Ads 468x60px

Thursday, February 28, 2013

AN ADVENTURE OF LIFE part 7


Menurut Al Qusyairi alat batin yang terhalus adalah Al sirr. Dengan Al sirr seorang hamba dapat musyahadah (menyaksikan atau melihat) Allah, apabila benar-benar telah jernih. Al sirr menurut Al Qusyairi dapat disamakan dengan telenging kalbu (mata hati terdalam atau rasa) dalam kaitannya dengan sembah rasa dalam Serat Wedatama karya Mangkunegoro IV Pupuh Pangkur bait 13 :

According to Al Qushayri finest instrument is the mind that Al sirr. By Al sirr a servant can be musyahadah (witnessed or saw) Allah, when really been clear. Al sirr by Al Qushayri can be likened to centre heart (the deepest inner eye or sense) in relation to a sense of worship in serat Wedatama by Mangkunegoro pupuh IV Pangkur stanza 13:

Tan samar pamoring Sukma, sinukma ya winahya ing ngasepi, sinimpen telenging kalbu, Pambukaning waana, tarlen saking liyep layaping ngaluyup, pindha pesating supena, sumusuping rasa jati


Al sirr itu dapat pula disamakan dengan wosing jiwangga (inti ruh) seperti diungkapkan dalam Pupuh Sinom bait 16 :

Al sirr it can also be likened to wosing jiwangga (core spirit) as disclosed in pupuh Sinom verse 16:


Kang wus waspada ing patrap, mangayut ayat winasis, wasana wosing Jiwangga, melok tanpa aling-aling, kang ngalingi kaliling, wenganing rasa tumlawung, keksi saliring jaman, angelangut tanpa tepi, yeku aran tapa tapaking Hyang Sukma



sesuai dengan penegasan Al Qusyairi “Al sirr althafu min Al ruh” al sirr lebih halus daripada ruh); atau dengan kata lain : sirr itu adalah inti ruh, karena keduanya bermakna “alat batin terdalam

accordance with the assertion Al Qushayri "Al sirr althafu min Al ruh" al sirr more subtle than the soul), or in other words: it is the core spirit sirr, as both mean "deepest inner tool


Lebih lanjut Al Qusyairi menjelaskan pada bagian lain bahwa “…… seorang hamba yang terus menerus munajat dengan Allah dalam sirrnya ……., maka ia disebut arif dan hal perbuatannya disebut makrifat”. Makfifat, berarti mengetahui Tuhan dan dekat sehingga hati sanubari melihat Tuhan. Makrifat bukanlah hasil pemikiran manusia, tetapi bergantung kepada kehendak rahmat Tuhan. Makrifat adalah pemberian Tuhan kepada sufi yang sanggup menerimanya. Alat untuk memperoleh makrifat oleh kaum sufi disebut sirr.

Al Qushayri further explained in another section that "...... a man of constant munajat with God in his sirr ......., then it is called wise and deeds are called makrifat". Makfifat, means to know God and so close hearts to see God. Makrifat not the result of human thought, but it depends on the will of God's grace. Makrifat is God's gift to the Sufi who could receive it. Tool to obtain makrifat by the Sufis called sirr.

Pendidikan budi pekerti yang terkandung dalam Pupuh X,7-16, mengenai arti laki-rabi atau bersuami-istri. Yang dimaksud dengan rabi artinya orang laki-laki kawin dengan perempuan dan sebaliknya, dengan tujuan tidak berselisih pendapat, bersatu dalam segala hal yang baik, dan saling harga-menghargai. Sedangkan yang dimaksud kalimat sahadat dalam pupuh X adalah suami istri yang sedang ada ditempat tidur. Pendidikan budi pekerti yang dapat ditekankan di sini adalah bahwa sepasang suami-istri bila hendak bersetubuh harus bersepakat, sama-sama berhasrat, dan sama-sama suka. Jika itu diperhatikan maka kebersamaannya akan menyebabkan kebahagiaan dan kepuasan kedua belah pihak, dan jika Tuhan berkenan akan turunlah benih yang dapat menjadi anak. Dalam pupuh tersebut disebutkan bahwa seorang laki-laki berkewajiban memberikan nafkah kepada istrinya, baik lahir maupun batin. Sebaliknya istri wajib mengikuti kehendak suami, setia, berbakti, tidak bohong, berani jujur terhadap suami, dan yang penting harus dapat menjaga rahasia suami, sebab istri adalah wanita atau wadon, artinya tempat menyimpan wadi atau rahasia.

Character education contained in pupuh X 7 to 16, the meaning of rabi or married man and wife. What is meant by the rabi meant men marry women and vice versa, with the aim not disagree, united in all things good, and the price of mutual-respect. While the definition of the phrase in the Creed X pupuh are husband and wife who were there in bed. Character education to be emphasized here is that a husband and wife need to agree if you want to have intercourse, equally passionate, and both liked. If it is considered that togetherness will lead to happiness and satisfaction of both parties, and God willing will come down seed can be a child. In stanza mentioned that a man is obliged to provide maintenance to his wife, both physically and spiritually. Instead wife are obliged to follow the will of her husband, loyal, devoted, no lie, brave honest towards her husband, and that is important to be can be keep a secret husband, because his wife is a woman or wadon, meaning wadi or a place to store secrets.

