Supena janma turu, kari rasa pangrasa kang kantun, Allah lawan Rasulullah ambenggangi, mung kari pribadinipun, ingkang dumunung neng kene.
Manusia tidur bermimpi, tinggal rasa dan perasaan tertinggal, Allah dan Rasulullah mengitarinya, tinggal pribadinya saja, yang masih ada di situ.
Man sleeping dream, live the flavor and feeling left behind, God and the Prophet around it, just stay private, which is still there.
Yen eling janma turu, mendhung lelimengan kang kadulu, sirna mulih mring asale ingkang lami, apan kari asal suwung, mulih mring klangengan jumboh.
Jika orang tidur itu ingat, gelap gulita yang terlihat, hilang lenyap kembali ke asalnya yang dulu, sebab tinggal asalnya yang kosong, pulang kembali ke alam baka, jumbuh.
If the bed was recalled, darkness visible, vanished back into the original first, because staying home is empty, return back to the afterlife, identical.
Gita Prabawa saurira, nora susah sira mateni mami, nganggo waos lawan dhuwung, saiki sun wus pejah, guru tiga sugal ing pamuwusipun, amung lagi tatanira, wong mati cangkeme criwis.
Gita Prabawa menjawab, tidak usah engkau membunuh aku dengan tombak dan keris, sekarang pun aku sudah mati, ketiga guru berkata kasar, hanya kau yang berkata begitu, orang mati cerewet.
Gita Prabawa answer, do not you kill me with a spear and dagger, now I'm dead, three teachers said harshly, only you say so, the dead chatty.
Awake wutuh lir reca, Gita Prabawa wengis denira angling, yen patine kewan iku, nganti rusaking jasat, lamun nganti aking paninireng kayu, yen ilang patine setan, lamun ingsun ingkang mati
Badanya utuh bagaikan arca, Gita Prabawa berkata bengis, jika hewan mati, sampai rusak tubuhnya, jika sampai kering itu matinya kayu, jika hilang itu kematiannya setan, namun jika aku yang mati.
Whole body like a statue, Gita Prabawa say cruel, if the animals die, until his body was broken, if the dead wood to dry it, if it's missing his death devil, but if I were dead.
Ora wujud nora ilang, dina iki uga ingsun wus mati iku nepsuku, sakabehe kang salah, ingkang urip budi pakarti kang jujur, pisahing raga lan suksma, kinarya tandha ing lair.
Tidak hilang tidak juga berujud, saat itu juga aku sudah mati, yang mati adalah nafsuku, semua yang salah, dan yang hidup adalah budi pekerti yang jujur, pisahnya jiwa dan raga, itu sebagai tanda lahir saja.
Not lost not too intangible, at that moment I was dead, the dead are my soul, all that is wrong, and that life is an honest character, pisahnya body and soul, it's a birthmark alone.
Pendidikan budi pekerti yang terkandung dalam Pupuh IV,48-62, adalah tahap manusia telah menyatukan diri dengan Tuhan. Dalam pupuh IV disebutkan bahwa jiwa manusia terpadu dengan jiwa alam semesta dan semua tidakan manusia semata-mata menjadi jalan menuju kemanunggalan dengan Tuhan. Orang yang mati telah dikuasai oleh “rasa sejati” dan dunianya menurut kehendak Tuhan, sedangkan tindakan manusia semata-mata hanya menjadi jalan menuju kemanunggalan dengan Tuhan
.
Character education contained in pupuh IV of 48 to 62, is the stage of man has been to unite themselves with the Lord. In the fourth pupuh mentioned that integrated human soul with the soul of the universe and all human actions solely the path to oneness with God. Those who died had been dominated by the "true sense" and the world according to God's will, while human action is solely a way to back with God.
Ajaran yang termuat dalam Pupuh VI,50-52, menguraikan bahwa orang yang mati sebetulnya bukan mati yang sesungguhnya, yang mati itu hanyalah nafsunya, semua yang salah atau perbuatan jahat, dan yang hidup adalah budi pekerti yang jujur. Pisahnya jiwa dan raga telah terpisah maka perasaan dan cahaya pun hilang juga, kemana perginya, ada dimana tempatnya, tiada seorang pun yang tahu.
The doctrine contained in pupuh VI 50 to 52, outlining that the deceased was not really a true dead, whose death was just lust, all that is wrong or evil, and that life is an honest character. Her separation of body and soul has separated the feelings and the light was gone as well, where it goes, there is a place where, no one knows.
Pendidikan budi pekerti yang terkandung dalam Pupuh VI,52-53, menyarankan jika orang ingin bersatu dengan Tuhan hendaklah berbuat yang baik, sebab kebaikan itulah yang akan dibawa jika menghadap kepada Tuhan.
Character education contained in pupuh VI 52-53, suggest if people want to unite with God ought to do what is good, because goodness that will be taken if the face to God.
Sumber : Suluk Gita Prabawa
0 comments :
Post a Comment