Amenangi jaman edan
ewuh aya ing pambudi
Melu edan nora tahan
yen tan melu anglakoni
boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Dilalah karsa Allah
Begja-begjane kang lali
luwih begja kang eling lawan waspada”
(pupuh 7, Sent Kalatidha)
Mengalami jaman gila
sukar sulit (dalam) akal ikhtiar
Turut gila tidak tahan
kalau tak turut menjalaninya
tidak kebagian milik
kelaparanlah akhirnya
Takdir kehendak Allah
sebahagia-bahagianya yang lupa
lebih berbahagia yang sadar serta waspada”.
Experiencing the crazy times
difficult difficult (in) reasonable endeavor
Participate crazy not stand
if not also live
goto not belong
hunger was finally
God's destiny
forgotten as happy-happy
more blessed are conscious and alert ".
difficult difficult (in) reasonable endeavor
Participate crazy not stand
if not also live
goto not belong
hunger was finally
God's destiny
forgotten as happy-happy
more blessed are conscious and alert ".
Syair jaman edan, dimana manusia kehilangan dasar sikap dan perilaku yang benar.
Di dalam Serat Kalatidha, Sabda Pranawa Jati Ki pujangga melihat kesusahan yang terjadi pada jaman itu . . .
Rajanya utama, patihnya pandai dan menteri-menterinya mencita-citakan kesejahteraan rakyat serta semua pegawai-pegawainya cakap. Akan tetapi banyak kesukaran-kesukaran menimpa negeri; orang bingung, resah dan sedih pilu, serta dipenuhi rasa kuatir dan takut. Banyak orang pandai dan berbudi luhur jatuh dari kedudukannya. Banyak pula yang sengaja menempuh jalan salah . . . harga diri turun . . . akhlak merosot. Pada waktu-waktu seperti itu berbahagialah mereka yang sadar/ingat dan waspada.
Menghadapi jaman seperti itu Ki Ronggowarsito memberikan petuah-petuahnya, yaitu yang dapat disebut sebagai empat pedoman hidup.
Verse crazy times, where people lose the basic right attitude and behavior.
In the serat Kalatidha, Sabda Pranawa Jati Ki Pujangga saw trouble that occurred at that time. . .
The main king, his assistance and clever ministers aspire welfare of the people and all the servants were capable. However, many difficulties beset the country; person confused, anxious and sad melancholy, and filled with worry and fear. Many people are clever and virtuous fell from his position. Many are deliberately taking the wrong path. . . self-esteem down. . . moral degenerate. At times like that blessed are those who are aware / recall and alert.
Facing the era such Ronggowarsito give teachings, which can be named as four of life.
I. Tawakal marang Hyang Gusti Pedoman yang pertama, yaitu kepercayaan iman dan pengharapan kepada Tuhan.
The first guideline, ie trust faith and hope in God.
Pedoman inilah yang menjadi dasar hidup, perilaku dan karya manusia.
1. “Mupus papasthening takdir, puluh-puluh anglakoni kaelokan”
(pupuh 6, Kalatidha).
Menyadari ketentuan takdir, apa boleh buat (harus) mengalami keajaiban. Manusia hidup harus menerima keputusan Tuhan.
Aware of the provisions of fate, what can (should) experience the magic. Human life must accept God's decision.
2. “Dialah karsa Allah, begja-begjane kang lali, luwih becik eling lawan waspada”
(pupuh 7, Kalatidha)
Memanglah kehendak Allah, sebahagia-babagianya yang lupa, lebih bahagia yang sadar ingat dan waspada.
Manusia harus selalu menggantungkan diri kepada kehendak (karsa) Allah.
Karsa atau kehendak Allah itu seperti yang tersirat dalam ajaran agama, kitab suci, hukum-hukum alam, adat istiadat dan ajaran leluhur.
Indeed the will of God, than people who forget are happier conscious recall and alert.
Humans have always relied on the will (intention) of God.
Intention or will of God as implied in religious teachings, scriptures, laws of nature, customs and ancestral teachings.
3. Muhung mahasing ngasepi, supaya antuk parimirmaning Hyang suksma.
(pupuh 8, Kalatidha)
Sebaiknya hanya menjauhkan diri dari keduniawian, supaya mendapat kasih sayang Tuhan.
Di kala ingin mendekatkan jiwa pada Tuhan, memang pikiran dan nafsu harus terlepas dari hal keduniawian.
Should just keep away from the mundane, to get God's love.
At the time wanted to bring souls to the Lord, thoughts and desires should indeed apart from worldly concerns.
