Bila kita melihat deretan bendera yang dikibarkan dari berpuluh-puluh bangsa di atas tiang, maka terlintas di hati kita bahwa masing-masing warna atau gambar yang terdapat di dalamnya mengandung arti, nilai, dan kepribadian sendiri-sendiri, sesuai dengan riwayat bangsa masing-masing. Demikian pula dengan bendera merah putih bagi Bangsa Indonesia. Warna merah dan putih mempunyai arti yang sangat dalam, sebab kedua warna tersebut tidak begitu saja dipilih dengan cuma–cuma, melainkan melalui proses sejarah yang begitu panjang dalam perkembangan Bangsa Indonesia.
When we see a row of flags flown from dozens of the nation on the pole, then crossed our hearts that each color or images contained therein implies, values, and personality of its own, according to the history of each nation . Similarly, the red and white flag for the nation of Indonesia. Red and white has a very deep meaning, because the colors are not just free of charge, but through such a long historical process in the development of the Indonesian nation.
Menurut sejarah, Bangsa Indonesia memasuki wilayah Nusantara ketika terjadi perpindahan orang-orang Austronesia sekitar 6000 tahun yang lalu datang ke Indonesia Timur dan Barat melalui tanah Semenanjung dan Philipina. Pada zaman itu manusia memiliki cara penghormatan atau pemujaan terhadap matahari dan bulan. Matahari dianggap sebagai lambang warna merah dan bulan sebagai lambang warna putih. Zaman itu disebut juga zaman Aditya Candra. Aditya berarti matahari dan Candra berarti bulan. Penghormatan dan pemujaan tidak saja di kawasan Nusantara, namun juga di seluruh Kepulauan Austronesia, di Samudra Hindia, dan Pasifik.
Historically, Indonesia entered the archipelago nation in the event of transfer of Austronesian people about 6000 years ago came to Indonesia of East and West through the peninsula and the Philippines. In those days people had a way of reverence or worship of the sun and moon. Sun is considered as the symbol of the moon as red and white emblem. Age is also called Aditya Chandra era. Aditya mean sun and Chandra means moon. Respect and veneration not only in the the Indonesia, but also
throughout the Austronesian islands, in the Indian Ocean, and the Pacific.
Sekitar 4000 tahun yang lalu terjadi perpindahan kedua, yaitu masuknya orang Indonesia kuno dari Asia Tenggara dan kemudian berbaur dengan pendatang yang terlebih dahulu masuk ke Nusantara. Perpaduan dan pembauran inilah yang kemudian melahirkan turunan yang sekarang kita kenal sebagai Bangsa Indonesia.
Approximately 4000 years ago there was a movement of the second, the influx of people from the ancient Indonesia Southeast Asia and then mingle with immigrants who first entered the archipelago. The combination and integration is what gave birth to a derivative which we now know as the nation of Indonesia.
Pada Zaman itu ada kepercayaan yang memuliakan zat hidup atau zat kesaktian bagi setiap makhluk hidup yaitu getah-getih. Getah-getih yang menjiwai segala apa yang hidup sebagai sumbernya berwarna merah dan putih. Getah tumbuh-tumbuhan berwarna putih dan getih (dalam Bahasa Jawa/Sunda) berarti darah berwarna merah, yaitu zat yang memberikan hidup bagi tumbuh-tumbuhan, manusia, dan hewan. Demikian kepercayaan yang terdapat di Kepulauan Austronesia dan Asia Tenggara.
On that day there was a belief that glorifies substance or substances supernatural life for every living creature that is sap-Blood. Sap-Blood that animates all life as the source of what is red and white. Plant sap and Blood white, a substance that gives life to plants, humans, and animals. Such beliefs are Austronesian Islands and Southeast Asia.
