunung ing pucuk minangka gantilan. Urat mau ana loro, kang siji urat urut-urutane kang anjog ing jantung, dene sijine urat urut-urutane kang anjog ing wadhuk.

Urat kang anjog ing wadhuk iku kasamadan dening genining manusa kang arane Yitnamaya. Geni mau gedhene mung samrica, iya iku kang kawawa matengi pangan sajroning wadhuk, sarta kawawa nyepuhi wiji kang wis ngumandhang ing kekandhanganing bayi. Kandhang bayi iku manawa panyaute bener ora luput, nganti bisa ngamedi pucuking pasta-purasa (ngepuh kam), ing mangka kapinujon kasusupan wiji, iku banjur bisa kalebon mani, dene mani kang wis kumpul lawan wiji ana sajroning kandhang kono, iku mratandhani yen wiji bakal dadi, mula wong wanodya banjur ngandheg. Ing sajroning ngandheg, upama kinaron-sih ing priya liyane iku wis ora bisa kasusulan wiji kang dadi maneh, kajaba kang nitis sapisan mau. Yen kurang pracaya katerangane kene ginawe kosok bali, kang minangka tandha seksine iya iku bapa manawa wis mati kajupuka balunge, anak kang isih urip kairisa wetokna getihe katetesna ing bebalunging bapa mau, mesti getihing anak banjur amblas (kasesep), manawa dudu getihing anak dhewe iku mesti ora kasesep (ora ambles ing bebalung).

Ambaleni wiji kang wis ngumandhang ing kekandhangan, ing kono mani saya suwe saya tambah matimbun-timbun, yen wis kebak banjur malembung. Yitnamaya urube saya banget, sasuwene kasalad urubing Yitnamaya wusanane banjur kenthel, samasa wis kenthel banjur kumulit, yen wis kumulit banjur gana, nanging isih kakum ing banyu. Sajroning gana kakum ing banyu, iku banjur nurut bolonganing urat kang gandeng karo wadhuk. Mungguh kumambanging gana iku kaya dene banyu kang dumunung ing godhong lumbu. Sawise mangkono gana banjur gatra kaya pepukiran ing manusa, gatra mau saya suwe saya mundhak gedhe lan mundhak kekuwatane, ing kono banyu kang kakuman gana banjur njendhel, jendhelaning banyu uga banjur mundhak sumaring maneh, ampase pada kelet ing kuliting bayi, dene sarine dadi kawah. Mula pepelinge wong tuwa-tuwa, tumrap wong wanodya kang ngandhut lagi masane gana, iku aja sok ngajangake solah-bawaning raga, awit manawa kepleseting wiji, iku bisa njalari gagar (kluron).

Samengko genti mratelakake wewadi wadining wiji ing nalika arep tumitis, sajatine sengseming atining bapa kang ketarik dening dayaning wiji mau mangkene: Manawa arep nitisake wiji iku kang luwih dhisik manuksma ana ing utek, lebuning wiji nurut lebuning napas, tumuli nuksma ana ing panon, banjur manggon ana ing pramana, ing kono wis kawawa narik maya (sengseming ati sakaloron bapa lan biyung), temahan kelakon karon-sih iku wiji banjur manuksma ana ing rasa, dene tumibane ing biyung iku mbarengi wetune rahsaning bapa, kang banjur katampan ing papane.

Lakuning wiji mau miturut wetuning swasana, ing kono banjur tempuk karo metuning rahsa (mani) banjur kacatok dening kandhangan, sawise mangkono wiji tumuli tumempel, ing kono kudrating Pangeran wis ora owah maneh, tumrap kadadiyane bocah ing tembe, lelakone sarta wewatekane, miturut tanceping cipta sarta rasaning karep wektu pepasihan, ana kang minangka tandha-yektine, iya iku wujuding rupa mesti mirib (memper) bapa lan biyung, sabab wektu sih-sinihan sisi lan sijien tunggal padha nancepake katresnan, kaya rahsa narik jiwa, mula anak iku uga kena sinebut layanganing jiwa, dadi wis tetela tanceping warna kang ana ing cipta iku mahanani warna, rahsaning karsa lan greneking cipta mahanani wewatekan lan lelakon, mula iya ana paribasan: Kacang manut lanjaran. Utawa: Ora ana banyu mili mandhuwur. Kang mesthi banyu mili mangisor. Karepe bebasan iku mangkene: Rupaning anak iku mesthi mirib wong-tuwane.

