Dalam budaya Jawa diajarkan bahwa untuk menghasilkan sesuatu yang baik maka proses awal penciptaan juga harus baik dan dengan restu Tuhan sebagai Sang Maha pencipta. Demikian pula dengan proses hubungan seksual yang tujuan utamanya adalah menghasilkan keturunan. Untuk mendapatkan keturunan yang baik dalam segala hal, kehadirannya di sunia ini haruslah melalui niat awal yang baik serta proses hubungan seksual yang benar dan tepat. Untuk dapat berhubungan seksual dengan baik maka dibutuhkan pengetahuan mengenai segala hal tentang seks. Pengetahuan mengenai hubungan seksual sangat dibutuhkan karena akan berhubungan dengan kehidupan selanjutnya. Jika prosesnya sudah salah, maka akibat yang ditimbulkan akan buruk, bukan hanya bagi anak yang dihasilkan tetapi bagi keseimbangan serta keselarasan kehidupan ini. Kesalahan dalam proses berhubungan seksual dalam budaya Jawa dikenal dengan istilah kama salah. Maka untuk mencegah terjadinya kama salah manusia harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai tata cara hubungan seksual
In Javanese culture are taught that in order to produce something better then the original process of creation should also be good and with the blessing of Almighty God as the creator. Similarly, the sexual process whose sole purpose is to produce offspring. To get a good descent in every way, his presence in this Sunia be through initial intentions were good and the process of sexual relations is right and proper. To be able to have sex with both the necessary knowledge on everything about sex. Knowledge of sexual relations is needed because it will relate to the next life. If the process is wrong, then the consequences will be bad, not only for children but for the resulting balance and harmony of life. Errors in the process of sexual intercourse in Javanese culture known as karma salah. So to prevent karma one man should have sufficient knowledge about the manner of intercourse.
Dengan pengetahuan yang memadai maka diharapkan orang dapat berpikir lebih jauh mengenai hubungan seksual sehingga tidak melakukannya dengan sembarangan karena akibatnya sangat fatal bagi keberlangsungan hidup umat manusia dan keselarahan hubungannya dengan alam sekitar tempat manusia hidup. Akibat yang fatal tersebut muncul pada keadaan masyarakat sekarang dimana banyak orang mulai melakukan hubungan seks tanpa mengindahkan norma serta etika yang berakibat pada munculya masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat sepeti pemerkosaan, semakin banyak anak-anak terlantar hingga terjadinya peningkatan kriminalitas.
With adequate knowledge, it is expected people to think more about sex so it does not do so in vain because the result is fatal for the survival of mankind and consistent of relationship with nature around where people live. Fatal consequences appear on the state of today's society where many people start having sex without regard to norms and ethics resulting in appear of problems in people's lives a case of rape, a growing number of abandoned children to an increase in crime.
Dalam kasanah budaya Jawa terdapat ajaran atau pedoman moral, nilai dan kaidah bagaimana cara melakukan hubungan seks yang benar dan tepat, sebagaimana dalam Serat Nitimani berikut cuplikan-cuplikan yang berkaitan dengan Ajaran dimaksud :
In Java, there are cultural treasures doctrine or moral compass, values and norms of how to have sex is right and proper, as in the following Nitimani serat nitimani footage relating to the Doctrine meant:
Lamun tandhing, marsudya ing tyas ening, namrih ering, kang supadi tan kajungking. (pupuh 2)
Apabila sedang bertanding, usahakanlah hati tetap hening, agar konsentrasi tetap terjaga, supaya tidak terkalahkan.
When it is playing, try to remain silent heart, that concentration is maintained, so as not invincible.
Yang dimaksud dengan “bertanding” dalam hal ini adalah analogi dari persetubuhan.
The definition of "play" in this case is analogous to copulation.
Yen sembrana, den prayitna sampun lena, lamun ina, sayek amanggih weda. (pupuh 2)
Apabila ceroboh, waspadalah jangan sampai lengah, sungguh sangat menyakitkan.