Pada permulaan masehi selama 2 abad, rakyat di Kepulauan Nusantara mempunyai kepandaian membuat ukiran dan pahatan dari kayu, batu, dan lainnya, yang kemudian ditambah dengan kepandaian mendapat pengaruh dari kebudayaan Dong Song dalam membuat alat-alat dari logam terutama dari perunggu dan besi. Salah satu hasil yang terkenal ialah pembuatan gendering besar dari perunggu yang disebut nekara dan tersebar hampir di seluruh Nusantara. Di Pulau Bali gendering ini disebut Nekara Bulan Pajeng yang disimpan dalam pura. Pada nekara tersebut diantaranya terdapat lukisan orang menari dengan hiasan bendera dan umbul-umbul dari bulu burung. Demikian juga di Gunung Kidul sebelah selatan Yogyakarta terdapat kuburan berupa waruga dengan lukisan bendera merah putih berkibar di belakang seorang perwira menunggang kerbau, seperti yang terdapat di kaki Gunung Dompu.
At the beginning of BC for 2 centuries, people in the archipelago has the skill to make carvings and sculptures of wood, stone, and other, which coupled with brilliance under the influence of culture in the Dong Song made of metal tools primarily of bronze and iron. One of the most famous being the gendering manufacture of bronze called nekara and spread almost all over the archipelago. On the island of Bali is called Nekara Month gendering Pajeng stored in the temple. In nekara Among them are paintings of people dancing with a decorative flags and banners from the feathers of birds. Similarly, in the south of Yogyakarta Gunungkidul there are grave form waruga with painting red and white flag fluttering behind an officer riding a buffalo, as found at the foot of Mount Dompu.
Sejak kapan bangsa-bangsa di dunia mulai memakai bendera sebagai identitas bangsanya? Berdasarkan catatan sejarah dapat dikemukakan bahwa awal mula orang menggunakan bendera dimulai dengan memakai lencana atau emblem, kemudian berkembang menjadi tanda untuk kelompok atau satuan dalam bentuk kulit atau kain yang dapat berkibar dan mudah dilihat dari jauh. Berdasarkan penelitian akan hasil-hasil benda kuno ada petunjuk bahwa Bangsa Mesir telah menggunakan bendera pada kapal-kapalnya, yaitu sebagai batas dari satu wilayah yang telah dikuasainya dan dicatat dalam daftar. Demikian juga Bangsa Cina di zaman kaisar Chou tahun 1122 sebelum masehi.
Since when the nations of the world began to wear the flag as the identity of the nation? Based on historical records can be argued that the beginning of the use flag starts with wearing a badge or emblem, then evolved into a sign for a group or unit in the form of leather or fabric that can fly and easily seen from a distance. Based on the results of the study will be of ancient objects is no indication that the Egyptians had used the flag on its ships, namely the boundary of an area that has been mastered and recorded in the list. Similarly, The Chinese in the time of Emperor Chou in 1122 BC.
Bendera itu terikat pada tongkat dan bagian puncaknya terdapat ukiran atau totem, di bawah totem inilah diikatkan sepotong kain yang merupakan dekorasi. Bentuk semacam itu didapati pada kebudayaan kuno yang terdapat di sekitar Laut Tengah. Hal itu diperkuat juga dengan adanya istilah bendera yang terdapat dalam kitab Injil. Bendera bagi raja tampak sangat jelas, sebab pada puncak tiang terdapat sebuah symbol dari kekuasaan dan penguasaan suatu wilayah taklukannya. Ukiran totem yang terdapat pada puncak atau tiang mempunyai arti magis yang ada hubungnnya dengan dewa-dewa. Sifat pokok bendera terbawa hingga sekarang ini.
The flag was attached to the rod and the peak there is a carving or totem, totem is attached under a piece of cloth which is a decoration. Similar forms found in ancient cultures found around the Mediterranean Sea. This was reinforced with the term flag is also contained in the Gospel. Flag for kings seem very obvious, because on top of the pole there is a symbol of power and mastery of the conquests. Carved totem poles are on top or have magical meaning in connection with the gods. The nature of the subject brought up to the present flag.
Pada abad XIX tentara napoleon I dan II juga menggunakan bendera dengan memakai lambang garuda di puncak tiang. Perlu diingat bahwa tidak semua bendera mempunyai arti dan ada hubungannya dengan religi. Bangsa Punisia dan Yunani menggunakan bendera sangat sederhana yaitu untuk kepentingan perang atau menunjukkan kehadiran raja atau opsir, dan juga pejabat tinggi negara. Bendera Yunani umumnya terdiri dari sebuah tiang dengan kayu salib atau lintang yang pada puncaknya terdapat bulatan. Dikenal juga perkataan vaxillum (kain segi empat yang pinggirnya berwarna ungu, merah, atau biru) digantung pada kayu silang di atas tombak atau lembing.
