Ads 468x60px

Saturday, June 1, 2013

Yuk Kita Simak Pepali Ki Ageng Selo part 4


BAGIAN IV

Nama lagu dan bentuk syair : M I J I L.
Jumlah baris tiap bait : Enam.
Suara akhir masing-masing baris : i, o, e, i, i, u.
Jumlah suku kata masing masing : 10, 6, 10, 10, 6, 6.


1. Ngelmu sarengat puniku dadi, Wawadhah kang yéktos. Kawruh télu pan kawéngku kabeh, Kang serengat kanggo lair batin. Pramilane sami, Sarengat rumuhun.

Ilmu syariat itu jadi, Tempat yang sebenarnya. Ketiga itu telah terkandung didalamnya semua, Dalam syariat untuk lahir dan batin. Maka hendaknya semua, Menjalankan syariat dahulu.

2. Ngelmu tarekat punika dadi, Dédalan kang yéktos, Lamun arsa wruh ing Pangerane. Luwih angel, marga saking sulit. Ati sanubari, Séjatine iku 

Ilmu tarekat itu jadi, Jalan yang sejati, Bila ingin megetahui Tuhan. Lebih sukar oleh karena sulit. Hati sanubari, Sebenarnya itu


Jalan ke Tuhan melalui hati sanubari.

3. Ngelmu kakekat puniku pasthi, Wéruh kangsayéktos, Ing wuhude Pangeran sipate, Nanging Allah tan kéna kadéling.Katingale ugi,Neng sipatireku.

Ilmu hakikat itu pasthi, Tahu yang sebenarnya,Kenyataan sifat-sifat Tuhan. Akan tetapi Allah tak dapat dilihat. Terlihatnya juga, Hanya pada sifat-sifatnya.

4. Dene ngelmu makripat kang luwih, Wéruh kang samélok. Den rumangsa iku ing uripe ! Sébab urip napas manjing mijil. Ya iku sayékti, Wéruh kang satuhu.

Sedangkan ilmu makrifat yang lebih tinggi, Artinya tahu dengan sesungguhnya. Sadarilah itu dalam hidupmu Sebab hidup keluar masuknya napas. Itulah sebenarnya, Tahu yang sebenar-benarnya.

5. Lamun mérém sipate Hyang Widi, Katingal mancorong. Lamun mélek katingal ing Date, Ing salwiring kang katingal kabeh. Jémbar padhang iki, Pratandha Hyang Agung.

Bila mata terpejam sifatnya Yang Maha Kuasa, Nampak bercahaya. Bila mata terbuka kelihatan dalam Dzat, Segala yang nampak semua, Luas dang terang benderang ini, Pertanda sifatnya Yang Maha Agung.


Menurut ajaran Ilmu Mystik, sifat Tuhan yang tampak sebagai cahaya itu, dapat disaksikan dalam semadi atau shalat daim.

6. Lamun sira kabeh wus mangérti, Ngelmu papat manggon, Poma aja mancungul ungase  Dipun gémi, tanapi den rémpit,Sayéktiku wadi,Lir gandrung mangun kung.

Bila kamu semua sudah mengerti, Kedudukan keempat ilmu, Janganlah menampakkan kesombongan  Hendaknya berhemat dan cermat, Sebenarnya itu rahasia, Bagaikan jatuh cinta yang membara.

7. Lawan malih, wékas ingsun sami, Aja laku awon, Ing sabarang sarak larangane  Dipun eman wéruh ngelmu iki, Supayane mbenjing, Ngakerat képangguh 

Lagi pula, pesan saya semua, Jangan berbuat jahat, Ingatlah segala larangan sarak  Sayangilah akan pengetahuan ilmu ini, Supaya kelak, Diakhirat menemukan buahnya 

8. Lawan malih dipun ngati-ati, Den sabar lan kamot, Lamun ana cobaning Hyang méngke Setan julig, wasis miranteni, Pramilane sami, Den awas lan emut 

Lagipula hendaknya berhati-hati, Hendaknya sabar dan tahan, Bila ada coboaan dari Tuhan nantinya  Setan licik, pandai membuat perangkap, Oleh sebab itu, Selalu waspada dan ingat 

9. Iya iku pawitan kang luwih, Sabar lawan kamot ! Pan wus kocap dalil Qur’an nggone : Wabasiri sabarina. Yékti, Bébungah Hyang Widi, Kang sabar ing laku.

Yaitu merupakan modal yang lebih, Sabar dan tahan  Yang sudah tertulis dalam dalil Qur’an tempatnya : Wabasiri sabarina. Benar, Merupakan kurnia dari Allah, Yang sabar dalam menjalaninya.

