Ads 468x60px

Saturday, August 3, 2013

Oleh-oleh azimat dari makam Sunan Gunung Jati

Setelah wafat, Sunan Gunung Jati dimakamkan di bukit kecil bernama Gunung Sembung. Kompleks makam ini berada di lintasan Jalan Cirebon - Indramayu, kurang lebih berjarak 4 km dari pusat Kota Cirebon ke arah utara, tepatnya di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Di kompleks itu juga dimakamkan keturunan keraton Kanoman dan kasepuhan Cirebon.

Sebagai salah satu anggota Walisongo penyebar Islam, makam Gunung Jati selalu dipadati peziarah dari berbagai daerah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan umat Islam dari luar negeri. Bahkan di satu sisi ruangan, komplek makam ini juga disediakan ruangan untuk ziarah umat agama lain.

Pada saat survei jalur mudik akhir Juli lalu, merdeka.com menyempatkan diri berkunjung ke sana. Lokasi makam memang berada di atas perbukitan yang dikelilingi area perkampungan warga. Anda yang pernah berkunjung ke sana tentu tahu komplek pemakaman yang dikelola oleh keluarga Keraton Cirebon. Lokasi ini menarik dikunjungi bila mudik Lebaran Anda tahun ini melewati jalur Pantura.

Sekadar melepas penat, sambil mengenang sejarah perjuangan ulama besar penyebar Islam di Pulau Jawa. Memasuki area pemakaman dari jalan utama, akan dijumpai barisan toko-toko penjaja aneka rupa kebutuhan ziarah, seperti kembang tujuh rupa dan kemenyan.

Di samping itu, kebanyakan dari toko-toko tersebut juga menjual aneka perlengkapan dan peralatan ibadah, mulai dari sarung, peci, baju koko, mukena, tasbih, hingga kitab suci Alquran dan berbagai kitab ataupun buku-buku keagamaan yang lain. Menambah semarak, di banyak toko juga menjajakan barang-barang khas Cirebon, seperti kujang, aneka kaos, kain batik, bahkan senjata tajam semisal kujang dan keris.

Jika akan memasuki area pemakaman, peziarah akan melewati gerbang gapuro utama yang tersusun dari tatanan batu bata merah yang berdiri tambun dan anggun. Tepat di belakang gapuro inilah berjejeran para peminta sedekah yang membawa wadah penampung uang sumbangan, seperti kotak amal, hingga panci baskom dari tembaga.

Pengelola makam ditunjuk dari Keraton Cirebon. Menurut Sanusi, salah satu pengelola makam, keraton memiliki orang sendiri untuk menjaga makam Sunan yang menjadi satu dengan makam komplek Sultan Cirebon, itu. "Pemerintah menyediakan parkir di bawah. Tapi kalau yang mengelola makam tetap abdi dalem keraton," terangnya kepada merdeka.com, Kamis (25/7).

Sebagai oleh-oleh untuk peziarah dari pengelola makam, abdi dalem ini menyediakan tiga jenis azimat bagi para peziarah. Pertama bungkusan padi, minyak wangi, dan gumpalan tanah keramat sebesar biji salak. Fungsinya macam-macam. Biji padi itu dipercaya mengandung barokah, bila dicampur dengan biji padi di rumah, kemudian di tanam di sawah, maka hasilnya bakal berlimpah.

Sementara minyak wangi mengandung barokah sebagai daya pikat. Bila dioleskan di pelipis perempuan, maka dia akan nampak menawan. Bila dioleskan pada pelipis pria, dia nampak rupawan. Minyak ini dipercaya sebagai azimat pelaris. Bila anda penjual perempuan, minyak dioleskan di pelipis kanan kiri, maka dagangan anda bakal ramai pembeli yang terpikat dengan aura positif yang terpancar dari wajah anda. Barokah itu juga berlaku bagi penjual pria. Itu yang diyakini oleh penjualnya. Benar tidaknya, terserah keyakinan Anda.

Lalu apa khasiat gumpalan tanah keramat? Tanah ini diambil dari Bumi Cirebon yang sudah diberi asma tertentu. Barokahnya bisa menyembuhkan penyakit perut dan sebagai tolak balak di rumah, termasuk penangkal serangan makhluk halus atau jin jahat. "Untuk obat, tanah cukup dicampur dengan air, lalu diminum. Kalau untuk tolak balak dan serangan Jin, tanah cukup ditaruh di pekarangan angker," kata Sanusi.

Syarif Hidayatullah atau dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, salah satu anggota dewan ulama atau lebih dikenal Walisongo sebagai penyebar agama Islam di pulau Jawa pada abad ke-14 silam. Ia adalah putra dari Nyai Rara Santang, salah seorang putri Maharaja Prabu Siliwangi dari salah satu istrinya, Nyai Subang Larang.

Ayahnya bernama Syekh Maulana Akbar yang berasal dari Negeri Gujarat di India Selatan. Dengan demikian, ia adalah salah satu cucu dari raja terbesar Pajajaran. Sunan Gunung Jati dikenal sebagai satu-satunya anggota Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di bumi Pasundan atau wilayah Jawa Barat.

Sepeninggal Prabu Siliwangi, kerajaan Pajajaran mengalami kemunduran dan terpecah belah. Salah satu putranya, Raden Walangsungsang, memisahkan diri dari Pajajaran, lalu mendirikan Keraton Cirebon dengan gelar Prabu Cakrabuana. Sayang, Walangsungsang tidak memiliki putra sebagai pewaris tahta.

Maka, tatkala Syarif Hidayatullah dewasa, dan kembali dari pengembaraan di Tanah Suci Mekkah, ia kemudian dinikahkan dengan saudara sepupunya yang bernama Dewi Pakungwati. Kelak Syarif Hidayatullah menggantikan tahta uwaknya dan membangun Keraton Pakungwati yang kini dikenal sebagai Keraton Kasepuhan Cirebon.(src)

Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke alamat email. Masukkan email anda ke kolom di bawah ini:

Disponsori oleh : blogrozran

Saya Sarankan Anda Baca Juga



0 comments :

Post a Comment