In the nineteenth century Napoleon I and II soldiers also used the flag with the emblem eagle at the top of the pole. Keep in mind that not all flag has meaning and nothing to do with religion. Nation Phoenicians and Greeks used simple flag is for the benefit of war or indicate the presence of the king or the officer, as well as state officials. Flag of Greece generally consists of a pole with a cross or a latitude which at its peak there were spheres. Also known sayings vaxillum (rectangular fabric edges are purple, red, or blue) hung on a wooden cross at the top of the spear or javelin.
Ada juga yang dinamakan labarum yang merupakan kain sutra bersulam benang emas dan biasanya khusus dipakai untuk Raja Bangsa Inggris menggunakan bendera sejak abad VIII. Sampai abad pertengahan terdapat bendera yang menarik perhatian yaitu bendera “gunfano” yang dipakai Bangsa Germania, terdiri dari kain bergambar lencana pada ujung tombak, dan dari sinilah lahir bendera Prancis yang bernama “fonfano”.
There are also called labarum which is silk embroidered with gold thread and usually be reserved for the King The British use the flag since the eighth century. Until medieval flags are of interest to the flag "gunfano" Germania Nation used, consisting of pictorial cloth badge on the cutting edge, and from this was born the French flag called "fonfano".
Bangsa Viking hampir sama dengan itu, tetapi bergambar naga atau burung, dikibarkan sebagai tanda menang atau kalah dalam suatu pertempuran yang sedang berlangsung. Mengenai lambang-lambang yang menyertai bendera banyak juga corak ragamnya, seperti Bangsa Rumania pernah memakai lambang burung dari logam, dan Jerman kemudian memakai lambang burung garuda, sementara Jerman memakai bendera yang bersulam gambar ular naga.
Vikings almost the same as that, but picture a dragon or a bird, flown as a sign of victory or defeat in an ongoing battle. Regarding the symbols that accompany many shades flag manifold, such as the Nation Romania had taken the bird emblem of the metal, and then use the German eagle emblem, while Germany put a flag embroidered dragon.
Tata cara pengibaran dan pemasangan bendera setengah tiang sebagai tanda berkabung, kibaran bendera putih sebagai tanda menyerah (dalam peperangan) dan sebagai tanda damai rupanya pada saat itu sudah dikenal dan etika ini sampai sekarang masih digunakan oleh beberapa Negara di dunia.
And installation procedure for raising the flag at half mast as a sign of mourning, as the flutter of a white flag in surrender (in war), and as a sign of peace apparently at that time already known and this ethic is still used by some countries in the world.
Pada abad VII di Nusantara ini terdapat beberapa kerajaan. Di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan pulau-pulau lainnya yang pada hakikatnya baru merupakan kerajaan dengan kekuasaan terbatas, satu sama lainnya belum mempunyai kesatuan wilayah. Baru pada abad VIII terdapat kerajaan yang wilayahnya meliputi seluruh Nusantara yaitu Kerajaan Sriwijaya yang berlangsung sampai abad XII. Salah satu peninggalannya adalah Candi Borobudur , dibangun pada tahun 824 Masehi dan pada salah satu dindingnya terdapat “pataka” di atas lukisan dengan tiga orang pengawal membawa bendera merah putih sedang berkibar. Kata dwaja atau pataka sangat lazim digunakan dalam kitab jawa kuno atau kitab Ramayana. Gambar pataka yang terdapat pada Candi Borobuur, oleh seorang pelukis berkebangsaan Jerman dilukiskan dengan warna merah putih. Pada Candi Prambanan di Jawa Tengah juga terdapat lukisan Hanoman terbakar ekornya yang melambangkan warna merah (api) dan warna putih pada bulu badannya. Hanoman = kera berbulu putih. Hal tersebut sebagai peninggalan sejarah di abad X yang telah mengenal warna merah dan putih.
