Tahun 1107 saksikan penobatan raja di Kediri yang bergelar Abiseka Sri Maharaja Kamesware Triwikrama Awatara Aniwariwirya Parakrama Digjaya Uttunggadewa, Permaisurinya adalah Kirana Ratu putri Jenggala nan ayu jelita, Pujangga agung Mpu Dharmaja memandang raja dan ratunya, tatkala ditulisnya kisah Dewa Kamajaya dan Ratih Dewi dalam karya sastra nan halus merasuk yang bernama Smaradahana.
Year 1107 witnessed the coronation of the king in Kediri who holds Abiseka Avatara Sri Maharaja Kamesware Triwikrama Aniwariwirya mighty Uttunggadewa Parakrama, the queen is the queen's daughter Kirana Jenggala a beautiful maiden, noble poet saw Mpu Dharmaja king and queen, when he wrote the story of Ruth Gods and Goddess Kamajaya in literature nan called smooth sets Smaradahana.
Kejayaan dan keagungan Kediri, hilang lenyap dikancah pertempuran Di Ganter, pada tahun 1044, Sewaktu Kertajaya Dandang Gendis terkalahkan oleh barisan Tumapel dan dahsyat Ken Arok yang lalu menjadi yang dipertuan di tanah Jawa dengan gelar Abiseka: Sri Rajasa Sang Amurwabhumi, Bersama permaisuri Ken Dedes, dipuja rakyat namanya dan dimuliakan masa pemerintahannya walau Ken Arok anak orang desa para turunannya menjadi raja agung, Pada tahun 1127 wafatlah Ken arok dan naik takhta putra tirinya, Anusapati putra Ken Dedes dari suami pertamanya, Tunggul Ametung, Semangkatnya raja Anusapati; Tohjaya, putra Ken Arok dari Ken Umang, naik takhta di Kediri namun ia mati terbunuh oleh permupakatan antara Seminingrat, putra Anusapati dan Narasinghamurti, anak Mahisa Wong Ateleng, cucu Bhatara Parameswara, cicit Ken Arok dan Ken Dedes Semingrat lalu memerintah di Kutaraja dengan permaisuri Waning Hyun, adik Narasinghamurti, Narasinghamurti diangkat, jadi ratu Angabhaya
Glory and majesty of Kediri, was lost in battle in Ganter, in 1044, When Kertajaya Dandang Gendis defeated by rows Tumapel and awesome Ken Arok ago became a lordship in Java with a degree Abiseka: Sri Rajasa the Amurwabhumi, Joint consort Ken Dedes, adored and glorified the name of the people of his reign while Ken Arok the children of the village derivatives reigned supreme, in 1127 the death of Ken Arok and his step son to the throne, Ken Dedes Anusapati son from her first husband, stumps Ametung, Anusapati After the death of the king; Tohjaya, son of Ken Ken Arok of Umang, ascended the throne in Kediri, but he was slain by an agreement between Seminingrat, son Anusapati and Narasinghamurti, child Mahisa Wong Ateleng , Lord Parameswara grandson, great-grandson of Ken Arok and Ken Dedes Semingrat then ruled by the empress in Kutaraja with Waning Hyun, sister Narasinghamurti , Narasinghamurti appointed, the queen Angabhaya
Sang Prabu, gelar Abiseka Wisnuwarhana membangun pelabuhan Canggu di sungai Brantas, Putranya, Sri Lokawijaya, dinobatkan tahun 1254 dengan gelar Abiseka Sri Kertanegara waktu itulah berganti nama Kutaraja menjadi Singasari, Ialah raja yang taat pada agama, pelindung rakyat yang perkasa dan negarawan yang bijaksana, Pada tahun 1274 dikirimnya lasykar Singasari dalam peristiwa Pamalayu, ke Dharmasraya, di Jambi ditundukkannya Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa dan padanya dianugerahkan arca Amoghapasa sebagai lambang persahabatan, Dijalinnya pula hubungan akrab, dengan Jayasingawarman III, penguasa negeri Campa karena kala itu terdengar, niat maksud Khubilai Khan agar Jawadwipa sembah bakti padanya yang bahkan telah kirimkan duta besarnya tuk paksa Kertanegara terima kehendak sang kaisar Dengan marah sang Prabu mengusir utusan Tatar dan canangkan kewibawaan Singasari, Tahun 1292 terjadi peristiwa hina yang menyedihkan karena Jayakatwang, raja bawahan di Gelang-gelang berkhianat menghantam sang Prabu di kratonnya Kertanegara gugur dan berpulang ke Jinalaya dimakamkan dengan gelar: Yang Mulia di alam Siwa-Buddha Menantu sang prabu, Sanggramawijaya, disertai para hamba lari dikejar musuh, hingga tiba di Madura Arya Wiraraja lindungi ia, dan dimintakan ampun pada Jayakatwang atas ijinnya, Wijaya membangun Majapahit, dekat Majakerta dan dihimpunnya tentara, tuk balaskan dendam Kertanegara.
