Ads 468x60px

Friday, April 19, 2013

Ronggowarsito ever Taught part 2

III. Rame ing gawe.

Effort and hard work.


 Pedoman hidup yang ketiga, yaitu hidup manusia yang dihiasi daya-upaya dan kerja keras.

The third rule of life, that human life is decorated power-effort and hard work.

Tidak ada sahabat yang melebihi (ilmu) pengetahuan Tidak ada musuh yang berbahaya dan pada nafsu jahat dalam hati sendiri Tidak ada cinta melebihi cinta orang tua kepada anak-anaknya Tidak ada kekuatan yang menyamai nasib, karena kekuatan nasib tidak tertahan oleh siapapun”.
(Ayat 5, Bagian II Kitab Nitiyastra).

No friends that exceeds (science) No knowledge is a dangerous enemy and the evil desires within the heart itself There is no love more than loving parents to their children No power equal fate, because fate is not restrained by the power of anyone ".


  …. Karana riwayat muni, ikhtiar iku yekti, pamilihe reh rahayu, sinambi budi daya, kanthi awas lawan eling, kang kaesthi antuka parmaning suksma.

(Pupuh 10, Kalatidha)


…. Karena cerita orang tua mengatakan, ikhtiar itu sungguh-sungguh, pemilih jalan keselamatan, sambil berdaya upaya disertai awas dan ingat, yang dimaksudkan mendapat kasih sayang Tuhan.
 Menerima takdir sebagai keputusan terakhir, tidak berarti mengesampingkan ikhtiar sebagai permulaan daripada usaha.

.... Because the story of the parents said that effort in earnest, voters road safety, while helpless efforts with caution and remember, that meant get love God.

  Accept destiny as a final decision, by no means ruled out as a beginning rather than business endeavor.


4. Kuneng lingnya Ramadayapati, angandika Sri Rama Wijaya, heh bebakal sira kiye, gampang kalawan ewuh, apan aria ingkang akardi, yen waniya ing gampang, wediya ing kewuh, sabarang nora tumeka, yen antepen gampang ewuh dadi siji, ing purwa nora ana.

(Tembang Dandanggula, Serat Rama)



Haria sehabis haturnya Ramadayapati (Hanoman), bersabdalah Sri Rama : Hai, kau itu dalam permulaan melakukan kewajiban, ada gampang dan ada sukar, itu adalah (Tuhan) yang membuat. Kalau berani akan gampang; takut akan yang sukar, segala sesuatu tidak akan tercapai. Bila kau perteguh hatimu, gampang dan sukar menjadi satu, (itu) tidak ada, tidak dikenal dalam permulaan (usaha).

Haria after saying Ramadayapati (Hanuman), was Sri Rama said: Hey, you're doing it in the beginning of the obligation, there is no easy and difficult, it is (God) makes. If you dare to be easy; fear is difficult, everything will not be achieved. When you re-affirmed your heart, easy and hard to be one, (it) does not exist, is not known in the beginning (the business).

Demikianlah, takdir yang akan datang kelak tidak seharusnya menghentikan usaha manusia. Niat yang tidak baik adalah niat “mencari yang mudah, menghindari yang sukar”. Semua kesukaran atau tugas harus dihadapi dengan keteguhan hati. “Rame ing gawe” dan “Rawe-rawe rantas malang-malang putung” adalah semangat usaha yang lahir dari keteguhan hati itu.
(Pupuh ke empat adalah cuplikan dari serat Rama, yang ditulis oleh Ki Yosadipura.1729-1801)

Thus, the fate that will come later should not stop human endeavor. Good intentions are not intentions "looking for an easy, avoiding the difficult". All difficulty or task to be faced with courage. "Rame ing gawe " and "Rawe-rawe rantas malang-malang putung" is born of the spirit of enterprise that determination.


IV. Mawasdiri:

Introspective:

Pedoman hidup yang keempat, yaitu perihal mempelajari pribadi dan jiwa sendiri; yang merupakan tugas semua mamusia hidup.

The fourth rule of life, that is about personal learning and life itself; which is the duty of all human life.