In the seventh century in Indonesia there are several kingdoms. In Java, Sumatra, Borneo, and other islands in essence a new empire with limited powers, the other one does not have any territorial unity. Only in the eighth century there were kingdoms whose territory covers the entire archipelago of the Kingdom of Srivijaya which lasted until the twelfth century. One legacy is the Borobudur Temple, built in 824 AD, and on one wall there is a "banner" at the top of the painting with three bodyguards carrying red and white flag was flying. Dwaja word or banner is very commonly used in the book or books of the ancient Javanese Ramayana. Banner images contained on Borobuur temple, by the German painter painted with red and white. In the Prambanan temple in Central Java are paintings representing Hanuman burnt his tail red (fire) and white in his fur. Hanuman = white fluffy monkey. It is a historical relic in the X century who had known red and white.
Prabu Erlangga, digambarkan sedang mengendarai burung besar, yaitu Burung Garuda yang juga dikenal sebagau burung merah putih. Denikian juga pada tahun 898 sampai 910 Raja Balitung yang berkuasa untuk pertama kalinya menyebut dirinya sebagai gelar Garuda Muka, maka sejak masa itu warna merah putih maupun lambang Garuda telah mendapat tempat di hati Rakyat Indonesia.
Erlangga King, depicted riding a large bird, the Garuda bird, also known as the red and white bird. Denikian also in the year 898 to 910 King Balitung ruling for the first time identifies himself as Garuda Advance title, since that time the red and white emblem of Garuda has captured the hearts of people of Indonesia.
Kerajaan Singosari berdiri pada tahun 1222 sampai 1292 setelah Kerajaan Kediri, mengalami kemunduran. Raja Jayakatwang dari Kediri saat melakukan pemberontakan melawan Kerajaan Singosari di bawah tampuk kekuasaan Raja Kertanegara sudah menggunakan bendera merah – putih , tepatnya sekitar tahun 1292. Pada saat itu tentara Singosari sedang dikirim ke Semenanjung Melayu atau Pamelayu. Jayakatwang mengatur siasat mengirimkan tentaranya dengan mengibarkan panji – panji berwarna merah putih dan gamelan kearah selatan Gunung Kawi. Pasukan inilah yang kemudian berhadapan dengan Pasukan Singosari, padahal pasukan Singosari yang terbaik dipusatkan untuk menghadang musuh di sekitar Gunung Penanggungan. Kejadian tersebut ditulis dalam suatu piagam yang lebih dikenal dengan nama Piagam Butak. Butak adalah nama gunung tempat ditemukannya piagam tersebut terletak di sebelah selatan Kota Mojokerto. Pasukan Singosari dipimpin oleh R. Wijaya dan Ardaraja (anak Jayakatwang dan menantu Kertanegara). R. Wijaya memperoleh hadiah sebidang tanah di Desa Tarik, 12 km sebelah timur Mojokerto. Berkibarlah warna merah – putih sebagai bendera pada tahun 1292 dalam Piagam Butak yang kemudian dikenal dengan piagam merah – putih, namun masih terdapat salinannya. Pada buku Paraton ditulis tentang Runtuhnya Singosari serta mulai dibukanya Kerajaan Majapahit dan pada zaman itu pula terjadinya perpaduan antara Ciwaisme dengan Budhisme.
Singosari kingdom was established in the year 1222 until 1292 after the kingdom of Kediri, suffered a setback. Jayakatwang King of Kediri as a rebellion against the Empire under power Singosari King Kertanegara already using the red flag - white, precisely around the year 1292. At that time Singosari troops being sent to the Malay Peninsula or Pamelayu. Jayakatwang maneuver to send troops to hold up the banner - white and red flag towards the southern Gunung Kawi gamelan. Force is then faced with Singosari troops, but the troops concentrated Singosari best to confront the enemy in the vicinity of Mount Penanggungan. Genesis is written in a charter which is better known as the Charter Butak. Butak discovery is the name of the mountain where the charter is located in the southern city of Mojokerto. Singosari forces led by R. Wijaya and Ardaraja (son and daughter Jayakatwang Kertanegara). R. Wijaya the prize piece of land in the village of Tarik, 12 km east Mojokerto. Fluttering red - white flag in 1292 as the Charter Butak charter that became known as red - white, but there are still copies. In a book written about the collapse Singosari Paraton and began opening the kingdom of Majapahit and at that time also the combination of Ciwaisme with Buddhism.
