Budaya Jawa mengajarkan bahwa dalam berhubungan seksual haruslah diniatkan dalam hati bahwa tujuannya adalah baik karena menghasilkan manusia baru. Maka dari itu, hubungan seksual haruslah dilaksanakan dengan niat yang sungguh-sungguh karena hal tersebut sama juga dengan beribadah.
Javanese culture teaches that the sexual intercourse is intended to be objective in my heart that man is good because it produces new. Therefore, sexual relations should be carried out with the intention of seriously because it is the same with worship.
Wondene alas hardaning karsa, dumugining cipta maya kados ingkang kasebut ing inggil wau, bok manawi boten amung mahanani dhateng wewatekaning bebayi, pramila para sujana lan sarjana ingkang waskita ing kadadosaning krida utawi pangripta wau sok nuwuhaken, lajeng kangge tetenger nama dhateng atamajanipun. (pupuh 22)
Maka dari itu segala keinginan, beradanya cipta maya seperti yang disebut diatas tadi, mungkin tidak hanya memberi watak bayi, makanya para manusia dan manusia yang bijaksana di kejadian yang terjadi atau terciptanya tadi, kadang memberikan tanda, lantas dijadikan nama terhadap anak-anaknya.
Therefore all desires, its being copyrighted virtual as stated above earlier, may not only give the character a baby, so the wise man and the man in the creation of events that occur or earlier, sometimes give a sign, then made a name for his children.
Dalam hubungan seksual juga diajarkan untuk berada dalam posisi hati yang serba tenang, segalanya dalam kondisi baik agar hasil keturunan yang dihasilkan juga baik. Tidak hanya itu, akan tetapi hati pria dan wanita yang melakukan hubungan seksual juga harus bersih dan bijaksana.
In sexual relations are also taught to be in a position completely calm heart, everything in good condition in order to yield the resulting offspring is also good. Not only that, but the hearts of men and women who have sex should also be clean and sober.
Yen ta saupami ngrembaga bab prakawis wiji, leres sampun dumunung wonten ing priya, pramila sujanma wanodya punika bebasanipun kasebut papan utawi wadah…. (pupuh 22)
Jika membahas perkara benih, benar, sudah berada di para laki-laki, maka dari itu, perempuan diibaratkan papan atau wadah.
When discussing the case of seeds, right, is in men, therefore, women are likened to the board or container.
Perempuan adalah wadah tempat laki-laki menempatkan maninya agar dijaga dan dirawat dalam suatu tempat yaitu rahim wanita.
Woman is the container where the men are putting semen in order to be preserved and cared for in a place where the woman's uterus.
….karsanira Pangeran Kang Maha Mulya karsa nitisaken wijining manungsa…. (pupuh 22)
Kehendak Tuhan Yang Maha Mulia berkehendak menitipkan benih manusia.
The will of God the Exalted wills left the seed of man.
Dalam hal hubungan seksual, haruslah diingat bahwa hadirnya janin adalah hasil karya Tuhan, sehingga harus dapat dipertanggung jawabkan.
In terms of sexual relations, it must be remembered that the presence of the fetus is the work of God, so it must be reliable.
Kacariyos bilih kasupen inggih kenging boten dados punapa, sabab sajatosipun ingkang prelu dados awisan amung hawa napsu bilih saged ambirat ing hawa napsu, kacariyos ing adat asring kadunungan awas lan emut, manawi tansah anggenipun awas kaliyan emut, bok manawi estu amanggih kamulyan ing sangkan paran….. (pupuh 23)
Ceritanya, seandainya lupa tidak masalah, karena yang sebenarnya perlu mendapat larangan hanya hawa nafsu karena akan bisa menjerumuskan. Ceritanya, dalam adat sering terdapat awas dan ingat, jikalau teramat sangat rasa awas dan ingat itu mungkin benar akan bertemu dengan kemulyaan di asal dan tujuan.
The story, if not forget it does not matter, because the truth needs to get a ban just lust because it would be misleading. The story, often contained in a custom alert and remember, if very, very sense of caution and remember it may be right to meet with glory at origin and destination.
Hal tersebut merupakan ajaran megenai tindakan, yaitu bahwa dalam melakukan hubungan seksual haruslah dengan penuh kesadaran dan diusahakan jangan sampai terseret oleh nafsu birahi belaka. Maksudnya, selama berhubungan seks haruslah tetap diingat bahwa tujuan utama adalah untuk menghasilkan seorang manusia baru yang baik. Dengan demikian, manusia yang berasal dari proses yang baik maka akan kembali kepada Sang Pencipta dengan keadaan yang baik pula.
