Ads 468x60px

Tuesday, April 30, 2013

Bhagavat Gita part 2

belajar wayang


Bhagavat Gita part 2 ini menceritakan persiapan Pandawa meliputi nama-nama sangkakala mereka masing-masing

Bhagavat Gita Part 2 tells the Pandavas preparation include the names of their own trumpet

(10)
Tak terhitung jumlah laskar kita yang dipimpin oleh Sang Bhisma, sedangkan dipihak mereka (Pandawa) yang dipimpin oleh Bima, jumlah laskar mereka sangat mudah untuk dihitung.

Countless numbers of our army, led by the Bhisma, whereas the part of those (Pandava) led by Bhima, the number of warriors they are very easy to calculate.

Sebenarnya jumlah tentara Kaurawa memang lebih banyak dari pihak Pandawa, kabarnya Kaurawa mempunyai laskar lebih banyak empat divisi dibandingkan pihak Pandawa. Ada juga yang menyebutnya berlipat ganda.

The actual number of soldiers Kaurawa does more than the Pandavas, is said to have Kaurawa army more than the four divisions of the Pandavas. There is also a double call.

(11)
Dan telah diatur sedemikian rupa sehingga setiap pendekar dan pimpinan divisi berada pada posisi masing-masing dan menjaga Bhisma dengan baik.

And has been arranged so that every warrior and chief of the division are at their respective positions and keeping Bhisma well.


Oleh sementara ahli, ucapan-ucapan Duryodana di atas dianggap juga sebagai ungkapan rasa khawatir Duryodana yang merasa di pihak Pandawa terdapat lebih banyak pahlawan-pahlawan sakti, walaupun jumlah laskar mereka lebih sedikit.

By temporarily experts, Duryodhana utterances above is considered also as an expression of worry Duryodhana that the Pandavas are felt in the more powerful heroes, even though they had fewer number of irregulars.

(12)
Untuk memberi semangat kepada Duryodana, Sang Bhisma yang bijaksana meniup sangkalalanya yang mengeluarkan suara seakan-akan auman dahsyat seekor singa.

To encourage Duryodhana, the wise Bhishma blew his trumpet sound as if the mighty roar of a lion.

(13)
Kemudian dari segala penjuru tambur-tambur dan sangkalala dibunyikan oleh semua pihak, dan hiruk-pikuklah suasana waktu itu dipenuhi suara-suara ini.

Then from all corners of drums and trumpets sounded by all parties, and the frenzy of the time the atmosphere was filled with the voices.

(14)
Kemudian, duduk di kereta perang nan agung, dengan pasangan-pasangan kuda-kuda putih, Sang Kreshna dan Arjuna masing-masing meniup sangkalala mereka.

Later, sitting in the glorious chariots, with pairs of white horses, the Kreshna and Arjuna respectively trumpets blow them.

(15)
Sang Kreshna meniup sangkalalanya yang bernama Panchjanya, dan Arjuna meniup sangkalalanya yang bernama Devadatta, sedangkan Bhima yang perkasa meniup sangkalalanya yang nampak besar, kekar dan kuat, bernama Paundra.

Kreshna blew his trumpet called Panchjanya, and Arjuna blew his trumpet, called Devadatta, while the mighty Bhima blew his trumpet, which looks big, burly and strong, named Paundra.

(16)
Raja Yudhistira, putra ibu Kunti, meniup Anantawijaya, Nakula dan Sahadewa masing-masing meniup Sugosha dan Manipuspaka.

King Yudhishthira, the son of mother Kunti, blew Anantawijaya, Nakula and Sahadeva blew each Sugosha and Manipuspaka.

(Raja Yudhistira: Yang tertua di antara Pandawa adalah seorang maha-raja yang berwatak tenang, penuh kasih-sayang dan amat bijaksana dalam segala tindak-tanduknya, tak pernah bohong dalam segala hal. Beliau dikenal lebih sebagai seorang negarawan daripada seorang pendekar yang gemar berperang. Sangkalala yang dimilikinya disebut Anantavijaya yang berarti “kemenangan tanpa akhir” atau juga disebut “suara-kemenangan.”)

(King Yudhishthira: The eldest among the Pandavas was an emperor whose calm, compassionate and very wise in all his actions, never lied in all respects. He was known more as a statesman than a warrior who likes to fight. Trumpets held its called Anantavijaya which means "victory without end" or also called "voice-win.")

(Nakula: Putra keempat Pandawa dikenal amat mahir berkuda, sangkalalanya bernama Sagosha yang berarti “bersuara indah.”)

(Nakula: The fourth son of the Pandavas known very adept at riding, his trumpet named Sagosha which means "beautiful voice.")

(Sahadewa (Sadewa): Putra Pandu yang paling bungsu memiliki sangkalala yang bernama Manipuspaka yang berarti “mutiara yang mekar” atau “bunga-bunga mutiara,” karena sangkalala yang satu ini teramat indahnya, selain bentuknya laksana mutiara ditaburi pula dengan mutiara-mutiara asli yang indah.)

(Sahadeva (Sahadev): the youngest son of Pandu had a trumpet called Manipuspaka which means "pearl bloom" or "pearl flowers," because the trumpet is very beautiful, besides its shape like a pearl is also sprinkled with genuine pearls beautiful.)

(17)
Juga yang ikut meniup sangkalalanya masing-masing adalah raja dari Kashi yang memimpin laskar pemanah, kemudian Sikhandi (Srikandi) yang gagah perkasa, Dhristadyumna, Virata dan Satyaki (Setiaki) yang tak terkalahkan.

Also being sounded, each one is the king of Kashi who led the army of archers, then Sikhandi (Srikandi)mighty, Dhristadyumna, Virata and Satyaki (Setiaki) is unbeatable.

(18)
Juga Drupada dan putra-putra Draupadi, dan juga Saubhadra, semuanya meniup sangkalala mereka dari setiap jurusan.

Also Drupada and the sons of Draupadi, and also Saubhadra, all blew their trumpets from every department.

(19)
Suara-suara dahsyat sangkalala-sangkalala ini memenuhi langit dan bumi tanpa henti-hentinya dan menjatuhkan semangat putra-putra Kaurawa.

Powerful voices of the trumpets filled the sky and the earth without stopping and dropping spirit sons Kaurawa.



Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke alamat email. Masukkan email anda ke kolom di bawah ini:

Disponsori oleh : blogrozran

Saya Sarankan Anda Baca Juga



0 comments :

Post a Comment