Ads 468x60px

Wednesday, June 12, 2013

Napak Tilas Sejarah Asal Usul Orang Jawa dan Orang Kanung part 6



Begitu juga Orang-orang keturunan Putri Nie Rah Kie krandan pantai juga ikut pindah, mereka memilih tempat yang dekat dengan laut yakni di sekitar gunung Ngargapura yang sebelah utara (kecamatan Sluke) yang membelakangi jurang yang dalam dan hutan yang lebat, desa itu dinamakan desa Terahan (Trah=keturunan Putri Nie Rah Kie). Tempat yang dekat pantai dan teluk di manfaatkan untuk menyandarkan perahu-perahu asing yang mampir hendak mengambil air minum, lalu desa itu dinamakan desa Pangkalan.

Wanita Terahan dan Pangkalan mereka terkenal oleh kecantikan parasnya. Mereka masih meneruskan tata cara wanita leluhurnya di Tanjungputri, wanita-wanita itu suka menanam bunga melati yang bunganya mereka pakai untuk menghias penampilan yakni untuk diselipkan di sanggul, untuk kalung, setiap hari setelah mandi mereka pasti menaruh melati di rambut. Untuk kaum laki-lakinya mereka memakainya sebagai oncen-onceng Surengpati yang dikalungkan di keris. Kalau bertepatan hari suci bunga melati mereka pakai untuk ziarah ke makam leluhur, juga di makam leluhur Nyai Dhanhyang/ Kaki Dhanhyang yang di beri sesaji ubarampe dan karangan bunga melati serta dupa pratus wangi.


Sampai sekarang para wanita yang merasa masih keturunan Tanjungputri meski berada di tempat/ negara manapun, meskipun cuma sebatang pohon bunga melati mereka pasti menanamnya. Dan senantiasa memakai bunga yang menawan hati tersebut, sebagai ungkapan bangga dan menghormati leluhur mereka yakni Putri Nie Rah Kie, Dattsu Dewi Sibah, serta Maharani Bre Lasem I Dewi Indu Purnawulan, dan dan putri-putri Kriyan putra Eyang Empu Guru Pr Santibadra ( putri Cempa Bie Nang Tie dan putri Malokhah juga suka ikut memakai bunga melati ini), juga Raden Ajeng Kartini.

Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke alamat email. Masukkan email anda ke kolom di bawah ini:

Disponsori oleh : blogrozran

Saya Sarankan Anda Baca Juga



0 comments :

Post a Comment