10. Ingkang sampun tédhas ilmu iki, Tan darbe pakewoh, Ing sabarang lakuning uripe, Upamane sarah munggeng jladri, Tan karsa pribadi, Mung lakuning alun.

Yang dapat mengunyah ilmu ini, Tidak memiliki perasaan segan, Di semua perjalanan hidupnya, Ibarat sampah didalam lautan, Tak ada kehendak pribadi, Hanyalah ikut geraknya belombang.


Manusia dimaksud dalam bait diatas, tidak mempunyai kemauan sendiri lagi. Segala perbuatannya dipersembahkan kepada Allah. Ia menjalankan kehendak atau perintah Allah, ibarat sampat yang bergerak menrut kehendak gelombang lautan.

11. Miwah kudu anggaweya bécik, Mring sapadhaning wong. Aja nédya ngudi wawalésé ! Gusti Allah pasthi anyémbulih, Yen apotang bécik, Ngakerat tinému.

Dan wajib berbuat kebaikan, Kepada sesama orang. Jangan mengaharap balasannya  Allah pasti akan membalasnya, Yang meminjamkan kebaikan, Diakhirat akan mendapat balasannya.

Orang yang berbuat kebaikan dan selalu sadar akan berbuatannya yang demikian itu, lebih-lebih mengaharap balasannya, dalam hakikatnya ialah orang yang belum baik. Bagi orang yang benar-benar baik, perbuatan baik itu perbuatan yang biasa, jadi tidak seberapa disadari waktu menjalaninya.

12. Poma aja sumélang ing galih, Lair miwah batos, Janji sira anétépi bae, Ing unine supatra kadyeki, Pasthi datan kédhip, Kang Allah Mukidun.

Janganlah mempunyai rasa was-was dalam hati, Lahir serta batin, Asal kamu menepati saja Bunyi kalimat seperti ini, Tidak akan berkedip, Yaitu Allah Makidun.


Makidun berarti : meresap dalam dan meliputi segala-galanya.

Pengertian tentang sifat Makidun Tuhan ini dapat diperoleh dalam ayat surat ikhlas Al Qur’an, yang berbunyi : “Qul huwa Allahu ahad”, yang berarti “Katakanlah Allah itu Satu”.

Menurut filsafat, karena sifat mtlak akal manusia itu dualistis, akal manusia tadi tidak dapat membentuk gambaran tentang pengertian Satu, karena apapun juga olehnya harus digambarkan dalam suatu tempat atau ruang, dan sesuatu tadi dengan ruang tempat ia ada, sudah merupakan Dua. Yang dapat digambarkan oleh akal manusia bukannya pengertian Satu, tetapi pengertian Kesatuan, sebagai jumlah dari semua satuan. Demikian seluruh alam ini, dengan semua bagiannya dan semua Satuan, yang ada didalamnya merupakan satu Kesatuan. Bila Allah itu Satu, maka seluruhnya alam ini harus merupakan sifat-Nan atau dengan perkataan lain, Ia harus ada dimana-mana, meresap dalam segala-galanya dan meliputi segala-galanya dalam dunia ini.

13. Pan wus kocap ana ndalém kadis, Lapal kang sayéktos. Mantala wajidahu lapale, Wajidahu tégése kang arti : Yen témén sayékti, Kakekating masbun.

Yang telah tersebut di dalam Hadist, Lafal yang sejati. Mantala wajida, Wajidahu artinya : Apabila jujur yang bersungguh-sungguh, Hakikatnya masbun.

14. Sakarsanta, Allah anjurungi, Denira krahayon. Pan ginadhang prapteng salalise. Gusti Allah yen amundhut urip, Mring kawula sami, Ngaget praptanipun :

Sekehendakmu, Allah meluluskan, Kehendak akan bahagia, Yang sudah dicadangkan hingga datangnya maut. Bila Allah mengambil hidup, Dari semua hamba-Nya, Secara tiba-tiba kedatangannya.

Lamun sira bida nganggo iki, Dadi jalma kaot. Yeku aran manungsa arane. Tégésira unusaning jalmi. Arang kang ngawruhi, Wrin manungsanipun. Bila kamu dapat mempergunakan ilmu ini, Jadi orang yang terpilih. Itu artinya manusia yang sejati. Maksudnya ialah sari-intinya manusia. Jarang ada yang megetahui, Mengetahui manusiaannya.

Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke alamat email. Masukkan email anda ke kolom di bawah ini:

Disponsori oleh : blogrozran

Saya Sarankan Anda Baca Juga



0 comments :

Post a Comment