Rebo Wekasan diyakini sebagai hari turunnya 320.000 balak atau bencana (dalam referensi lain 360.000 malapetaka dan 20.000 bahaya). Sehingga, sebagian masyarakat yang meyakini mitos ini, diwajibkan untuk mawas diri dengan menggelar ritual.
Sementara pada masyarakat Kejawen, menggelar ritual-ritual khusus di tempat yang dikeramatkan di daerahnya masing-masing. Seperti yang dituturkan Maksum, asal Mojokerto.
Warga Dusun Telogo Gede, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Mojokerto ini mengatakan, ritual-ritual khusus dalam budaya Jawa Kuno, bermacam-macam cara sesuai dengan kepercayaan masing-masing daerah. Ada yang menggelar selamatan tumpeng di tempat yang dikeramatkan dan sebagainya.
"Di desa saya ada sumur tua yang dikeramatkan ketika hari Rebo Wekasan. Tapi ritual itu sudah lama tidak dilakukan, karena dikhawatirkan mengarah pada kemusyrikan. Sekarang ya diganti dengan tradisi Islam, yaitu menggelar salat sunnah penangkal bala' dan membagi-bagi sedekah kepada fakir miskin," ujar Maksum.
Dia juga menegaskan, tradisi ritual Rebo Wekasan itu juga ada hikmahnya juga, meski tidak ada dasar atau ayat-ayat Alquran yang menjelaskan masalah tersebut, bahkan Nabi Muhammad juga tidak pernah mengajarkan pada ummatnya untuk meyakini hal itu.
"Terlebih lagi tahun ini, Rebo Wekasan jatuh tepat di malam Tahun Baru 2014. Artinya, perayaan tahun baru nanti tidak perlu digelar berlebihan. Mendekatkan diri kepada Allah itu jauh lebih baik ketimbang hura-hura yang tidak penting. Selanjutnya, percaya atau tidak Wallahu 'alam, segalanya berpulang pada yang ghoib," pungkasnya.(src)
Sementara pada masyarakat Kejawen, menggelar ritual-ritual khusus di tempat yang dikeramatkan di daerahnya masing-masing. Seperti yang dituturkan Maksum, asal Mojokerto.
Warga Dusun Telogo Gede, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Mojokerto ini mengatakan, ritual-ritual khusus dalam budaya Jawa Kuno, bermacam-macam cara sesuai dengan kepercayaan masing-masing daerah. Ada yang menggelar selamatan tumpeng di tempat yang dikeramatkan dan sebagainya.
"Di desa saya ada sumur tua yang dikeramatkan ketika hari Rebo Wekasan. Tapi ritual itu sudah lama tidak dilakukan, karena dikhawatirkan mengarah pada kemusyrikan. Sekarang ya diganti dengan tradisi Islam, yaitu menggelar salat sunnah penangkal bala' dan membagi-bagi sedekah kepada fakir miskin," ujar Maksum.
Dia juga menegaskan, tradisi ritual Rebo Wekasan itu juga ada hikmahnya juga, meski tidak ada dasar atau ayat-ayat Alquran yang menjelaskan masalah tersebut, bahkan Nabi Muhammad juga tidak pernah mengajarkan pada ummatnya untuk meyakini hal itu.
"Terlebih lagi tahun ini, Rebo Wekasan jatuh tepat di malam Tahun Baru 2014. Artinya, perayaan tahun baru nanti tidak perlu digelar berlebihan. Mendekatkan diri kepada Allah itu jauh lebih baik ketimbang hura-hura yang tidak penting. Selanjutnya, percaya atau tidak Wallahu 'alam, segalanya berpulang pada yang ghoib," pungkasnya.(src)
0 comments :
Post a Comment