The King, his called Abiseka Wisnuwarhana build a port on the river Brantas, Son, Sri Lokawijaya, crowned in 1254 with a degree Abiseka Sri Kertanegara time that in Kutaraja be renamed Singasari, He is the king who adhere to the religion, the mighty protector of the people and a wise statesman, in 1274 he sent the army Singasari Pamalayu events, to Dharmasraya, in Jambi defeated Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa bestowed on him the statue as a symbol of friendship Amoghapasa, DI leaders going too intimate relationships, with Jayasingawarman III, the ruler of the country because at the time it sounded Campa, Khubilai Khan intentions mean that Java worship consecrated to him that has even sent its ambassador tuk forced Kertanegara accept the will of the emperor with the King angry and decides to expel envoy Tatar authority Singasari, 1292 Year of the sad event occurred despicable because Jayakatwang, subordinate king betrayed bracelets hit the King in his palace Kertanegara Jinalaya fall and die to be buried with the title: his Majesty in Siwa-Buddha-law nature of the prabu, Sanggramawijaya, with the servants chased the enemy, until arriving at Madura Arya Wiraraja protect her, and sought forgiveness on Jayakatwang the license, Wijaya build Majapahit , near Majakerta and gathered troops, Kertanegara revenge.
Namun suatu peristiwa terjadi Tanggal 1 Maret 1293, tahun Saka 1215 tentara bangsa Tatar berlabuh di Tuban dipimpin Shih Pi, Kau Hsing dan Ike Mese Berbaris berderap pasukannya masuki Jawa dan ratusan layari sungai Serayu Dengan penuh kedahsyatan, dibantu Sanggramawijaya diserbu dan dihalaunya lasykar Jayakatwang kemudian Sanggramawijaya berbalik menikam menyerbu orang-orang Tatar, kala mereka mabuk kemenangan maka pada tanggal 24 April 1293, Saka 1215, berlayar pulanglah balatentara Tatar.
But an event occurred date March 1, 1293, 1215 Saka year Tatar nation army led anchored in Tuban Shih Pi, Hsing You and Ike Mese Marching marching troops entered Java and hundreds navigate the river Serayu With full fury, aided Sanggramawijaya Jayakatwang army invaded and subsequently driven Sanggramawijaya turned stabbed attacked Tatar people, when they drift off the victory on 24 April 1293, Saka 1215, sailing Tatar troops returned
Sanggramawijaya, putra Dyah Lembu Tal, cucu Narasinghamurti dan menantu Kartanegara Dinobatkan pada Saka 15 kartika 1225, yaitu masehi 1303, dengan gelar Abiseka: Sri Kertarajasa Jayawardhana Empat putri Kartanegara, semua istri sang Prabu Tribhuwana, Mahadewi, Jayendradewi (Prajnya Paramita) dan Dyah Dewi Gayatri (Rajapatni), ibunda Tribhuwanatunggadewi Istri kelima sang Prabu, Dara Petak Dyah Indreswari yang datang dari Dharmasraya, beliaulah ibunda Jayanegara
Sanggramawijaya, Dyah Lembu Tal Dyah , grandson and son-in lawKartanegara Narasinghamurti Named on 15 saka Kartika 1225, ie AD 1303, with a degree Abiseka: Sri Kertarajasa Jayawardhana four daughters of Kertanegara, all the wife of the King Tribhuwana , Mahadewi, Jayendradewi (Prajnya Paramita) and Dyah Dewi Gayatri (Rajapatni), the mother of the King Tribhuwanatunggadewi fifth wife of the king, Dara Petak Dyah Indreswari coming from Dharmasraya, she was the mother of Jayanegara
Semangkatnya Kertarajasa, naik takhta Jayanegara masa pemerintahannya amat penuh oleh kesedihan dan pertumpahan darah Sang Prabupun wafat pada tahun 1328 ditikam pisau tabib Tanca Pada masa itulah Gajah mada, anak desa menanjak lekas, karena jasanya pada Sri Jayanegara
After the death Kertarajasa, Jayanegara throne of his reign so full of sorrow and bloodshed The king died in 1328 stabbed a knife physician Tanca During that Gajah Mada, a country boy climbed rank quickly, because his services in Sri Jayanegara
Bulan Badhra çaka 1251 (1329), Tribhuwanatunggadewi naik ke atas singgasana Majapahit, gelar sang ratu Tribhuwanatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani masa pemerintahannya negeri aman sentosa dan sesudah gempa bumi di Pabanyu pindah pada tahun kelahiran Hayam Wuruk, tahun 1334 Gajah Mada menjadi Patih Mangkubumi kala itu diujarkannya Sumpah Palapa, persatuan Nusantara Jika telah berhasil tundukkan Nusantara saya Baru akan beristirahat. Jika Gurun, seram, Tanjung Pura, Haru, Dompo, pahang, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik telah tunduk, saya Baru akan beristirahat. Tahun itu juga, balatentara majapahit dipersiapkan tuk menyatukan kepulauan Nusantara dibantu oleh Laksamana Nala, Adityawarman dan para mentri dua puluh tiga tahun lamanya Gajah Mada memperjuangkan impiannya.