Pupuh-pupuh:

Wis tua arep apa, muhung mahasing ngasepi, supayantuk parimirmaning Hyang Suksma.

(Pupuh 8, Kalatidha)



Sudah tua mau apa, sebaiknya hanya menjauhkan diri dari keduniawian, supaya mendapat kasih sayang Tuhan.
(Nasehat agar tingkat orang yang telah berumur menunjukkan martabat)

Want what is old, you should just keep away from the world, so that a loving God.

 Jinejer neng wedhatama, mrih tan kemba kembenganing pambudi, sanadyan ta tuwa pikun, yen tan mikani rasa, yekti sepi asepi lir sepah samun, samangsaning pakumpulan, gonyak-ganyuk ngliling semi.

(Pupuh 2, Pangkur, Wedhatama)



Ajarannya termuat dalam Wedhatama, agar tak kendor hasrat usahanya memberi nasehat, (sebab) meskipun sudah tua bangka, kalau tak ketahuan kebatinan, tentulah sepi hambar bagaikan tak berjiwa, pada waktu di dalam pergaulan, kurang adat memalukan.

Teachings contained in Wedhatama, so as not to loose its desire to give advice, (because) even though it was an old fart, if unnoticed mysticism, certainly like quiet bland soulless, at the time in the association, less customary embarrassing.


 …. Pangeran Mangkubumi ing pambekanipun. Kang tinulad lan tinuri-luri, lahir prapteng batos, kadi nguni ing lelampahane, eyang tuwan kan jeng senopati, karem mawas diri, mrih sampurneng kawruh.Kawruh marang wekasing dumadi, dadining lalakon, datan samar purwa wasanane, saking dahat waskitaning galih, yeku ing ngaurip, ran manungsa punjul. (babad Giyanti)


….Pangeran Mangkubumi budi pekertinya. Yang ditiru dan dijunjung tinggi, lahir sampai batin, seperti dahulu sejarahnya, nenek tuan kanjeng senopati gemar mawas diri untuk kesempumaan ilmunya. Ilmu tentang kesudahan hidup, jadinya lelakon, tidak ragu akan asal dan kesudahannya (hidup), karena amat waspada di dalam hatinya, itulah hidup, disebut manusia lebih (dari sesamanya).
( Babad Giyanti ditulis oleh pujangga Yasadipura I. Isinya memberi contoh tentang seseorang yang selalu mawas diri, yaitu Panembahan Senopati)

Prince Mangkubumi. Who imitated and revered, birth to mind, as previously history, grandmother likes to host Kanjeng Senopati introspective knowledge to perfection. The science of life denouement, would 'lelakon', no doubt the origin and its conclusion (live), because it is very vigilant in his heart, that's life, man is called more (than others).


Mawas diri adalah usaha meneropong diri sendiri dan dengan penuh keberanian mengubah pribadinya. Maka inilah asal dan akhir dari pada keteguhan lahir dan batin.

Introspection is telescoped business myself and with the courage to change his personality. So this is the origin and end of the outer and inner fortitude.

 Laku lahir lawan batin, yen sampun gumolong, janma guna utama arane, dene sampun amengku mengkoni, kang cinipta dadi, kang sinedya rawuh”. (babad Giyanti)

Amalan lahir dan batin, bilamana sudah bersatu dalam dirinya, yang demikian itu disebut manusia pandai dan utama, karena ia sudah menguasai dan meliputi, maka yang dimaksudkan tercapai, yang dicita-citakan terkabul.

Physical and spiritual practice, when already united in him, such a clever man and called the main, because he had already mastered and cover, then reached intended, creating the desired conclusion.

Nadyan silih prang ngideri bumi, mungsuhira ewon, lamun angger mantep ing idhepe, pasrah kumandel marang Hyang Widi, gaman samya ngisis, dadya teguh timbul).” (Tembung Mijil, Dari babad Giyanti)


Meski sekalipun perang mengitari jagad, musuhnya ribuan, tetapi asal anda tetap di dalam hati, berserah diri percaya kepada Tuhan, semua senjata tersingkirkan, menjadi teguh kebal.

