Ads 468x60px

Thursday, February 28, 2013

AN ADVENTUTRE OF LIFE part 8


Surya saksine iku, lamun siji wujude Allahu, sipat langgeng nora kena owah gingsir, wulan saksi rasa iku, owah lan gingsir enggon.



Matahari sebagai saksi, bahwa satu wujud Allah itu, sifatnya abadi tidak dapat berubah bergeser, bulan menjadi saksi rasa itu, berubah dan bergesernya tempat.


The sun as a witness, that the form of God, eternal nature can not be changed shifts, a witness in that sense, changing and shifting places.
 

Bisa nom tuwa iku, iya lintang iku saksinipun, tetep langgeng kawula ingkang saksi, tiga cahyane nggeguwung, seje wujude katonton.



Dapat tua dan muda itu, bintanglah yang menjadi saksi, adanya manusia itu saksinya, berbeda wujudnya kalau dilihat.


Can the old and the young, the star witness, the existence of human witnesses, judging by his form is different.
 ......

Adohe angelangut, luwih parek nanging datan gathuk, sesa-sesa karepe ingkang ngarani, denarani pisah kumpul, denranna parek tan nyenggol.


Jauh tanpa batas, meski dekat tak bersentuhan, terserah kemauan yang menyebut, dikatakan berpisah tetapi bersatu, dikatakan dekat tapi tak bersentuhan.


Unlimited long, though close to being out of touch, it's up to the will call, say split but united, says close but not touching.
.....

Kalihnya lir linimput, kasorotan srengenge sumunu, nging yektine mor surahsa anyorot, wor nunggal cahya tetelu, Allah : Rasul : Suksma jumbah.



Keduanya seperti ditutupi, terkena sinar cahaya matahari, tetapi sesungguhnya bercampur bersatu dalam kerahasian menyinari, ketiga cahaya itu berbaur bersatu padu, Allah , Rasulullah dan Suksma jumbuh.


Both like covered, exposed to sunlight, but really shine mingled together in secrecy, the third light blend unitedly, Allah, Rasulullah and Suksma jumbuh.


Yen wus srengenge surup, kari wulan lan lintang sumunu, ibarate wong kang merem datan guling, padhang ing rat tan kadulu, rasa lan pangrasa nyarong.



Jika matahari telah terbenam, tinggal bulan dan bintang bersinar, ibarat orang memejamkan mata tidak tidur, terangnya dunia tidak tampak, tapi rasa dan perasaan menerawang.


If the sun had set, living moon and stars shine, like the closed eye is not sleeping, he said the world was not looking, but the taste and feeling dreamy.


Kari suksma lan Rasul, ingkang ana wit srengenge surup, amung kari cahyanira ingkang maksih, katon dhewe-dhewe wujud, ibarate turu ngorok.



Tinggal Suksma dan Rasul, jika matahari terbenam, hanyalah sinarnya saja, yang masih tampak wujud masing-masing, ibarat orang tidur mendengkur.


Living Suksma and Messenger, if the sun was setting, it was light, which still seems a form of each, like someone snoring.

 



Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke alamat email. Masukkan email anda ke kolom di bawah ini:

Disponsori oleh : blogrozran

Saya Sarankan Anda Baca Juga



0 comments :

Post a Comment