Kebanyakan penderita autis mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Meski begitu, pada pertemuan beberapa tahun lalu, Simon Gregory, seorang ahli genetik molekular menjabarkan bahwa hormon oxytocin atau disebut juga hormon cinta bisa digunakan untuk membantu anak penderita autis bersosialisasi dengan lingkungannya.
Dalam sebuah penelitin yang menguji kinerja oxytocin, ahli saraf Evdokia Anagnostou dari bloorview Research Institute, Toronto, memberikan oxytocin pada satu kelompok orang dewasa yang menderita autis dan placebo untuk kelompok lainnya.
Setelah memberikan placebo dan hormon oxytocin dua kali sehari selama enam minggu, peneliti menemukan bahwa partisipan yang menggunakan semprotan oxytocin menunjukkan perilaku yang lebih baik dibandingkan dengan partisipan yang mengonsumsi placebo. peneliti juga tak melihat adanya efek samping buruk dari penggunaan oxytocin.
Tak hanya menunjukkan perilaku yang baik pada orang lain, partisipan yang menggunakan oxytocin juga memiliki kemampuan 20 persen lebih baik dalam membaca emosi dan ekspresi seseorang melalui gambar.
Meski begitu, oxytocin tak memiliki efek terhadap cara mereka berkomunikasi atau mengurangi kecenderungan perilaku obsesif-kompulsif. Anagnostou menekankan bahwa hormon oxytocin tidak untuk menyembuhkan autis.
"Kita tidak bicara soal penyembuhan autisme. Masalahnya autisme merupakan kumpulan kelainan. Kami berusaha untuk mengurangi gejalanya sedikit demi sedikit," ungkap Anagnoustu, seperti dilansir oleh Discover Magazine (01/04).
Walaupun tak bisa menyembuhkan autisme, semprotan hormon oxytocin tampaknya bisa digunakan untuk membantu anak atau penderita autis untuk bersosialisasi dan berkomunikasi lebih baik dengan lingkungan dan orang di sekitarnya.
sumber
0 comments :
Post a Comment