Demikian perkembangan selanjutnya pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, menunjukkan bahwa putri Dara Jingga dan Dara Perak yang dibawa oleh tentara Pamelayu juga mangandung unsur warna merah dan putih (jingga=merah, dan perak=putih). Tempat raja Hayam Wuruk bersemayam, pada waktu itu keratonnya juga disebut sebagai keraton merah – putih, sebab tembok yang melingkari kerajaan itu terdiri dari batu bata merah dan lantainya diplester warna putih. Empu Prapanca pengarang buku Negarakertagama menceritakan tentang digunakannya warna merah – putih pada upacara kebesaran Raja Hayam Wuruk. Kereta pembesar – pembesar yang menghadiri pesta, banyak dihiasi merah – putih, seperti yang dikendarai oleh Putri raja Lasem. Kereta putri Daha digambari buah maja warna merah dengan dasar putih, maka dapat disimpulkan bahwa zaman Majapahit warna merah – putih sudah merupakan warna yang dianggap mulia dan diagungkan. Salah satu peninggalan Majapahit adalah cincin warna merah putih yang menurut ceritanya sabagai penghubung antara Majapahit dengan Mataram sebagai kelanjutan. Dalam Keraton Solo terdapat panji – panji peninggalan Kyai Ageng Tarub turunan Raja Brawijaya yaitu Raja Majapahit terakhir. Panji – panji tersebut berdasar kain putih dan bertuliskan arab jawa yang digaris atasnya warna merah. Hasil penelitian panitia kepujanggaan Yogyakarta berkesimpulan antara lain nama bendera itu adalah Gula Kelapa . dilihat dari warna merah dan putih. Gula warna merah artinya berani, dan kelapa warna putih artinya suci.
Similarly, further developments in the heyday of the Majapahit Kingdom, showed that the daughter Dara Iingga and Dara Perak were taken by soldiers Pamelayu also contain elements in red and white (red = orange, and silver = white). King Hayam Wuruk dwelling place, at that time his palace also referred to as the red palace - white, because the wall that circles the empire was composed of red brick and white plaster floor. Prapanca masters Negarakertagama author tells about the use of the color red - white oversized king Hayam Wuruk ceremony. Train magnifier - Magnifying who attended the party, many decorated with red - white, like that driven by the Daughters of the king Lasem. Train daughter Daha maja fruit painted red with a white base, it can be concluded that the Majapahit era red color - white is a color that is considered noble and exalted. One of the relics of the Majapahit was red and white rings which as story liaison between Majapahit and Mataram as a continuation. In the Solo Palace there are banners - banners relics Kyai Ageng Tarub derivatives namely Raja Brawijaya the last king of Majapahit. Flag - the banner is based on a white cloth and bearing Arabic Java underlined it in red. The results of the study committee concluded Yogyakarta poets such as flag name is Coconut Sugar. views of the red and white colors. Sugar means bold red and white palm is holy.