Samengko mratelakake wewijangane wiji kang katarik saka dayaning bapa, ing nalika lebuning wiji mbarengi lebuning napas, nuli sumimpen ana ing utek, banjur rembes marang panon. Kang diarani panon iku banyu sari iya sarining utek, pamanggone sajroning manik. Sawise wiji ana ing kono kawawa manuksma ing pramana sarta kawawa amor sarasa, rasaning pramana ndayani tunggal karep, yen wis nunggal garepe wiji narik daya surenging karon-sih, mangkono iku manawa cinegah dadi paedah, yen linantur dadi batur. Tegese: Sing sapa nuju kasusupan wiji, mangka bisa nanggulangi karepe iku sayekti bakal tambah muncaring cahyane lan padhanging pamwas, dene yen tinurutan bakal kawawa mahanani anak, dadi tetela wijining anak iku manut empaning cipta, sarta urubing pramana minangka bahu (nguled), bumbu yen wis kauled ing bahu banjur kumpul, dene matenge saka daya Yitnamayaning biyung, dadi matenging panganan mau jenenge wis mapan, mulane mangkono, amarga urubing pramana iku manut mapaning cipta.

Terange mangkene. Saupama tanceping cipta welas asih, urubing pramana sarta wiji mesthi maya-maya, iku mahanani wewatekaning anak ing tembe linulutan ing sapada-pada, sarta jatmika alus ing budi, nanging kurang lantip ing panggraita.
Saupama tanceping cipta matutuk rumasa kabeneran ing sapolah-polahe, urubing pramana sarta wiji mesthi biru muyek marakata, iku mahanani wewatekane anak ing tembe bodho ing budi, nanging becik atine.

Saupama tanceping cipta kadereng ing kabudayan, urubing pramana sarta wiji mesthi warna abang mbaranang mblerengi, iku mahanani wewatekane anak ing tembe landhep ing panggraita sarta berbudi, nanging getapan sarta panas baranan.
Saupama tanceping cipta drengki, urubing pramana sarta wiji mesthi warna dadhu bureng marakata, iku mahanani wewatekane anak ing tembe culika, ndaluya, dora-cara, kang mangkono iku adate sok kataman lara owah (gingsir).

Saupama tanceping cipta kang lagi nungkul ing puja brata, mangke katarima, urubing pramana sarta wiji mesthi warna ijo nom mancur maya-maya, iku mahanani wewatekane anak ing tembe demen ngapura ambek paramarta, sarta wicaksana, kang mangkono iku adat sok bisa kasinungan darajat kawiryan.

Mungguh kang kasebut ing dhuwur kabeh mau, tumrap ala beciking wiji. Dene kandel-tipising wiji iku manut wancining karon-sih, nalika terangke mangkene: Yen wanci awan, wijine tipis, sabab ing wanci mau pramana nedhenge amer. Yen wanci bengi, wijine kandel, sabab ing wanci mau pramana nedhenge kenthel. Mulane sabisa-bisa manawa karon-sih, miliha wanci lingsir wengi tumekaning bangun esuk, iku wijine mesthi kandel kang njalari dawa umure.

Kapriye carane nyumurupi wujuding wiji, sarehne wiji iku bangsaning alus, dadi enggone nyumurupi iya sarana alusing pandulu. Kang diarani alusing pandulu iku ana limang prakara, iya iku saka beninging ati, sirnaning kekarepan, sarehing pangganda, lereming pancadriya, jatmikaning solah bawa. Yen wis bisa netepi laku limang prakara iku, lagi bisa nyumurupi wiji kang sawantahe.

Bab panengeraning wiji 

Tumrap panengeraning wiji, iku kena disumurupi, mungguh beda-bedaning wiji lanang utawa wiji wadon, bakal dadining anak, wantu utawa kembar, apa dene dhampit. Terange mangkene: Yen wiwit arep karon-sih ngawasna lakuning napas, manawa lakuning (metuning) napas santer ing lenging irung kang tengen, iku mratandhani cumitaking wiji ana ing panon kiwa, iya iku pratandha wiji lanang. Manawa napas santer ing lenging irung kang kiwa, iku mratandhani cumitaking wiji ana ing panon tengen, iya iku pratandha wiji wadon. Manawa napas santer ing lenging irung loro pisan (padha santere), iku mratandhani cumitaking wiji ana ing tengah-tengahing panon (manon), iya iku pratandha wiji wandu. Manawa eninging cipta rong pandurat suwene, iku bisa narik wiji loro, nalika karon-sih greget-santing sakarone tempuk (padha karepe), iku bakal mahanani anak kembar utawa dhampit. Nanging manawa kembar wijine cumitaking panon kang sasisih, yen dhampit wijine cumitaking panon kang kiwa tengen.

Lan maneh kanggo panengeran sawise wiji tumiba ing biyung, manawa bakal dadi lanang sang bapa katara swatata, anadene yen bakal dadi dhampit sakarone mempeng (padha andrenge) ing swatata.
Ing dalem layang Pangracutan amratelakake kawruh kang aran: Sajatining Lanang lan Sajatining Wadon, iku genahe mangkene:

Kang ingaranan roh Idlafi, iku rohing wadon, nanging dumunung ana ing lanang. Sajatining wadon iku roh Kudus mulya, nanging rohing lanang, mapan ing wadon, kang mahasucekake ing jinem, padha mapan sajroninng junup, mula kawasa anuwuhake karkat dhewe-dhewe, amarga rohing wadon kaango lanang, rohing lanang kaanggo wadon, dadi saka anggone arep narik rohe dhewe-dhewe, ing wekasan aliru lambang sari padha carane, temah kawasa anganakake sifat, mula ingaran sanggama, tegese benering sawiji balaka, utawa saresmi, pikarepe campuring sari wor syuh dadi padha mareme, awit kasamadan dening Dzat-ing Pangeran Kang Amahasuci, anggone arep cumitak warnaning bapa-babu, mula kang pancen waskita marang rahsaning karon-sih, yekti bisa angarani sadurunge kababar.