4. Saking mangunah prapti, Pangeran paring pitulung.
(pupuh 9, Kalatidha)
Pertolongan datang dari Tuhan, Tuhan melimpahkan pertolongan.
Hanya Dia, Puji sekalian alam, Gembala yang baik, yang dapat menolong manusia dalam kesusahannya. ( Mangunah : Pertolongan Tuhan, Prapti : Datang )
Help comes from the Lord, the Lord bestows help.Only He, Praise of the universe, The Good Shepherd, which can help people in distress.
5. Kanthi awas lawan eling, kang kaesthi antuka parmaning suksma.
(pupuh 10, Kalatidha)
Disertai dasar/awas dan ingat, bertujuan mendapatkan kasih sayang Tuhan.
With basic / alert and remember, aim to get the love of God.
6. Ya Allah ya Rasululah kang sifat murah lan asih.
(pupuh 11, Kalatidha)
Ya Allah ya nabi yang pemurah dan pengasih.
Ya Allah ya prophet generous and loving.
7. Badharing sapudendha, antuk mayar sawatawis, borong angga suwarga mesti martaya.
(pupuh 12, Kalatidha)
urungnya siksaan, mendapat keringanan sekedarnya, berserah diri surga berisi kelanggengan. (Pengakuan kepercayaan bahwa pada Tuhanlah letak kesalamatan manusia)
cancellation of torture, gets modest relief, surrendered heaven contains eternity. (Recognition belief that human salvation lies in God)
Pupuh-pupuh tambahan:
8. Setyakenang naya atoh pati, yeka palayaraning atapa, gunung wesi wasitane tan kedap ing pan dulu ning dumadi dadining bumi, akasa mwang; riya sasania paptanipun, jatining purba wisesa, tan ana lara pati kalawan urip, uripe tansah tungga”.
(pupuh 88, Nitisruti)
Bersumpahlah diri dengan niat memakai tuntunan (akan) mempertaruhkan nyawa, yaitu laku orang bertapa di (atas) gunung besi (peperangan) menurut bunyi petuah. Tak akan salah pandangannya terhadap segala makhluk dan terjadinya bumi dan langit serta segala isinya. Selain itu sifat Tuhan; tak ada mati, hiduppun tiada, hidupnya sudah satu dengan yang Maha suci.
(Karya sastra Nitisruti ditulis oleh Pangeran di Karangayam/Pajang, pada tahun saka atau 1591 M.
Mengenai tekad untuk mengenal Tuhan dan rahasiaNya.
Mengenal kekuasaan di balik ciptaan-Nya, karena sudah bersatu dengan Gusti-Nya.)
Swear yourself with the intention of using the guidance (to be) risked his life, the behavior of people imprisoned in the (upper) iron mountain (warfare) by sound advice. Will not be one of his views on all creatures and the earth and the sky and everything in it. All by the nature of God: there is no death, life was gone, his life is one with the Supreme sacred.
9. Sinaranan mesu budya, dadya sarananing urip, ambengkas harda rubeda, binudi kalayan titi, sumingkir panggawe dudu, dimene katarbuka, kakenan gaibing widi.
(Dari serat Pranawajati)
Syaratnya ialah memusatkan jiwa, itulah jalannya di dalam hidup, menindas angkara yang mengganggu, diusahakan dengan teliti, tersingkirkanlah perbuatan salah, supaya terbukalah mengetahui rahasia Tuhan.
(Serat Pranawajati ditulis oleh Ki R.anggawarsita ,Pupuh ini menjelaskan jalan kebatinan untuk mencapai (rahasia) Tuhan)
The requirement is to centralize the soul, that is the way in life, who disrupt the oppressive greedy, carefully cultivated, eliminated anything wrong, so be open to know the secrets of God.
10. Pamanggone aneng pangesthi rahayu, angayomi ing tyas wening, heninging ati kang suwung, nanging sejatine isi, isine cipta kang yektos”.
(Dari serat Sabda Jati)
Tempatnya ialah di dalam cita-cita sejahtera, meliputi hati yang terang, hati yang suci kosong, tapi sesungguhnya berisi, isinya cipta sejati.
Its place is in the ideals of peace, includes light heart, a pure heart empty, but actually contains, its contents true creature.
Demikianlah orang yang dikasihi Tuhan, yang selalu mencari-Nya untuk memuaskan dahaga batin. Ia akan berbahagia dan merasa tentram sejahtera; sadar akan arti hidup maupun tujuan hidup manusia. Pembawaannya rela, jujur dan sabar; pasrah, sumarah lan nanima, berbudi luhur dan teguh dihati.