Di Sumatra Barat menurut sebuah tambo yang telah turun temurun hingga sekarang ini masih sering dikibarkan bendera dengan tiga warna, yaitu hitam mewakili golongan penghulu atau penjaga adat, kuning mewakili golongan alim ulama, sedangkan merah mewakili golongan hulu baling. Ketiga warna itu sebenarnya merupakan peninggalan Kerajaan Minang pada abad XIV yaitu Raja Adityawarman. Juga di Sulawesi di daerah Bone dan Sopeng dahulu dikenal Woromporang yang berwarna putih disertai dua umbul – umbul di kiri dan kanannya. Bendera tersebut tidak hanya berkibar di daratan, tetapi juga di samudera , di atas tiang armada Bugis yang terkenal. Bagi masyarakat Batak terdapat kebudayaan memakai ulos semacam kain yang khusus ditenun dengan motif tersendiri. Nenek moyang orang Batak menganggap ulos sebgai lambang yang akan mendatangkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta membawa arti khusus bagi yang menggunakannya. Dalam aliran animisme Batak dikenal dengan kepercayaan monotheisme yang bersifat primitive, bahwa kosmos merupakan kesatuan tritunggal, yaitu benua atas dilambangkan dengan warna merah dan benua bawah dilambangkan dengan warna hitam. Warna warna ketiga itu banyak kita jumpai pada barang-barang yang suci atau pada hiasan-hiasan rumah adat. Demikian pula pada ulos terdapat warna dasar yang tiga tadi yaitu hitam sebagai warna dasar sedangkan merah dan putihnya sebagai motif atau hiasannya. Di beberapa daerah di Nusantara ini terdapat kebiasaan yang hampir sama yaitu kebiasaan memakai selendang sebagai pelengkap pakaian kaum wanita. Ada kalanya pemakaian selendang itu ditentukan pemakaiannya pada setiap ada upacara – upacara, dan sebagian besar dari moti-motifnya berwarna merah dan putih.
In West Sumatra, according to a legend that has been handed down to the present day still flew the flag with three colors, namely black prince or a group representing indigenous guard, yellow represents the class teachers, while the red represents the class of upstream blades. The three colors were actually a relic Minang kingdom in the XIV century, King Adityawarman. Also in Sulawesi in the area formerly known as Bone and Sopeng Woromporang white with two flags - flags on the left and right. The flag is not just a fly on the mainland, but also in the ocean, on the mast of the famous Bugis fleet. For the Batak culture are wearing ulos special kind of fabric woven with a pattern of its own. The ancestors of the Batak people think ulos sebgai symbol that will bring physical and spiritual well-being as well as carrying a special meaning for those who use it. In a stream known as animism Batak beliefs that are primitive monotheism, that the cosmos is a unity of the trinity, which the continent is represented in red and the continents symbolized by the color black. Color third color that many of us have encountered the sacred items or custom home decorations. Similarly, in ulos there are three basic colors was black as the base color is red and white, while the motive or jewelry. In some areas of the archipelago, there are habits that almost the same habit of wearing a scarf as a complement to dress women. There are times when the use of the scarf is determined to use every ceremony - the ceremony, and most of motivational motives are red and white.
Ketika terjadi perang Diponegoro pada tahun 1825-1830 di tengah – tengah pasukan Diponegoro yang beribu – ribu juga terlihat kibaran bendera merah – putih, demikian juga di lereng – lereng gunung dan desa – desa yang dikuasai Pangeran Diponegoro banyak terlihat kibaran bendera merah – putih. Ibarat gelombang samudera yang tak kunjung reda perjuangan Rakyat Indonesia sejak zaman Sriwijaya, Majapahit, putra – putra Indonesia yang dipimpin Sultan Agung dari Mataram, Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten, Sultan Hasanudin, Sisingamangaraja, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, Pangeran Antasari, Pattimura, Diponegoro dan banyak lagi putra Indonesia yang berjuang untuk mempertahankan kedaulatan bangsa, sekalipun pihak penjajah dan kekuatan asing lainnya berusaha menindasnya, namun semangat kebangsaan tidak terpadamkan.
When the Diponegoro war in 1825-1830 in the middle - middle Diponegoro the thousands - thousands were also seen flutter red flag - white, as well as on the slopes - the mountain and the village - a village dominated much visible flutter of Prince Diponegoro red flag - white. Like the waves of the ocean unabated struggle Rakyat Indonesia since the era of Sriwijaya, Majapahit, son - son of Indonesia led by Sultan Agung of Mataram, Sultan Ageng Tirtayasa of Banten, Sultan Hasanudin, Sisingamangaraja, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, Prince Antasari, Pattimura, Diponegoro and more Indonesian men who fought to defend the sovereignty of the nation, although the colonizers and other foreign forces trying to suppress it, but the spirit of nationality are not snuffed out.
