Ads 468x60px

Saturday, April 26, 2014

Fatwa 'perkosa istri' menuai kecamandi mesir

Ulama Mesir dan Wakil Presiden Al-Da'wa Al-Salafiya (Panggilan Salafi), Yasser Burhami, telah memicu kontroversi setelah mengeluarkan fatwa terbaru yang memungkinkan pria untuk membiarkan istri mereka diperkosa jika mereka takut hidup mereka terancam.

Sementara dalam fatwa lainnya, Burhami dengan nyata menggambarkan bagaimana seorang pria harus benar-benar melihat istrinya telah melakukan hubungan seksual dengan pria lain sehingga dia dapat mengklaim sebagai kasus perzinahan dan karena itu sang suami berhak untuk membunuh istrinya, seperti dilansir stasiun televisi Al Arabiya, Jumat (25/4).

Burhami menerbitkan fatwanya itu di situs Anasalafy.com, yang dikaitkan dengan gerakan Panggilan Salafi, sayap spritual dari Partai Al-Nur Mesir. Dia menjelaskan memungkinkan seorang istri untuk diperkosa sama saja seperti kerampokan uang.

"Dalam hal ini sang suami terpaksa (untuk menyerahkan istrinya) dan tidak berkewajiban (untuk membela istrinya)," kata dia.

Fatwa itu langsung mendapat kecaman di Mesir dan menimbulkan protes di media sosial.

Assaeed Mohammad Ali, seorang pejabat di Kementerian Agama Mesir, mengatakan kepada koran Al-Masry Al-Youm bahwa fatwa Burhami tidak memiliki dasar baik itu dalam syariah Islam atau hukum negara pada umumnya.

"Setiap muslim harus melindungi kehormatannya bahkan jika itu harus membawa mereka ke penjara atau pada kematian. Pengorbanan untuk melindungi kehormatan seorang istri adalah kewajiban agama," dia menjelaskan.

Fatwa kontroversial Burhami juga memicu kritikan dari para cendekiawan di Universitas al-Azhar, salah satu pusat utama pendidikan sastra Arab dan pengkajian Islam Sunni di dunia.

Syekh Ali Abu al-Hasan, mantan kepala komite fatwa Al-Azhar, yang dikutip oleh situs Elaph, mengatakan fatwa Burhami tidak mendasar pada syariah Islam dan melindungi kehormatan seorang wanita adalah kewajiban seorang suami dan keluarganya.

Mohammad al-Shahat al-Jundi, seorang anggota Dewan Penelitian Islam, juga mengkritik fatwa Burhami dan mengatakan hal itu tidak mendasar pada setiap patokan yang dapat diandalkan.

Tetapi Syekh Ali Hatem, seorang juru bicara untuk Dewan Pemerintahan dari Panggilan Salafi, membela koleganya itu dan menuduh penyusup tidak disebutkan namanya telah mencoba untuk menciptakan krisis dan menimbulkan masalah.

Dia mengatakan pertanyaan-pertanyaan yang diminta terkait fatwa itu seperti sebuah 'perangkap'.

"Syekh Burhami menekankan kewajiban untuk membela kehormatan. Tetapi jika suami tertentu tidak mampu mempertahankan dirinya, sehingga dia bisa mati dan kehormatan istrinya akan membahayakan, apa yang bisa dia lakukan? Dia diperbolehkan untuk memilih antara mengorbankan kehormatan istrinya atau melindungi hidupnya," ujar dia, dalam pernyataan yang dikutip oleh Al-Masry Al-Youm.

Fatwa aneh lainnya yang mengatakan bahwa berdasarkan agama seorang muslim dapat membunuh istrinya jika dia ketahuan tertangkap melakukan hubungan seksual dengan pria lain, juga membuat Burhami mendapat gelombang kritikan lainnya.

Anggota Dewan Penelitian Islam Mesir, Al-Jundi, juga mengecam fatwa itu dan mengatakan semua klaim perzinahan harus dibawa ke pengadilan dan pembunuhan bukan sebuah bentuk dari hukuman dalam kasus terbukti perzinahan.

"Dalam kasus perzinahan, seorang suami tidak dapat melanggar hukum dan mendapatkan hak-hak mereka dengan cara memperlihatkan kekuatan dari lengan mereka," ucap Al-Jundi kepada situs Youm7.

Burhami, yang merupakan seorang ulama garis keras, membuat pernyataan itu dalam menanggapi pertanyaan yang diajukan di websitenya.

