Gerakan 969 di Myanmar menjadi simbol anti muslim yang ditakuti umat Islam di negeri itu. Gerakan ini dipimpin oleh seorang biksu radikal berusia 46 tahun bernama Wirathu.
Meski gerakan 969 dikendalikan oleh biksu garis keras tapi mereka didukung oleh kalangan luas, baik di pemerintahan dan akar rumput. Gerakan ini berkembang dan tumbuh di masyarakat bawah, seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (27/6).
"Dengan membiarkan kami memberi ceramah-ceramah untuk melindungi agama dan ras kami, saya nilai mereka mendukung kami," kata Wimala, biksu 969.
Perwakilan dari Asosiasi Muslim Birma di Kota Yangon, Myo Win, menyadari hal serupa.
"Gerakan anti muslim terus tumbuh dan pemerintah tidak menghentikannya," kata Myo Win, seorang guru muslim. Dia juga menyebut 969 sama dengan kelompok ekstrem Ku Klux Klan di Amerika Serikat.
Logo 969 kini paling dikenal di Myanmar. Logo itu berbentuk lingkaran cakra dengan empat singa Asia di bagian tengahnya menggambarkan keturunan Budha Ashoka. Sticker berlogo 969 ini kerap dibagikan gratis saat ceramah-ceramah. Sticker ini juga ditempel di berbagai tempat dan benda-benda seperti pintu toko, pintu rumah, taksi, kios cinderamata.
Umat Buddha dan segala yang mendukung 969 beralasan Wirathu hanya bermaksud melindungi dan menyebarkan agama negara, Budhha. Wirathu mulai menyebarkan gerakan 969 pada 2001 ketika Taliban menghancurkan patung Budhha di Bamiyan, Afganistan. Dua tahun kemudian Wirathu ditangkap dan divonis penjara 25 tahun karena menyebarkan pamflet anti muslim yang memicu kerusuhan hingga menewaskan sepuluh muslim.
Pada 2011 dia dibebaskan ketika ada amnesti bagi para tahanan politik. Sejak tahun lalu gerakan 969 makin meluas di Myanmar dengan tujuan memboikot muslim di seluruh negeri.
Gerakan 969 merupakan tandingan dari angka 786 yang menjadi simbol umat muslim Myanmar. Angka 786 sering terlihat di rumah-rumah dan toko-toko umat muslim. Angka itu menjadi simbol berkah bagi umat Islam. Angka 786 itu diartikan "Bismillahirrahmanirrahim" atau "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyanyang". Di Myanmar yang selalu mengagumi angka keramat semacam itu, umat Buddha menilai jumlah angka 786 itu berarti rencana dominasi muslim di abad ke-21.
Sebagian kalangan Buddha meyakini arti kebenaran angka itu. Tradisi dan keyakinan muslim di sana melarang mereka mengunjungi restoran Buddha. Umat muslim juga mendominasi sektor usaha kecil dan menengah (UKM).(src)
Meski gerakan 969 dikendalikan oleh biksu garis keras tapi mereka didukung oleh kalangan luas, baik di pemerintahan dan akar rumput. Gerakan ini berkembang dan tumbuh di masyarakat bawah, seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (27/6).
"Dengan membiarkan kami memberi ceramah-ceramah untuk melindungi agama dan ras kami, saya nilai mereka mendukung kami," kata Wimala, biksu 969.
Perwakilan dari Asosiasi Muslim Birma di Kota Yangon, Myo Win, menyadari hal serupa.
"Gerakan anti muslim terus tumbuh dan pemerintah tidak menghentikannya," kata Myo Win, seorang guru muslim. Dia juga menyebut 969 sama dengan kelompok ekstrem Ku Klux Klan di Amerika Serikat.
Logo 969 kini paling dikenal di Myanmar. Logo itu berbentuk lingkaran cakra dengan empat singa Asia di bagian tengahnya menggambarkan keturunan Budha Ashoka. Sticker berlogo 969 ini kerap dibagikan gratis saat ceramah-ceramah. Sticker ini juga ditempel di berbagai tempat dan benda-benda seperti pintu toko, pintu rumah, taksi, kios cinderamata.
Umat Buddha dan segala yang mendukung 969 beralasan Wirathu hanya bermaksud melindungi dan menyebarkan agama negara, Budhha. Wirathu mulai menyebarkan gerakan 969 pada 2001 ketika Taliban menghancurkan patung Budhha di Bamiyan, Afganistan. Dua tahun kemudian Wirathu ditangkap dan divonis penjara 25 tahun karena menyebarkan pamflet anti muslim yang memicu kerusuhan hingga menewaskan sepuluh muslim.
Pada 2011 dia dibebaskan ketika ada amnesti bagi para tahanan politik. Sejak tahun lalu gerakan 969 makin meluas di Myanmar dengan tujuan memboikot muslim di seluruh negeri.
Gerakan 969 merupakan tandingan dari angka 786 yang menjadi simbol umat muslim Myanmar. Angka 786 sering terlihat di rumah-rumah dan toko-toko umat muslim. Angka itu menjadi simbol berkah bagi umat Islam. Angka 786 itu diartikan "Bismillahirrahmanirrahim" atau "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyanyang". Di Myanmar yang selalu mengagumi angka keramat semacam itu, umat Buddha menilai jumlah angka 786 itu berarti rencana dominasi muslim di abad ke-21.
Sebagian kalangan Buddha meyakini arti kebenaran angka itu. Tradisi dan keyakinan muslim di sana melarang mereka mengunjungi restoran Buddha. Umat muslim juga mendominasi sektor usaha kecil dan menengah (UKM).(src)
0 comments :
Post a Comment