Pendidikan budi pekerti yang terkandung dalam Pupuh XI,23-30, adalah takdir Tuhan itu sudah pasti adanya dan pasti terjadi pada setiap manusia. Manusia diberi kuwajiban berusaha memperbaiki takdirnya, tetapi takdir itu Tuhan juga yang menentukan. Adapun usaha manusia untuk memperbaiki takdirnya itu dengan cara berbuat baik, sebab dengan kebaikan Tuhan akan memberikan pahala. Jika manusia berbuat jahat, jelek atau dosa, maka Tuhan akam memberikan hukuman. Takdir sudah digariskan oleh Tuhan bagi umat-Nya, tetapi takdir itu ditentukan sendiri oleh kemauan dan pikiran manusia. Kemauan dan pikiran manusia itu ditentukan oleh perasaan menuruti kemauan lahir. Jadi dalam menuruti kemauan lahir itu manusia harus berhati-hati, jangan hanya sekehendak sendiri. Orang harus dapat mengendalikan kemauan lahir, kalau kemauan lahir itu baik patut dijalankan, tetapi jika kemauan lahir mengajak dalam perbuatan jelek atau jahat dan diturutinya maka takdir Tuhan juga akan jelek nantinya.

Character education contained in pupuh XI 23 to 30, is the providence of God that is for sure is and certainly occurs in every human being. Man given duty trying to improve his destiny, but the destiny that God also is decisive. The man's efforts to improve his destiny in a way to do good, because the goodness of God will reward. If humans do evil, ugly or sin, then God akam punishment. Fate has been outlined by the Lord to His people, but destiny was determined by the will and the human mind. The willingness and the human mind is determined by feeling along with her birth. So along with her birth in man must be careful, do not just arbitrarily alone. People should can be to control the will of birth, if the birth was well worth the will is executed, but if the will was born invite the bad or evil deeds and indulge the will of God will also be ugly.
 


Ajaran yang terkandung dalam pupuh XII, tentang arti ashadu alla ilaha ilallah Muhammadar rasulullah. Dalam pupuh itu juga diterangkan tentang letak nyawa, ada tiga puluh dua yang tersebar di seluruh tubuh ini.

Teachings contained in the pupuh XII, on the meaning of ashadu alla ilaha ilallah Muhammadar rasulullah. In pupuh was also explained about the location of life, there are thirty-two scattered throughout the body.


Kabuka warang gung, tumalawung sepa sepi nglindhung, Wisnu Kresna uwus anunggal kajatin, marmenak kapenak lampus, kawengku neng rasa yektos.


Terbuka tirai agung, terpukau kosong sepi berlindung, Wisnu Kresna telah nyata bersatu padu, oleh sebab itu lebih enak dan nyaman, karena terliputi oleh rasa sejati.

Open curtains sublime, amazed empty deserted shelter, Vishnu Krishna has been real cohesive, and therefore more comfortable and convenient, as overwhelmed by a sense of true.

Rasa Mulya satuhu, kang nduweni dene alamipun, manut karseng Pangeran Kang Mahaluwih, si raga nglakoni dhawuh, wus atas karseng Hyang Manon.



Rasa mulia sejati itu, yang sungguh-sungguh memiliki, adapun alamnya menurut kehendak Tuhan Yang Maha Kuwasa, tubuh melakukan perintah, atas kehendak Yang Maha Mengetahui.

True noble taste, which really have, while natural according to the will of Almighty God, the body perform the command, the will of the All-Knowing.

Lamun sira tan nggugu, lah mengaa ing langit andulu, dudu sasi iku ingkang andamari, lan srengengene iku dudu, ingkang madhangi sumorot.


Jika kau tidak menurut, nah tengadahlah kelangit memandang, bukan bulan itu yang menyinari, dan matahari itu juga bukan yang menerangi, bercahaya.

If you do not think, well, is looked up to the sky looked, not the moon is shining, and it's not the sun that lit up, glowing.

Tan liya saking suwung, lah suwunge graitanen iku, yen siraasa nyatakken kawruh kang luwih, utamane wong tumuwuh, warneng damar wulan jumboh.



Tak lain daripada kosong, nah kekosongan itu renungkanlah, jika kau ingin membuktikan ilmu yang sempurna, keutamaan orang hidup, seperti sinar bulan.

None other than the empty void that now contemplate, if you want to prove a perfect science, the primacy of the life, like moonlight.




Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke alamat email. Masukkan email anda ke kolom di bawah ini:

Disponsori oleh : blogrozran

Saya Sarankan Anda Baca Juga



0 comments :

Post a Comment