If careless, be careful not to be complacent, it is very painful.
Kata ceroboh maksudnya adalah dalam konteks persetubuhan agar tetap waspada di dalam melakukan hubungan seksual sehingga tidak mengalami hal-hal yang tidak diharapkan.
Careless word means in the context of sexual intercourse is to remain vigilant in sexual intercourse so as not to experience things that are not expected.
Lamun cuwa, sampun kawiscareng netya, wrananana, ing suka dhanganing karsa, kang supadya, datan manggih dirgama. (pupuh 2)
Apabila tidak puas, janganlah terlihat di wajah, tutupilah, dengan wajah yang ceria, supaya, tidak mendapat kesulitan.
If not satisfied, do not look at the face, covering it with a cheerful face, so that, no trouble.
Tidak puas yang dimaksud disini, masih dalam konteks hubungan seksual yaitu keadaan dimana salah satu pihak belum mencapai titik kepuasan atau orgasme.
Not content in question here, still in the context of a sexual relationship that is a state where one of the parties have not reached a point of satisfaction or orgasm.
Lamun gela, jroning nala sampu daga, sengadiya, langkung condong ing wardaya, pamrihira, kang pinanduk tan legawa. (pupuh 2)
Apabila kecewa, janganlah membrontak dalam hati, niatilah, untuk lebih berlapang dada, dengan harapan, agar ketidakpuasan tidak berlarut-larut.
When upset, do not broke in the heart, keep nice, to more tolerant, in the hope, that dissatisfaction is not protracted.
Kecewa dalam ungkapan ini masih dalam konteks hubungan seksual dan tidak mencapai kepuasan.
Disappointed in this phrase is in the context of sexual relationships and achieve satisfaction.
Lamun lingsem, ing gunem aja katingkem, lamun amem, yekti katara ing klecem. (pupuh 2)
Apabila terjerat rasa malu, janganlah membisu, karena bila berdiam diri, niscaya akan terlihat di wajah.
If caught in a shame, do not mute, because if silence, will be seen on the face.
Ketika seorang laki-laki mengalami kegagalan di dalam berhubungan seksual karena hal-hal tertentu, maka disitulah dia akan merasa sangat malu.
When a man fails in sexual intercourse because of certain things, so that's where he would feel very embarrassed.
Lamun harda, sampun dadra murang krama, mrih widada, pakartine kang utama. (pupuh 2)
Apa bila punya keinginan, janganlah lepas kendali menerjang etika, agar selamat, utamakanlah sikap luhur.
What if have the desire, nor out of control crashing ethics, to survive, keep always in noble attitude.
Keinginan maksudnya adalah dalam hal ingin melakukan hubungan seksual maka jangan sampai lepas kendali, harus tetap memperhatikan etika.
The point is in terms of the desire to have sex then do not get out of hand, should still pay attention to ethics.
Yen anglaras, penggagas aja sampun kabrangas, dimen awas, ing pamawas datan tiwas. (pupuh 2)
Jika sedang menikmati sesuatu, janganlah kesadaran terlena, agar tetap siaga, kewaspadaan tak akan tiwas.
If you're enjoying something, do not be lulled consciousness, in order to stay alert, vigilance will not bad ending.
Maksudnya adalah jika sedang berada dalam kenikmatan berhubungan seksual, kewaspadaan dan kesadaran diri haruslah tetap dijaga, supaya tidak menemui tiwas atau maut.
That is if the pleasure is in sexual intercourse, awareness and self-awareness must be maintained, so as not to see bad ending or death.
Yen cecegah, den betah gonira ngampah, nganggah-anggah, yeku pakarti luamah. (pupuh 2)
Selama mengendalikan diri, bersabarlah menahan hawa nafsu, lepas diri tanpa kendali, merupakan prilaku serakah.
During the self-controlled, patient abstinence, loose yourself without control, a greedy behavior.
0 comments :
Post a Comment