Badhra months saka 1251 (1329), Tribhuwanatunggadewi rose to the throne of Majapahit, the title of queen Tribhuwanatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani secure tranquility reign the country and after the earthquake in Pabanyu moved in Hayam Wuruk birth, in the year 1334 Gajah Mada was appointed as regent when Mangkubumi that he told the Palapa Oath, unity archipelago If I have managed to keep the New archipelago i will rest. If Desert, spooky, Tanjung Pura, Haru, Dompo, pahang, Balinese, Sundanese, Palembang, Tumasik been subject, I i will rest. That same year, Majapahit troops prepared to unite the archipelago assisted by Admiral Nala, Adityawarman ministers and twenty-three years Gajah Mada fight for his dream.
Tahun 1350 menjadi bikhu sang ibunda ratu dan dinobatkanlah Hayam wuruk, dengan gelar Dyah Hayam Wuruk Sri Rajasanegara Masa itulah jaman keagungan bangsa Nusantara bersatu, keadaan aman tentram Terdapat pula kitab undang-undang Kutara Manawa yang ciptakan masyarakat adil di majapahit Sang Prabu, Apatih Mangkubumi, Para Mentri serta Dharmajaksa ring Kasyawan dan Dharmajaksa ring Kasogatan dijunjung diluhurkan di pelosok negeri Namun pada tahun 1357 terjadi peristiwa nista Namanya perang Bubat.
In 1350 became the queen of the monks and was named dyah Hayam Wuruk, with named dyah Hayam Wuruk Sri Rajasanegara, that era grandeur of the Indonesian nation united, peaceful There is also a safe state statute-books Kutara Manawa who created the fair in majapahit Majesty, Apatih Mangkubumi, the Minister and Dharmajaksa Ring Kasyawan and Dharmajaksa Ring Kasogatan upheld glorified in the country in the year 1357, however ignominious name of war event occurs Bubat.
Di tanah Pasundan bertakhta Prabu Maharaja Putrinya Dyah Pitaloka amat rupawan tiada tara kebanggaan istana, kemuliaan Galuh pakuan karena lamaran Dyah Hayam Wuruk, berangkat Sang Prabu sertai putrinya ke Majapahit diiring ratusan ksatria Sunda yang gagah dan cakap berperang Di sana tinggal mereka di lapangan Bubat tuk nantikan pinangan sang Prabu Hayam Wuruk Namun Gajah Mada inginkan raja Sunda sembahkan putrinya Sebagai tanda bakti dan laku setia Amat marah terhina para ksatria Sunda ditolak permintaan, dilayani ksatria Majapahit hingga semua orang Sunda gugur, di tanah lapang Bubat
In the reign of King Maharaja Pasundan land Pitaloka very beautiful daughter matchless palace pride, glory Galuh Pakuan because dyah Hayam Wuruk application, leaving the King accompanied her daughter to the Majapahit in the procession of hundreds of valiant knights and capable Sunda war, where they lived on the ground Bubat tuk forward the proposal of the King dyah Hayam Wuruk Gajah Mada But the king wanted his daughter's Sunda As a sign of complete devotion and loyalty behavior Amat angry warriors insulted the Sunda rejected the demand, the Majapahit warriors served to the Sundanese fall, the terrain Bubat.
Sesudah peristiwa Bubat yang amat hina itu berhentilah perang perluasan wilayah Masa bahagia negeri majapahit berlangsung disertai dengan pembangunan candi-candi, dan pengembangan seni budaya utusan para raja di Nusantara, menghadap Sang Prabu membawa upeti Para dutapun datang berkunjung, dari negeri-negeri sahabat Sri langka, Campa dan Ayodhya Pada tahun 1365 Prapanca menulis kitab Desawarnana, yaitu Negarakertagama tentang perjalanan sang Prabu meninjau negeri dan sejarah agung para leluhurnya Mahapatih Gajah Mada, kebanggaan negeri Majapahit, wafat pada tahun 1364 menangis sang Prabu dan keluarganya, terharu sedih seisi negeri tak diangkat mahapatih baru untuk mengganti tak ada yang cakap dan perwira seperti dia
After the events of very ignoble Bubat it stop expansionist war period majapahit happy country take place along with the construction of the temples, and the development of arts and culture in Indonesia is the messenger of the king, the presence of the King brings tribute The ambassadors came to visit, from the neighbour countries Sri Langka , Campa and Ayodhya in 1365 Prapanca Desawarnana wrote the book, which is about the journey the King Negarakertagama reviewing the country and the history of his ancestors grand vizier Gajah Mada, the pride of the country Majapahit, died in 1364 cried the King and his family, moved the whole country sadly not appointed governor nothing new to replace him competent officer.
