Guru Besar bidang Antropologi, Nihon University Jepang, Prof. Dr. Masanori Yoshida, mengatakan, perkawinan antar ras yang banyak terjadi di dunia sejak puluhan tahun silam belum menghasilkan budaya baru.
"Pada umumnya, anak-anak dari pasangan antar ras tersebut justru cenderung menganut budaya di mana mereka tinggal. Jadi ini semua tergantung sosialisasi lingkungan yang mereka terima," katanya pada kuliah umum di program studi Antropologi Sosial, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan (Unimed), Selasa (9/9).
Kuliah Umum dengan tema Kajian Antropologi Perkawinan Antar Ras dengan studi kasus perkawinan orang Jepang dan Cina dengan orang Indonesia di Sumatera Utara tersebut, merupakan salah satu hasil penelitiannya selama di Sumut.
Ia mengatakan, perkawinan antar ras yang banyak dilakukan orang-orang Jepang sudah terjadi sejak tahun 1865 dengan orang-orang Eropa, dan semakin berkembang sesudah perang dunia II.
Sesudah perang dunia II, orang Jepang banyak tersebar di Amerika Utara dan Amerika Selatan, bahkan keturunan mereka tidak sedikit yang sudah cukup berhasil di negeri mereka yang baru tersebut.
Ia mengatakan, meski berbeda budaya, banyak pasangan tersebut banyak yang bertahan lama karena perbedaan itu dapat diatasi dengan adanya rasa cinta di antara kedua pasangan. "Banyak perbedaan seperti religi, bahasa, dan adat istiadat bukanlah menjadi suatu halangan bagi mereka dan semuanya dapat diatasi dengan cinta. Di Medan sendiri hingga saat ini ada sekitar 400-an keturunan blasteran Jepang dan ini sudah terjadi sekitar empat generasi sejak perang dunia II," katanya.(src)
"Pada umumnya, anak-anak dari pasangan antar ras tersebut justru cenderung menganut budaya di mana mereka tinggal. Jadi ini semua tergantung sosialisasi lingkungan yang mereka terima," katanya pada kuliah umum di program studi Antropologi Sosial, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan (Unimed), Selasa (9/9).
Kuliah Umum dengan tema Kajian Antropologi Perkawinan Antar Ras dengan studi kasus perkawinan orang Jepang dan Cina dengan orang Indonesia di Sumatera Utara tersebut, merupakan salah satu hasil penelitiannya selama di Sumut.
Ia mengatakan, perkawinan antar ras yang banyak dilakukan orang-orang Jepang sudah terjadi sejak tahun 1865 dengan orang-orang Eropa, dan semakin berkembang sesudah perang dunia II.
Sesudah perang dunia II, orang Jepang banyak tersebar di Amerika Utara dan Amerika Selatan, bahkan keturunan mereka tidak sedikit yang sudah cukup berhasil di negeri mereka yang baru tersebut.
Ia mengatakan, meski berbeda budaya, banyak pasangan tersebut banyak yang bertahan lama karena perbedaan itu dapat diatasi dengan adanya rasa cinta di antara kedua pasangan. "Banyak perbedaan seperti religi, bahasa, dan adat istiadat bukanlah menjadi suatu halangan bagi mereka dan semuanya dapat diatasi dengan cinta. Di Medan sendiri hingga saat ini ada sekitar 400-an keturunan blasteran Jepang dan ini sudah terjadi sekitar empat generasi sejak perang dunia II," katanya.(src)
0 comments :
Post a Comment