That even if the war around the universe, his thousands, but as long as you remain in the hearts, believing surrender to God, all weapons eliminated, be steadfast resistance.


Demikianlah ajaran Ki Ranggawarsita, yaitu mengenai empat pedoman hidup. Begitulah orang yang menggantungkan dirinya kepada kekuasaan Tuhan dan menerima tuntunan-Nya. Ia akan memiliki kepercayaan pada diri sendiri, tetapi tanpa disertai kesombongan maupun keangkaraan.

Such teachings Ranggawarsita Ki, which is about four guidelines to live. That guy who hung himself to the authority of God and receive His guidance. He will have confidence in yourself, but without the arrogance and greed.


Ki pujangga Ranggawarsito mencita-citakan pula datangnya jaman Kalasuba, yaitu jaman pemerintahan Ratu Adil Herucakra. Karena itu beliau merupakan seorang penyambung lidah rakyatnya, yang menciptakan masyarakat “panjang punjung tata karta raharja” …. “gemah ripah loh jinawi” ….loh subur kang sarwa tinandur” dimana “wong cilik bakal gumuyu.

Ki Ranggawarsito poet aspires the coming of era Kalasuba, the reign of Queen of Justice Herucakra. Therefore he is a mouthpiece of the people, who created the "panjang punjung tata karta raharja" .... "Gemah ripah loh jinawi"   loh subur kang sarwa tinandur "where" wong cilik bakal gumuyu.


Tiga hal yang pantas diperjuangkan, untuk menegakkan pemerintahan Ratu Adil; yaitu: Bila semua meninggalkan perbuatan buruk, bila ada persatuan dan bila hadir pemimpin-pemimpin negara yang tidak tercela lahir batinnya.

Three things are worth fighting for, to uphold the rule of Ratu Adil, namely: When all leaves a bad deed, if there is unity and if the present leaders of the country who do not reproach her ​​inner born.


Ninggal marang pakarti tan yukti, teteg tata ngastuti parentah, tansah saregep ing gawe, ngandhap lan luhur jumbuh, oaya ana cengil-cengil, tut runtut golong karsa, sakehing tumuwuh, wantune wus katarbuka, tyase wong sapraya kabeh mung haryanti, titi mring reh utama.
Dari Serat Sabdapranawa)



Meninggalkan perbuatan buruk, tetap teratur tunduk perintah, selalu rajin bekerja, bawahan dan atasan cocok-sesuai tak ada persengketaan, seia sekata bersatu kemauan, dari segala makhluk, sebab telah terbukalah, tujuan orang seluruh negara hanyalah kesejahteraan, faham akan arti ulah keutamaan.

Leaving bad deeds, remain subject to regular command, always diligent work, subordinates and superiors match-fit no dispute, agree together united will, of all beings, because have opened, the goal is the welfare of the whole country, meaning the act of virtue will understand.

 Ngarataning mring saidenging bumi, kehing para manggalaningpraya, nora kewuhan nundukake, pakarti agal lembut, pulih kadi duk jaman nguni, tyase wong sanagara, teteg teguh, tanggon sabarang sinedya, datan pisan nguciwa ing lahir batin, kang kesthi mung reh tama. (Tembang Dandanggula, Serat Sabdapranawa)


Merata keseluruh dunia; sebanyak-banyak pemimpin negara tak kesukaran menjalankan perbuatan kasar-halus; kembalilah seperti dahulu kala, tujuan orang seluruh negara, tetap berani sungguh, boleh dipercaya segala maksudnya, tak sekali-kali tercela lahir batinnya, yang dituju hanyalah selamat sejahtera.

Evenly throughout the world, as many heads of state-no difficulty running rough-smooth action; returned as of yore, the purpose of the entire country, still brave indeed, be trusted any means, not at all-time inner ignoble birth, which is intended only survived prosperous.


Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke alamat email. Masukkan email anda ke kolom di bawah ini:

Disponsori oleh : blogrozran

Saya Sarankan Anda Baca Juga



0 comments :

Post a Comment