It is a doctrine megenai action, namely that in sexual relationships should be with full awareness and endeavored not to be dragged down by the sheer lust. That is, during sex should be kept in mind that the ultimate goal is to produce a new human being is good. Thus, people who come from good processes it will return to the Creator with a good condition also.
Ingkang rumiyin nyariosaken tembung upami, wonten sujanma priya kaliyan wanodya, badhe dumugekaken karsa ngulang salulut sami lumebet ing jenem rum, tegesipun dunungin pasareyan, ing riku sandyana amung sakaliyan tur dumunung wonten papaning sepen, liripun boten katingalan dening tiyang kathah, ewa semanten menggah pepantenganing panggalih…. (pupuh 25)
Yang pertama, menceritakan kalimat seandainya ada manusia laki-laki dan perempuan berkeinginan bercinta, masuk kedalam ranjang artinya berada ditempat tidur walaupun di situ hanya berdua dan juga berada ditempat yang sepi yang intinya tidak kelihatan orang banyak, walaupun begitu keseriusan perasaan janganlah sampai lupa…….
The first, in case there are people telling sentence men and women willing to make love, get into bed means to be in bed even though there were only two of us and deserted place that essentially invisible crowd, despite the seriousness of the feelings so do not forget to ......
Ini adalah ajaran mengenai bagaimana cara yang benar ketika laki-laki dan perempuan yang akan mulai melaksanakan kegiatan berhubungan seksual, yaitu harus dilakukan pada tempat yang semestinya.
This is the teaching of how to correct when men and women will begin conducting sexual relations, which must be done at the proper place.
Sing sapa manungsa gelem ngalkoni tumindak marang panggawe nistha sayekti bakal nemu papa. (pupuh 25)
Siapa saja manusia yang menjalankan tindak nista pastilah akan menemui kehinaan.
Who are the people who run the contemptible act will surely see infamy.
Menjalankan tindak nista maksudnya adalah berhubungan seksual tanpa persiapan yang benar dan hanya berdasarkan atas nafsu birahi belaka, maka nantinya juga akan berakibat buruk.
Running a humiliating act intention is to have sex without proper preparation and just based on mere lust, it will also be bad.
….dados manungsa ingkang binasakaken kapir wau supami karsa apulang asmara, mangkana lajeng saged dados wijining manungsa sanajan wiwit duk maksih jabang bayi tan pedot pinidih ing pamulangan tur dhateng tindaking kautaman, ing tembe bilih sampun dewasa bok manawi inggih lajeng wiga katragal dados dugal awit enget manawi pandemeling setan blaka. (pupuh 25)
Jadi yang disebut manusia kafir tadi seandainya bersenggama, maka bisa jadi benih manusia walaupun ketika masih bayi terus mendapat ajaran ketidak utamaan dan kebaikan, yang nantinya ketika dewasa mungkin akan menjadi jahat dan nakal karena memang terbuat dari penyatuan setan.
So-called human if infidels had intercourse, then it could be a seed of man, even as babies continued to receive teachings lack of mainstreaming and kindness, which will probably be when they grew wicked and mischievous as it is made from the union of the devil.
Dalam ajaran hubungan seksual, niat awalnya haruslah merupakan niat yang baik. Manusia yang akan melaksanakannya juga haruslah dengan hati dan pikiran yang suci, tidak dengan pikiran yang kotor. Berhubungan seksual dalam keadaan yang kotor. Berhubungan seksual dalam keadaan yang kotor baik fisik maupun batinnya akan menghasilkan sesuatu yang jelek dan kotor pula, karena terbuat dari hasil penyatuan dua hal yang sama-sama kotor (setan).
In the teaching of sexual intercourse, the intention was originally to be a good intention. Man who would carry it out must also be with a pure heart and mind, not with a dirty mind. Having sex in a dirty state. Having sex in a dirty condition both physically and his mind will produce something ugly and dirty anyway, because it is made from the union of two equally dirty (Satan).
….liripun mekaten menggah ing saresmi wau boten kangge pakareman utawi boten kangge memainan, tegesipun boten kangge dedolanan utawi geguyonan…. (pupuh 26)
Maksudnya dalam hubungan tadi tidak bisa untuk main-main atau bercanda.
That relationship was not able to play games or joking.
Hubungan yang dimaksud disini adalah hubungan seksual. Jadi, kegiatan hubungan seksual harus dilakukan dengan serius dan tidak boleh main-main.
The relationship in question here is sexual intercourse. Thus, sexual activity should be taken seriously and should not be messing around.
0 comments :
Post a Comment