Ads 468x60px

Wednesday, June 19, 2013

Asal usul suku Jawi

Napak tilas asal usul sejarah orang Jawa dan Orang Kanung part 8 :

IV. Jaman JAWA-DWIPA (JAWA-Pegon dan JAWA-Purwa)

Pada tahun 110Masehi, bumi Jawa-Pegon di landa gempa dahsyat dari gunung Kamput, gunung yang menjulang di antara laut Supitan Kamput, yang dilanjutkan dengan meletusnya gunung tersebut yang menumpahkan lahar dan abu yang memenuhi udara, orang-orang Sitijenar ketakutan tidak ada yang berani keluar rumah.

Setelah lewat masasatu tahun kemudian keaadaan baru mulai reda, laut Supitan Katon berubah jadi sempit nampak seperti sebuah sungai yang lebarnya bisa diseberangi dengan rakit pohon pisang, orang-orang menamai kali Brantas ( tahun 111 Masaehi ).

Orang-orang Nusa pegon semakin berharap akan bersatunya negaranya dengan negara Jawa Purwa, maka lant5as mereka mengusulkan kepada Dhatu Hang Tsu Hwan, dan pada tahun 115 Masehi akhirnya hal itupun terwujud dan dinamakan Nusa Jawa Dwipa (Dua Jawa Pegon dan Purwa jadi satu, P(aksara jawa)=2)

Pada tahun 385 Masehi, orang-orang Banjar turunan karena sudah padat akhirnya banyak yang pindah ke daerah lain sampai ke negri Argasoka, yaitu lereng gunung Ngargapura sebelah barat. Di daerah tersebut banyak terdapat pohon pucang dan resula yang warnanya kuning gading. Dari daerah itu tampak di sebelah barat pulau Maura yang dikelilingi lautan, Pulau itu merupakan gunung yang tinggi yang puncaknya terdapat kawah berapi sehingga dari situ tampak asap di langit, Orang-orang pendatang itu diketuai oleh anak muda umur 35 tahunan bernama Hang Sam Badra, seorang pengelana dari negri jauh, yang kemudian diangkat oleh warga menjadi Dhatu di situ. Daerah baru tersebut dinamakan Pucangsula ( sekarang jadi desa Logadhing,Sriamba, kecamatan Lasem). Setelah melewati masa 15 tahun akhirnya desa tersebut menjadi Banjar/kota besar sebab banyak orang yang datang dari negara manca berdagang disitu. Orang-orang manca tersebut setelah bertemu bergaul dengan orang Pucangsula, akhirnya banyak yang berubah jadi menyukai dan menganut Kepercayaan Suci Hwunning dan budaya Jawa, yang lantas merekapun jadi orang Jawa-Dwipa.

Mulai dari jadi orang Jawa di Tanjungputri pada tahun 1 sampai beranak cucu terpencar sampai gunung Kendheng Ngargapura selama 617 tahun, belum ada orang bijak yang mengajarkan Kepercayaan suci Hwuning. Orang-orang itu menyembah Hyang Tata Maha Das sekedar ikut lumparhnya orang banyak yang melakukan Tatacara susilatama dan setia negara. Baru pada masa berdirinya banjar Pucangsula Kepercayaan suci Hwuning bisa dipelajari.

Oleh para Wegig, para Pandhita; dari latihan kepada Panembahan Guru Dhatu hang Sam Badra yang menyempatkan mengajar para Kasepuhan Kanung (=sengkaning gunung); pada tahun  387 Masehi, bertempat di Pasraman punthuk Punggur Gunung Tapa’an (Desa Warugunung, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang).


Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke alamat email. Masukkan email anda ke kolom di bawah ini:

Disponsori oleh : blogrozran

Saya Sarankan Anda Baca Juga



0 comments :

Post a Comment