B.6. Lea Strength
1 lea = 120 yads. Lea Strength adalah kekuatan tarik 120
yards benang yang digulung dalam 80 untaian (panjang untaian +/- 120 yds/ 80/2
= 0,75 yds), diukur dalam lbs.
Makin tinggi nilai Lea Strength, berarti benang makin baik.
B.7. Imperfection (ketidak
sempurnaan)
Ketidak sempurnaan atau ke tidak rataan benang adalah total
jumlah thin (tipis), thick (tebal) dan neps (benjolan) dalam ukuran tertentu
dalam 1000 meter benang.
B.8. Thin places (benang
tipis).
Thin places adalah suatu tempat pada bagian benang yang
mengalami pengecilan -50% dari rata rata diameter benang seharusnya.
B.9. Thick palece (benang tebal).
Thick places adalah suatu tempat pada bagian benang yang
mengalami penebalan 50% lebih dari rata- rata diameter nya.
B.10. Neps (butiran benjolan)
Nep adalah adanya pembesaran 200% lebih dari diameter rata-
rata benang yang terjadi pada suatu titik bagian benang dengan panjang minimal
1 mm. Neps sering disebabkan oleh terbawanya kumpulan waste fiber yang
terkumpul pada daerah yang dilewati benang. Dengan demikian. Cara mengatasi
neps paling utama adalah dengan meningkatkan kebersihan mesin.
Makin sedikit jumlah TOTAL
IMPERFECTION, berarti benang tersebut makin baik.
Berikut ini standard total imperfection yang dianjurkan
untuk masing- masing jenis proses pembuatan benang:
Imperfections
|
Ring- spun- yarn
|
Rotor- spun- yarns
|
Thin places
|
-50%
|
-50%
|
Thick places
|
+50%
|
+50%
|
Neps
|
+200%
|
+280%
|
B.11. Uster% (U%).
Uster% adalah ukuran ketidak rataan sliver/roving atau
benang. Nilainya adalah variasi dalam berat (grams) pada tiap satuan panjang.
Makin rendah nilai U%, berarti benang makin baik.
B.12. Ketidak rataan U%.
(Uster Eveness in%/ UE%)
Ini adalah ukuran prosentasi variasi dari KETIDAK SEMPURNAAN
(imperfection) dari sehelai benang.
Makin rendah UE% sehelai benang, berarti makin baiklah ia.
B.13. Derajat bulu (Degree
of Hairiness/ dH).
Derajat bulu adalah berapa banyak bulu (yaitu serat yang
keluar dari badan benang) seukuran 1 mm atau lebih dalam satu meter benang.
Hairiness 3,5 artinya dalam satu meter benang tersebut
terdapat rata- rata 3,5 helai bulu yang memiliki ukuran 1 mm lebih.
Dalam laborat hasil kanjian, derajat bulu diukur lebih
teliti dan dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: Kelompok 1 mm.
Kelompok 2 mm
Kelompok 3 mm
Kelompok 4 mm, dan
Kelompok 5 mm.
Untuk mesin air jet loom, standart benang setelah dikanji, derajat bulu 3 mm sebaiknya jangan lebih
dari 5 pcs/ meter.
Bila bulu 3 mm ternyata jumlahnya lebih dari 5 pcs / meter,
berarti covering factornya tidak cukup (penganjian jelek), dan akan menyebabkan banyak stop pakan.
B.14. Variasi Derajat Bulu
(sH).
Standart deviasi sH adalah nilai dari variasi derajat bulu.
Dalam satu batch, yang terdiri dari beberapa kelompok mesin dan beberapa
kelompok spindle dinilai variasi jumlah bulu permeternya. Makin kecil sH nya
berarti makin bagus benang tersebut.
B.14.1 Hubungan antara nomer benang dengan derajat
bulu.
Makin besar jumlah serat dalam bidang melintang benang
dengan twist yang tetap, akan makin banyak bulu yang mencuat dari permukaan
benang. Maka makin besar suatu benang, makin banyak pula bulunya.
B.15. Elongation% (Daya Mulur)
Daya mulur adalah kemampuan sehelai benang untuk mulur
dibanding dengan panjang aslinya.
Elongation 10%, artinya benang tersebut dapat ditarik sampai
panjangnya lebih 10% dari panjang aslinya sampai benang tersebut putus.
Daya mulur ini ditentukan atas dasar pemakaian dan
permintaan customer. Pabrik Rajut biasanya menentukan specifikasi. mulur yang
lebih disbanding pabrik tenun.
B.16. Classimat Fault.
Classimat fault adalah rata- rata nilai keseluruhan
(summary) dari random test (uji petik)
terhadap 23 type pengujian pada laboratorium spinning terhadap suatu produk
benang dengan menggunakan Uster Classimat System.
Tiap- tiap pabrik spinning akan menentukan criteria
penilaian mana yang akan dipakai sebagai standart kualitas pabrik tersebut.