Dyah Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389 dan naiklah Wikramawardhana ke atas takhta ialah putra ibunda Bhre Pajang, cucu Tribhuwana Tunggadewi dan menantu Dyah Hayam wuruk setelah masa pemerintahannya, istrinya, Kusumawardhani berganti memerintah Kemudian pada tahun 1429 Suhita menjadi ratu dialah putri Kusumawardhani dan Wikramawardhana Kertawijaya, putra Wikramawardhana dari selirnya Naik takhta pada tahun 1446 dan memerintah selama lima belas tahun kemudian kekuasaannya berpindahlah pada Wangsa Girindrawardhana.
Dyah Hayam Wuruk died in 1389 and went up to the throne is Wikramawardhana mother Bhre Pajang , grandson and son Tribhuwana Tunggadewi dyah Hayam Wuruk after his reign, his wife, Kusumawardhani rule change Suhita Then in 1429 she became queen and daughters of Kertanegara Kusumawardhani Wikramawardhana Kertawijaya, Wikramawardhana of concubines Up throne in 1446 and ruled for fifteen years and then power Switch to Wangsa Girindrawardhana.
Dyah Wijayakarana, raja pertama wangsa baru dinobatkan pada tahun 1451 dua tahun lamanya sang Prabu memerintah Lalu berkuasa di Majapahit selama 15 tahun raja-raja yang bukan berasal dari Girindrawardhanawangsa Tahun 1468, naik ke atas takhta cucunda Dyah Wijayakarana, bernama Singawardhana Dyah Wijayakusuma Pamanda Dyah Wijayakusuma, Bhre Kertabumi namanya, menjadi raja pada tahun 1474 dan empat tahun sang Prabu memerintah Tahun 1486 raja Majapahit terakhir dinobatkan namanya Prabu Nata Dyah Ranawijaya, putra Singawardhana Dyah Wijayakusuma; setelah berhasil merebut mahkota dari Bhre Kertabhumi Pada tahun 1527 Sang Prabu gugur, bersama hancurnya Majapahit Karena serangan Raden Patah dari Demak Menjelang kebinasaan Majapahit, yang telah rapuh oleh perebutan kekuasaan dan iri hati masih tampil karya agung budaya luhur berujud kitab-kitab Arjunawijaya, Sutasoma, Purusadasanta yang ditulis Mpu Tantular serta Wretta Sancarya dan Siwaratrikalpa buah pikiran Mpu Tanakung
Wijayakarana, newly crowned king of the first dynasty in 1451 two years the King ruled then ruled for 15 years Majapahit kings were not from Girindrawardhanawangsa Year 1468, rose to the throne Wijayakarana grandson, named singa wardhana Dyah Wijayakusuma uncle of Wijayakusuma , Bhre Kertabumi name, became king in 1474 and reigned four years the King years 1486 last king of Majapahit crowned king named Prabu Nata Dyah Ranawijaya son, Singawardhana Wijayakusuma; having managed to wrest the crown from Bhre Kertabhumi in 1527, the king died, along with the destruction of Majapahit Since the attacks of Demak, Raden Patah by destruction of Majapahit, who has brittle by power struggles and envy still appear noble intangible culture masterpieces books Arjunawijaya, Sutasoma, Purusadasanta written and Wretta Sancarya Tantular Mpu and Mpu Siwaratrikalpa thoughts Tanakung.
Raden Patahlah raja Islam pertama di Jawa putra Bhre Kertabhumi dari istrinya putri Cina di Palembang ia dibesarkan, di tempat Arya Damar, ayah tirinya berlayarlah ia ke Jawa setelah dewasa, dan di sana dipeluknya agama Islam yang baru tiba Ditegakkannya panji-panji baru di demak, atas bimbingan para wali dan setelah kejatuhan Majapahit, disebarkannya ajaran Sang Rasul di Jawa Kini suara azan terdengar pada pagi dan senja hari bukan lagi dengung mantra para pedanda, demikian Demak berdiri, pewaris tunggal Majapahit.
Raden Patahlah first Islamic Javanese king's son of his wife's daughter Bhre Kertabhumi China in Palembang he grew up, where Arya Damar, his stepfather he sailed to Java as an adult, and there embraced the new religion of Islam arrived upheld the banner of the new Demak the guidance of the trustees, and after the fall of Majapahit, dissemination of the teachings of the Apostles in Java azan voice now sounded in the morning and evening.
0 comments :
Post a Comment