Pada abad ke 20 perjuangan Bangsa Indonesia makin terarah dan menyadari akan adanya persatuan dan kesatuan perjuangan menentang kekuatan asing, kesadaran berbangsa dan bernegara mulai menyatu dengan timbulnya gerakan kebangsaan Budi Utomo pada 1908 sebagai salah satu tonggak sejarah.
In the 20th century the struggle of the Indonesian nation increasingly focused and aware of the unity and struggle against foreign powers, awareness of the state and nation begin to blend with the emergence of nationalist movements Budi Utomo in 1908 as one of the milestone.
Kemudian pada tahun 1922 di Yogyakarta berdiri sebuah perguruan nasional Taman Siswa dibawah pimpinan Suwardi Suryaningrat. Perguruan itu telah mengibarkan bendera merah putih dengan latar dasar warna hijau yang tercantum dalam salah satu lagu antara lain : Dari Barat Sampai ke Timur, Pulau-pulau Indonesia, Nama Kamu Sangatlah Mashur Dilingkungi Merah-putih. Itulah makna bendera yang dikibarkan Perguruan Taman Siswa.
Then in 1922 in Yogyakarta national park stands a college student led Suwardi Suryaningrat. Education has raised the red flag with white backlight green base contained in one of the songs include: Till West to East, Indonesia islands, surrounded Mashur Your Name It Red and white. That is the meaning of the flag that flew at Taman Siswa University.
Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.
When the war in Aceh, fighters - fighters in Aceh have used the flag of war in the form of banners in red and white, on the back of the image is applied swords, crescent moon, sun, and stars as well as some verses of the Quran.
Para mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia yang berada di Negeri Belanda pada 1922 juga telah mengibarkan bendera merah – putih yang di tengahnya bergambar kepala kerbau, pada kulit buku yang berjudul Indonesia Merdeka. Buku ini membawa pengaruh bangkitnya semangat kebangsaan untuk mencapai Indonesia Merdeka.
The students who are members of the Association of Indonesia is located in the Netherlands in 1922, also has raised the red flag - the white buffalo head in the middle picture, the leather book called Indonesia Merdeka. This book brings the influence of the rise of the spirit of nationalism in order to achieve an independent Indonesia.
Demikian seterusnya pada tahun 1927 berdiri Partai Nasional Indonesia dibawah pimpinan Ir. Soekarno yang bertujuan mencapai kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Partai tersebut mengibarkan bendera merah putih yang di tengahnya bergambar banteng.
So forth in 1927 established the Indonesian Nationalist Party led by Ir. Soekarno aimed at achieving independence for the Indonesian nation. The party flag red white bull in the middle picture.
Kongres Pemuda pada tahun 1928 merupakan detik yang sangat bersejarah dengan lahirnya “Sumpah Pemuda”. Satu keputusan sejarah yang sangat berani dan tepat, karena kekuatan penjajah pada waktu itu selalu menindas segala kegiatan yang bersifat kebangsaan. Sumpah Pemuda tersebut adalah tidak lain merupakan tekad untuk bersatu, karena persatuan Indonesia merupakan pendorong ke arah tercapainya kemerdekaan.
Youth Congress in 1928 was a very historic second birth "Youth Pledge". A history of a very brave decision and the right, as an occupying power in that time is always oppressive of all activities of a nationality. Youth Pledge is nothing more than a determination to unite, because the unity of Indonesia is a driving force towards achieving independence.
Pada kongres tersebut untuk pertama kalinya digunakan hiasan merah – putih tanpa gambar atau tulisan, sebagai warna bendera kebangsaan dan untuk pertama kalinya pula diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
At the congress for the first time used a red ornament - white with no pictures or writings, as the color of national flag for the first time and also played the national anthem Indonesia Raya.
Pada saat kongres pemuda berlangsung, suasana merah – putih telah berkibar di dada peserta, yang dibuktikan dengan panitia kongres mengenakan “kokarde” (semacam tanda panitia) dengan warna merah putih yang dipasang di dada kiri. Demikian juga pada anggota padvinder atau pandu yang ikut aktif dalam kongres menggunakan dasi berwarna merah – putih. Kegiatan pandu, suatu organisasi kepanduan yang bersifat nasional dan menunjukkan identitas kebangsaan dengan menggunakan dasi dan bendera merah – putih.
