Nomor hp para penjaja cinta kini berpeluang diburu para pelanggan lelaki hidung belang karena:
Kementerian Sosial (Kemensos) memulai program penutupan seluruh lokalisasi pelacuran di seluruh Indonesia. Selasa (28/5), Mensos bersama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, lokalisasi Tambak Asri atau Kermil di Surabaya ditutup.
Tak hanya menutup lokalisasi di Kermil, Kemensos juga memberi bantuan Rp 1.575.300.000 sebagai pengganti tempat usaha. Uang sebesar itu, akan digunakan untuk membangun pasar sosial di daerah tersebut. Sehingga, para mucikari dan PSK di daerah Kermil tidak kehilangan mata pencarian mereka.
Sesuai rencana, di tahun 2013 ini, Kemensos dan Pemprov Jawa Timur akan menutup 21 lokalisasi yang ada di seluruh Jawa Timur. Di antaranya, tiga lokasi di Surabaya, tujuh di Malang dan 11 di Banyuwangi.
Menteri Sosial, Salim Segaf Aljufri saat menghadiri acara penutupan lokalisasi Kermil mengatakan, penutupan sejumlah lokalisasi ini tidak spontan, melainkan perlu ada proses yang harus dilakukan, yaitu melalui pendekatan terpadu.
"Perlu pendekatan terpadu ini, untuk menuntaskan penutupan lokalisasi di seluruh tempat, sehinga tidak menimbulkan masalah baru," ujarnya.
Untuk mengatasi dampak sosial yang akan mencul pascapenutupan lokalisasi, Kemensos juga memberi bantuan berupa tali asih Rp 3 juta kepada masing-masing PSK, selain bantuan pembangunan pasar sosial di area lokalisasi, yaitu sekitar Rp 1,5 miliar lebih.
Sementara dari data Direktorat Rehabilitasi Tuna Sosial Kemensos, jumlah PSK di Jawa Timur sekitar 7.793 orang yang tersebar di 47 lokasi. Jumlah ini merupakan jumlah terbanyak dari seluruh lokalisasi di Tanah Air, yaitu sekitar 41.374 PSK di tahun 2012.
Salim juga mengakui, menutup lokalisasi memang tidak semudah membalik telapak tangan. Dia mencontohkan, saat melakukan penutupan lokalisasi Kramat Tunggak di Jakarta dan Saritem di Bandung, ada dampak sosial dari penutupan dua lokalisasi itu.
Sejumlah Pekerja Seks Komersial (PSK) di kedua tempat itu, justru beroperasi secara mandiri di jalan-jalan. Nah, kata Salim, agar masalah itu tidak terjadi di Surabaya, maka perlu ada pendekatan-pendekatan secara persuasif dan manusiawi.
"Penutupan itu tidak bisa dilakukan secara represif. Untuk itu, peran serta masyarakat dan pemerintah setempat sangat penting. Sebab ada nilai-nilai kearifan lokal dapat menyelesaikan permasalahan sosial," ujarnya.
Salim mengungkap, pihaknya tidak memungkiri kalau persoalan prostitusi ini juga menjadi tradisi turun temurun dan merupakan satu mata rantai di dunia asusila. Apalagi, persoalan prostitusi tidak lepas dari peran mucikari atau germo, sehingga saling kait mengkait.
"Adanya lokalisasi ini, menjadi salah satu penyebab terjangkitnya penyakit berbahaya berupa HIV/AIDS," kata Salim.(sumber)
Kementerian Sosial (Kemensos) memulai program penutupan seluruh lokalisasi pelacuran di seluruh Indonesia. Selasa (28/5), Mensos bersama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, lokalisasi Tambak Asri atau Kermil di Surabaya ditutup.
Tak hanya menutup lokalisasi di Kermil, Kemensos juga memberi bantuan Rp 1.575.300.000 sebagai pengganti tempat usaha. Uang sebesar itu, akan digunakan untuk membangun pasar sosial di daerah tersebut. Sehingga, para mucikari dan PSK di daerah Kermil tidak kehilangan mata pencarian mereka.
Sesuai rencana, di tahun 2013 ini, Kemensos dan Pemprov Jawa Timur akan menutup 21 lokalisasi yang ada di seluruh Jawa Timur. Di antaranya, tiga lokasi di Surabaya, tujuh di Malang dan 11 di Banyuwangi.
Menteri Sosial, Salim Segaf Aljufri saat menghadiri acara penutupan lokalisasi Kermil mengatakan, penutupan sejumlah lokalisasi ini tidak spontan, melainkan perlu ada proses yang harus dilakukan, yaitu melalui pendekatan terpadu.
"Perlu pendekatan terpadu ini, untuk menuntaskan penutupan lokalisasi di seluruh tempat, sehinga tidak menimbulkan masalah baru," ujarnya.
Untuk mengatasi dampak sosial yang akan mencul pascapenutupan lokalisasi, Kemensos juga memberi bantuan berupa tali asih Rp 3 juta kepada masing-masing PSK, selain bantuan pembangunan pasar sosial di area lokalisasi, yaitu sekitar Rp 1,5 miliar lebih.
Sementara dari data Direktorat Rehabilitasi Tuna Sosial Kemensos, jumlah PSK di Jawa Timur sekitar 7.793 orang yang tersebar di 47 lokasi. Jumlah ini merupakan jumlah terbanyak dari seluruh lokalisasi di Tanah Air, yaitu sekitar 41.374 PSK di tahun 2012.
Salim juga mengakui, menutup lokalisasi memang tidak semudah membalik telapak tangan. Dia mencontohkan, saat melakukan penutupan lokalisasi Kramat Tunggak di Jakarta dan Saritem di Bandung, ada dampak sosial dari penutupan dua lokalisasi itu.
Sejumlah Pekerja Seks Komersial (PSK) di kedua tempat itu, justru beroperasi secara mandiri di jalan-jalan. Nah, kata Salim, agar masalah itu tidak terjadi di Surabaya, maka perlu ada pendekatan-pendekatan secara persuasif dan manusiawi.
"Penutupan itu tidak bisa dilakukan secara represif. Untuk itu, peran serta masyarakat dan pemerintah setempat sangat penting. Sebab ada nilai-nilai kearifan lokal dapat menyelesaikan permasalahan sosial," ujarnya.
Salim mengungkap, pihaknya tidak memungkiri kalau persoalan prostitusi ini juga menjadi tradisi turun temurun dan merupakan satu mata rantai di dunia asusila. Apalagi, persoalan prostitusi tidak lepas dari peran mucikari atau germo, sehingga saling kait mengkait.
"Adanya lokalisasi ini, menjadi salah satu penyebab terjangkitnya penyakit berbahaya berupa HIV/AIDS," kata Salim.(sumber)
0 comments :
Post a Comment