Such people are beloved of God, who is always looking to quench the thirst of his mind. He will be happy and feel peaceful prosperous; aware of the meaning of life and the purpose of human life. Demeanor willing, honest and patient, submissive, docile and accepting, virtuous and steadfast hearts.
II. Eling lawan Waspada
Always remember and alert.
Pedoman yang kedua; yaitu sikap hidup yang selalu sadar-ingat dan waspada. Pedoman inilah yang menjaga manusia hingga tidak terjerumus ke dalam lembah kehinaan dan malapetaka.The second guideline, ie the attitude that life is always conscious and alert mind.
Guidance is what keeps people up to not fall into the valley of humiliation and disaster.
Pupuh-pupuh :
1. Dilalah karsa Allah, begja-begjane kang lali luwih becik kang eling lawan waspada.
(Pupuh 1, Kalatidha)
Takdir kehendak Allah, sebahagia-bahagianya yang lupa, lebih bahagia yang sadar / ingat dan waspada.
Fate will of God, as happy are forgotten, happier conscious / recall and alert.
2. Yen kang uning marang sejatining kawruh, kewuhan sajroning ati, yen tan niru nora arus, uripe kaesi-esi, yen niruwa dadi asor.
(Pupuh 8, Sabda Jati)
Bagi yang tidak mengetahui ilmu sejati bimbanglah di dalam hatinya, kalau tidak meniru (perbuatan salah) tidak pantas, hidupnya diejek-ejek, kalau meniru (hidupnya) menjadi rendah.
For those who do not know the true science was wavering in his heart, if not emulate (act one) inappropriate, life-mocked ridiculed, if mimic (his life) to be low.
3. Nora ngandel marang gaibing Hyang Agung, anggelar sekalir-kalir, kalamun temen tinemu, kabegjane anekani, kamurahaning Hyang Monon”.
(Pupuh 9, Sabda Jati)
Tidak percaya kepada gaib Tuhan, yang membentangkan seluruh alam, kalau benar-benar usahanya, mestilah tercapai cita-citanya, kebahagiaannya datang, itulah kemurahan Tuhan.
(Serat Sabda Jati adalah juga ditulis oleh pujangga Ki Ranggawarsita. Pupuh 8 membicarakan keragu-raguan hati karena melihat banyak orang menganggap perbuatan salah sebagai sesuatu yang wajar. Akan tetapi bagi yang sadar/ingat dan waspada, tuntunan Tuhan akan datang membawa kebahagiaan batin).
Do not believe in the unseen God, which spread throughout nature, that is really his business, it must achieve its goals, happiness comes, that God's mercy.
4. Mangka kanthining tumuwuh, salami mung awas eling, eling lukitaning alam, dadi wiryaning dumadi, supadi nir ing Sangsaya, yeku pangreksaning urip.
(Pupuh 83, Wedhatama)
Untuk kawan hidup, selamanya hanyalah awas dan ingat ingat akan sasmita alam, menjadi selamatlah hidupnya, supaya bebas dari kesukaran, itulah yang menjaga kesejahteraan hidup.
For comrades alive, alert and remember forever just remember sasmita nature, be saved was his life, to be free of trouble, that's what keeping welfare.
5. Dene awas tegesipun, weruh warananing urip, miwah wisesaning Tunggal, kang atunggil rina wengi, kang makitun ing sakarsa, gumelar ngalam sekalir.
(Pupuh 86, Wedhatama)
Adapun awas artinya, tahu akan tabir di dalam hidup, dan kekuasaan Hyang Maha Tunggal, yang bersatu dengan dirinya siang malam, yang meliputi segala kehendak, disegenap alam seluruhnya.
(Wedhatama ditulis oleh Pangeran Mangkunegara IV).
The alert means, know the veil in the life and power of God, who united with him day and night, which includes all the will, in all nature entirely.
Demikianlah sikap hidup yang berdasarkan “Eling lawan waspada”; yaitu selalu mengingat kehendak Tuhan sehingga tetap waspada dalam berbuat; untuk tidak mendatangkan celaka. Kehendak Tuhan mendapat dicari/ditemukan di dalam hukum alam, wahyu jatmika yang tertulis dalam kitab suci maupun karya sastra, adat-istiadat, nasehat leluhur/orang tua dan cita-cita masyarakat.
'Eling' juga berarti selalu mengingat perbuatan yang telah dilakukan, baik maupun buruk, agar 'waspada' dalam berbuat. Berkat sikap “eling lawan waspada” ini, terasalah ada kepastian dalam langkah-langkah hidup.
'Eling' also means always remember the deeds that have been done, both good and bad, in order to 'alert' in the act. Thanks to the attitude of "watchful opponent eling", it would seem there is certainty in life measures.
0 comments :
Post a Comment