Dua hari lalu, Kementerian Agama Mesir melarang ulama Salafi itu dalam memberikan khotbah di setiap masjid di Mesir, meski mereka beralasan larangan itu dikeluarkan lantaran Burhami bukan lulusan Al-Azhar.(src)
read more

Friday, April 18, 2014

Semar dalam Filosofi Jawa



Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya

Bebadra = Membangun sarana dari dasar

Naya = Nayaka = Utusan mangrasul



Artinya : Mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia



Filosofi, Biologis Semar

Javanologi : Semar = Haseming samar-samar (Fenomena harafiah makna kehidupan Sang Penuntun). Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : “Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tumggal”. Sedang tangan kirinya bermakna “berserah total dan mutlak serta selakigus simbul keilmuaan yang netral namun simpatik”.

Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel = keteguhan jiwa. Rambut semar “kuncung” (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan.

Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi. Semar barjalan menghadap keatas maknanya : “dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha pengasih serta penyayang umat”.

Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : mengadakan keadilan dan kebenaran di bumi.

Ciri sosok semar adalah :



Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua

Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan

Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa

Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok

Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya



Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Isalam di tanah Jawa.

Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual . Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.

Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas ,dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa .

Gambar tokoh Semar nampaknya merupakan simbol pengertian atau konsepsi dari aspek sifat Ilahi, yang kalau dibaca bunyinya katanya ber bunyi :



Semar (pralambang ngelmu gaib) – kasampurnaning pati.

Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika artinya “merdekanya jiwa dan sukma“, maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : “dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup”.



Filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka dalam lakon Semar Mbabar Jati Diri

Dalam Etika Jawa ( Sesuno, 1988 : 188 ) disebutkan bahwa Semar dalam pewayangan adalah punakawan ” Abdi ” Pamomong ” yang paling dicintai. Apabila muncul di depan layar, ia disambut oleh gelombang simpati para penonton. Seakan-akan para penonton merasa berada dibawah pengayomannya.

Simpati para penonton itu ada hubungannya dengan mitologi Jawa atau Nusantara yang menganggap bahwa Semar merupakan tokoh yang berasal dari Jawa atau Nusantara ( Hazeu dalam Mulyono 1978 : 25 ). Ia merupakan dewa asli Jawa yang paling berkuasa ( Brandon dalam Suseno, 1988 : 188 ). Meskipun berpenampilan sederhana, sebagai rakyat biasa, bahkan sebagai abdi, Semar adalah seorang dewa yang mengatasi semua dewa. Ia adalah dewa yang ngejawantah ” menjelma ” ( menjadi manusia ) yang kemudian menjadi pamong para Pandawa dan ksatria utama lainnya yang tidak terkalahkan.

Oleh karena para Pandawa merupakan nenek moyang raja-raja Jawa ( Poedjowijatno, 1975 : 49 ) Semar diyakini sebagai pamong dan danyang pulau Jawa dan seluruh dunia ( Geertz 1969 : 264 ). Ia merupakan pribadi yang bernilai paling bijaksana berkat sikap bathinnya dan bukan karena sikap lahir dan keterdidikannya ( Suseno 1988 : 190 ). Ia merupakan pamong yang sepi ing pamrih, rame ing ngawe ” sepi akan maksud, rajin dalam bekerja dan memayu hayuning bawana ” menjaga kedamaian dunia ( Mulyono, 1978 : 119 dan Suseno 1988 : 193 )

Dari segi etimologi, joinboll ( dalam Mulyono 1978 : 28 ) berpendapat bahwa Semar berasal dari sar yang berarti sinar ” cahaya “. jadi Semar berarti suatu yang memancarkan cahaya atau dewa cahaya, sehingga ia disebut juga Nurcahya atau Nurrasa ( Mulyono 1978 : 18 ) yang didalam dirinya terdapat atau bersemayam Nur Muhammad, Nur Illahi atau sifat Ilahiah. Semar yang memiliki rupa dan bentuk yang samar, tetapi mempunyai segala kelebihan yang telah disebutkan itu, merupakan simbol yang bersifat Ilahiah pula ( Mulyono 1978 : 118 – Suseno 1988 : 191 ). Sehubungan dengan itu, Prodjosoebroto ( 1969 : 31 ) berpendapat dan menggambarkan ( dalam bentuk kaligrafi ) bahwa jasat Semar penuh dengan kalimat Allah.