Kaya ta, ing dalem salapan dina, sakaloron mau kang anduweni kumenyut dhisik sapa, saupama wanodya kang ngrasakake kangen dhisik marang priyane, tumekaning kalakon anitisake wiji yekti bakal lair putra priya.

Kaya ta, kang anduweni kumenyut dhisik kang priya, kangen marang rabine, tumekani nitisake wiji, sayektine bakal lair putra wanita, ananging kudu banjur ditimbangi careme, supaya sakaro-karone atunggal, awit manawa kurang dhauping cipta, rasane bakal sulaya, sanadyan bakal tumuwuh ing tembe wijine anduweni cacad, mungguh wujuding cacad iku warna-warna.

Manawa ana lelabet cuwaning panggalih, kurang sarujuking saresmi mau, tembene anumusi wewatekaning putra kerep kacuwan ati, tarkadhang nandhang susah ing uripe;

Manawa ing dalem saresmi mau anduweni ngeres ing panggalih semu duka, nanging ora kawedhar, ing tembe wijine kalabetan watak sugih napsu hawa, tarkadhang tiwas uripe.

Manawa salah sawiji ing dalem arep ngangkat saresmi, ana kang duwe ati sisip sathithik, ing tembe uga tumus wewatekaning putra, yen kang sisip kang wanodya, tumus marang wiji priya, manawa kang sisip kang priya, tumus marang wewatekaning wiji wanita, kabeh iku kalebu paniitihan, ing dalem salapan dina iku wajib katitika titikaning cipta, sarta rasa pangrasa ing dalem salapan dina mau, mula bayi lair iku angetung salapanan, manawa wis tumeka sataun aran bocah tawa lare, tegese kuwat, mula banjur angetung taun.

Saka wasiyat dhawuh wewelinge Kangjeng Susuhunan ing Kalijaga, prakara panitikan ora kena sembrana ngarah apa, malah ing sabisa-bisa angestiya peta, tegese ing dalem karkat mau bisaa banjur tampa-tinampaning cipta sasmita, dadi aran sakaroning atunggal, sarta kudu suci supaya becik tumusane, utawa bisaa pasang gelaring salulut, tegese kang wanodya aja nganti liya pancipta pangalembana marang priyane, sanadyan priyane iya anyiptaa marang wanodyane, aja angrasakake liya-liyane, iya iku wiji sajati premati.

Sawenehing wong sajroning saresmi karo bojo, ora mawa pepantengan sakaroning atunggal, malah anduweni liya panyipta, tarkadhang anggagas kasenengane dhewe, kang mangkono iku upama bisa dadi wiji, sok ambilaheni wong tuwa, iya iku kang ingaran anak agawe rusak, yoga karya rengkaning praja.

Dene prataping wong ajejodon mau, bisaa cadhang-cinadhang, tegese wajibing wanodya ora kena adreng ing panedya kudu dianggo wadi, priya iku wewenange angon cipta-sasmitaning wanodya, sakira ing dalem sadina kono ora ana sebab apa-apa, tanpa labet susah, apa dene sepi pakewuh, iku tandha yen Pangeran Kang Amahasuci anggone bakal nitahake wiji, wiji ing sasama, iya iku jatining Trimurti, akeh kang dadi anak anung angungkuli bapa. Sanadyan para luhur manawa kabeneran pakartining budi, kalayan nastiti, yekti bisa dadi. Dene kang agawe rusaking nagara, iya saka kurang saranta, temahane kurang prayoga lelegetaning ngaurip.

Bab pangleburing wiji ala 

Sanadyan wis bisa narik wiji, ing mangka wiji kang sumurup mau wiji ala, iku uga kena dilebur sadurunge dadi wiji kang dumadi. Dene pratikele mangkene: ing sajrone karon-sih among ulahing swatata, manawa duwe niyat arep nurunake wiji, lan maneh ilafating wiji kang bakal tumiba kurang becik, mangka sajroning ulah swatata sem-ing karsa mau, utawa sajroning karon-sih nalika lagi kadereng kadhesek mempenging karep, iku kasurehna, aja kabacutake, ora-orane iya kagaweya gela utawa kemba, iya iku saran wudharing rahsa kasilipna mangisor utawa kawutahna ing sajabaning lawang. Sarana mangkono adate wiji ora bisa dadi amarga ora bisa katampan ing wadhahe ing wasana gagar utawa sonya.
read more