At the youth congress took place, the atmosphere is red - was fluttering in the chest white participants, as evidenced by the congress organizers wearing "kokarde" (a kind of sign of the committee) with red and white mounted on the left chest. Similarly, the members padvinder or scout who participated actively in Congress to use a red tie - white. Activities scout, a scout organization which is national and national identity by using a tie and a red flag - white.
Perlu disadari bahwa Polisi Belanda (PID) termasuk Van der Plass tokohnya sangat ketat memperhatikan gerak – gerik peserta kongres, sehingga panitia sangat berhati-hati serta membatasi diri demi kelangsungan kongres. Suasana merah putih yang dibuat para pandu menyebabkan pemerintah penjajah melarang dilangsungkannya pawai pandu, khawatir pawai bisa berubah menjadi semacam penggalangan kekuatan massa.
Need to know that the Dutch Police (PID) including Van der Plass characters are very strict notice of motion - movements congress participants, so the committee to be very careful and limit ourselves to the continuity of Congress. Red and white atmosphere that made the scout led the colonial government banned the holding scout parade, parade worry could turn into a kind of mass mobilization force.
Pengibaran Bendera Merah-putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya dilarang pada masa pendudukan Jepang, karena ia mengetahui pasti bahwa hal tersebut dapat membangkitkan semangat kebangsaan yang nantinya menuju pada kemerdekaan. Kemudian pada tahun 1944 lagu Indonesia Raya dan Bendera Merah-putih diizinkan untuk berkibar lagi setelah kedudukan Jepang terdesak. Bahkan pada waktu itu pula dibentuk panitia yang bertugas menyelidiki lagu kebangsaan serta arti dan ukuran bendera merah-putih.
Red-white flag hoisting and national anthem Indonesia Raya banned during the Japanese occupation, because he knew for sure that it can evoke the spirit of nationalism that will lead to independence. Then in 1944 the song Indonesia Raya and the Red-white flag allowed to fly again after Japan's desperate position. Even at that time also formed a committee tasked with investigating national anthem as well as the significance and size of the red-white flag.
Detik-detik yang sangat bersejarah adalah lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Setelah pembacaan teks proklamasi, baru dikibarkan bendera merah-putih, yang kemudian disahkan pada 18 Agustus 1945. Bendera yang dikibarkan tersebut kemudian ditetapkan dengan nama Sang Saka Merah Putih.
Seconds is a very historic birth of the Republic of Indonesia on August 17, 1945. After reading the text of the proclamation, the new red-white flag was raised, which is then passed on August 18, 1945. The flag that was hoisted was then defined as the Saka Merah Putih.
Kemudian pada 29 September 1950 berkibarlah Sang Merah Putih di depan Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan Bangsa Indonesia oleh badan dunia.
Then on 29 September 1950 flew the Red and White in front of the United Nations in recognition of Indonesian sovereignty and independence.
Bendera merah-putih mempunyai persamaan dengan bendera Kerajaan Monako, yaitu sebuah Negara kecil di bagian selatan Prancis, tapi masih ada perbedaannya. Bendera Kerajaan Monako di bagian tengah terdapat lambang kerajaan dan ukurannya dengan perbandingan 2,5 : 3, sedangkan bendera merah putih dengan perbandingan 2 : 3 (lebar 2 meter, panjang 3 meter) sesuai Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1958. Kerajaan Monako menggunakan bendera bukan sebagai lambang tertinggi karena merupakan sebuah kerajaan, sedangkan bagi Indonesia bendera merah putih merupakan lambang tertinggi.
Red flags and white flags have similarities with the Principality of Monaco, a small country in the south of France, but still there is a difference. Flag of the Principality of Monaco in the middle there is a symbol of royal and size with the ratio of 2.5 to 3, while the red and white flag with a ratio of 2: 3 (width 2 meters long, 3 meters) per Government Regulation No.. 40 in 1958. Principality of Monaco using the flag is not a symbol of supreme because it is an empire, while the Indonesian red-white flag is a symbol of the highest.
0 comments :
Post a Comment