Sifat ilahiah itu ditunjukkan pula dengan sebutan badranaya yang berarti ” pimpinan rahmani ” yakni pimpinan yang penuh dengan belas kasih ( timoer, tt : 13 ). Semar juga dapat dijadikan simbol rasa eling ” rasa ingat ” ( timoer 1994 : 4 ), yakni ingat kepada Yang Maha Pencipta dan segala ciptaanNYA yang berupa alam semesta. Oleh karena itu sifat ilahiah itu pula, Semar dijadikan simbol aliran kebatinan Sapta Darma ( Mulyono 1978 : 35 )

Berkenaan dengan mitologi yang merekfleksikan segala kelebihan dan sifat ilahiah pada pribadi Semar, maka timbul gagasan agar dalam pementasan wayang disuguhkan lakon ” Semar Mbabar Jati Diri “. gagasan itu muncul dari presiden Suharto dihadapan para dalang yang sedang mengikuti Rapat Paripurna Pepadi di Jakarta pada tanggal, 20-23 Januari 1995. Tujuanya agar para dalang ikut berperan serta menyukseskan program pemerintah dalam pembangunan manusia seutuhnya, termasuk pembudayaan P4 ( Cermomanggolo 1995 : 5 ). Gagasan itu disambut para dalang dengan menggelar lakon tersebut. Para dalang yang pernah mementaskan lakon itu antara lain : Gitopurbacarita, Panut Darmaka, Anom Suroto, Subana, Cermomanggolo dan manteb Soedarsono ( Cermomanggolo 1995 : 5 – Arum 1995 : 10 ). Dikemukan oleh Arum ( 1995:10 ) bahwa dalam pementasan wayang kulit dengan lakon ” Semar Mbabar Jadi Diri ” diharapkan agar khalayak mampu memahami dan menghayati kawruh sangkan paraning dumadi ” ilmu asal dan tujuan hidup, yang digali dari falsafat aksara Jawa Ha-Na-Ca-Ra-Ka.

Pemahaman dan penghayatan kawruh sangkan paraning dumadi yang bersumber filsafat aksara Jawa itu sejalan dengan pemikiran Soenarto Timoer ( 1994:4 ) bahwa filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka mengandung makna sebagai sumber daya yang dapat memberikan tuntunan dan menjadi panutan ke arah keselamatan hidup. Sumber daya itu dapat disimbolkan dengan Semar yang berpengawak sastra dentawyanjana. Bahkan jika mengacu pendapat Warsito ( dalam Ciptoprawiro 1991:46 ) bahwa aksara Jawa itu diciptakan Semar, maka tepatlah apabila pemahaman dan penghayatan kawruh sangkan paraning dumadi tersebut bersumberkan filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka(src)
read more

Tuesday, April 8, 2014

Anggota DPRD mesum di mobil

Jum calon anggota legislatif Kabupaten Batanghari dari Partai Golkar tertangkap basah sedang mesum pada, Kamis (3/4) sekitar pukul 09. 00 WIB. Jum tertangkap basah sedang mesum oleh anggota Satlantas Polres Batanghari yang sedang berpatroli.

Saat itu anggota mencurigai satu unit mobil minibus hitam jenis Avanza bernomor polisi B 2596 TO yang sedang terparkir di Jalan AMD Kelurahan Muarabulian, persis mengarah ke tempat pembuangan akhir sampah.

Ketika didekati petugas mobil tersebut langsung kabur namun berhasil dihentikan petugas. Dari pemeriksaan diketahui mobil tersebut dikendarai Jum dan di dalamnya terdapat seorang wanita yang diakui sebagai kekasih caleg tersebut berinisial SS (24), warga RT 01 Kelurahan Sungai Rengas Kecamatan Marosebo Ulu.

Dari hasil pemeriksaan, SS diketahui adalah alumni Akademi Perawat YPSBR Muarabulian dan bekerja di Puskesmas Marosebo Ulu sebagai tenaga kerja sukarela.

Dan dari pengakuan wanita tersebut, mereka belum lama berada di tempat kejadian perkara, dan SS juga sudah mengetahui kalau Jum sudah beristri. Polisi masih terus menyelidiki dugaan kasus perbuatan mesum Jum dan SS tersebut.

Ketua DPD Golkar Kabupaten Batanghari, Jambi, Syahirsyah mengaku kecewa kecewa dengan ulah salah satu kadernya berinisal Jum yang ditangkap polisi karena diduga berbuat mesum.

"Kita akan evaluasi, jika terbukti, partai akan membatalkan Jum dari pencalonan jika terpilih kembali sebagai anggota DPRD Batanghari," katanya saat diminta tanggapannya di Batanghari, seperti dikutip dari Antara, Minggu (6/4).(sbr)
read more