Ads 468x60px

Friday, March 15, 2013

HISTORY of JAVA part 4 end





Tahun 1645 naiklah ke atas takhta putra Sultan agung, Sunan Amangkurat I dari Kartasura. ia memerintah Jawadwipa dengan keras hati dan sifat yang kejam. dimusnahkannya para bangsawan yang membangkang, dibinasakannya kaum ulama yang menentang. Maka meletus perlawanan di tahun 1674 dipimpin oleh Trunojoyo dan Adipati Anom, putra mahkota dengan dukungan para bangsawan dan kaum ulama prajurit Sang Prabu dikalahkan dan akhirnya kratonpun diserbu. Sunan Amangkurat I lari ke arah Barat, Kini Adipati Anom menyesal, lalu berbalik menyusul ayahandanya Di Tegal arum pada tahun 1677, wafatlah Sang prabu Dan di sanalah ia dimakamkan.



In 1645 Sunan Amangkurat I son of Sultan Agung of Kartasura throne. He ruled Java with unyielding and cruel nature. destroyed the rebellious nobles, the clergy who opposed also destroyed. So the resistance erupted in 1674 and led by Trunojoyo Adipati Anom, the crown prince with the support of the nobility and the clergy. invaded the palace and the king's army can be defeated. Sunan Amangkurat I fled to the West, Adipati Anom now regret, and then followed his father in Tegal arum in 1677, to death and buried there.
 


Atas dukungan tentara Belanda, naiklah Adipati anom ke atas takhta di Surakarta, ia memerintah dengan gelar Sunan Amangkurat II . Kini kekuasaan Belanda telah merasuk Jawadwipa Yang telah sirna jayanya dan hilang keagungannya. Berdiri pula loji Belanda di Surakarta untuk awasi setiap langkah Sang Prabu.



With the support of the Dutch army, take the Adipati Anom anom to the throne in Surakarta, he reigned in title Sunan Amangkurat II. Now the Dutch rule sets in Java Yang began to weaken. Standing in Surakarta also loji Netherlands to oversee every step of the King.



Pada masa itulah budak dari Bali Untung Surapati lari ke arah Timur dari Batavia, dengan pengiring-pengiringnya Di Surakarta digemparkannya seisi negeri ketika ia berlaga dengan tentara Belanda, lalu didirikannya kerajaan di Pasuruan yang musnah bersamanya, dalam dentuman meriam bedil tentara penjajah.



At the time that the slave of Balinese Untung Surapati run to the east of Batavia, with a retinue In Surakarta shocked the whole country when he competed with the Dutch army, and the establishment of the kingdom in Pasuruan who perished with him, the thump of cannon guns invaders.



Kerajaan Mataram pun akhirnya pecah jadi empat, karena muslihat dan hasutan Belanda, yang memicu persengketaan keluarga kerajaan . Setelah perjanjian Giyanti di tahun 1755 di Yogyakarta Hadiningrat, Mataram sebelah Barat memerintah Sultan Hamengkubuwono I, sedang di Surakarta, tetap memerintah Susuhunan Pakubuwono. Pada perjanjian Salatiga didirikan di Surakarta daerah merdeka, di bawah Raden Mas Said, yang bergelar Mangkunegoro I. Kemudian masa Sir Stamford Raffles di Yogyakarta, di bawah pangeran Notokusumo, yang bergelar Sri Paku Alam I.



Mataram kingdom was eventually broken into four, because deception and incitement Netherlands, sparking disputes royal family. After Giyanti agreement in 1755 in Yogyakarta Sultanate, the west ruled Mataram Sultan Hamengkubuwono I, being in Surakarta, still reigns His Majesty Pakubuwono. In agreement established in Surakarta area Salatiga independence, under Raden Mas Said, who holds Mangkunegoro I. Then the period of Sir Stamford Raffles in Yogyakarta, under Notokusumo prince, who holds Sri Paku Alam I.



Dalam abad Masehi ke 19 hidup di Yogyakarta Hadiningrat, pangeran Diponegoro Dialah putra sulung raja Hamengkubuwono III yang gagah berani dan taat beragama. Dengan muak dipandangnya seisi kraton mengikuti kemauan penjajah Belanda Bermusuhan ia dengan Adipati Danurejo dan para pejabat bangsa Belanda Karena hinaan bangsa penjajah, geramlah Diponegoro.



In the 19 th century AD lived in Yogyakarta Sultanate, he is the eldest son of Prince Diponegoro king Hamengkubuwono III brave and devout. With disgust he viewed the whole court followed the will of the Dutch Hostile he Danurejo Duke and Dutch officials Due insults colonizing nations, Diponegoro was furious.



Pada tahun 1825 diangkatnya senjata melawan tentara Belanda, hadapi lasykar Danurejo Lima tahun Jawadwipa dilanda perang dan darah tertumpah di bumi tercinta Kyai Maja, Sentot Alibasyah dan banyak lagi sertai Sang Pangeran mempimpin rakyat perangi lawan Tapi, pada tahun 1830, dengan dalih mengajak berunding Penjajah yang licik tangkap Diponegoro Ke Menado ia dan keluarganya, diiring para pengikut diasingkan Kemudian Belanda memindahkannya ke Makassar dan di sanalah ia, pahlawan Nusantara, wafat.



In 1825 he lifted a weapon against Dutch army, army face Danurejo Yavadvipa Five years of war and blood shed on earth beloved Kyai Maja, Sentot Alibasyah and many people accompanied the Prince leads fight opponents but, in 1830, under the pretext of negotiating invaders took the cunning to catch Diponegoro Menado he and his family, his followers were exiled diiring Then the Dutch move to Makassar and there he was, the hero of the Archipelago, died.

  


Demikianlah selintas sejarah tanah jawa yang mudah-mudahan sedikit bisa menambah rasa kangen anak-anak bangsa indonesia ini untuk memantri dalam jiwanya alangkah nenek moyangnya dulu demikian hebatnya sehingga timbul semangat untuk bangkit di masa sekarang dan akan datang kembali menjadi bangsa yang bermartabat serta diliputi damai tentram dalam kejayaan.




Thus briefly the history of the land of Java hopefully a little can add a sense of missed children of Indonesia to keep in their  soul would be so great ancestors first causing the spirit to rise up in the present and to come back into the nation's dignity and peace filled with peace in triumph.





Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke alamat email. Masukkan email anda ke kolom di bawah ini:

Disponsori oleh : blogrozran

Saya Sarankan Anda Baca Juga



0 comments :

Post a Comment