Suluk Gita Prabawa menceritakan seorang anak raja yang bernama Gita Prabawa dengan ditemani seorang abdi yang setia yang bernama Darma Gandhul yang tak kalah jeleknya. Setelah bertapa pangeran itu menjadi orang yang sangat pandai berdebat, pandai menulis dan pandai berhitung , tanpa guru.
Suluk Prabawa Gita tells a young king named Gita Prabawa accompanied by a faithful servant named Darma Gandhul no less ugly. Once imprisoned prince became a very clever argument, clever writing and good at math, without a teacher.
Pangeran lalu minta ijin ayahnya untuk berkelana mencari lawan untuk berdebat mengenai kawruh kasunyatan “ilmu kasunyatan” dan tentang hakikat Jalu Wanita (pria dan wanita), kelakuan dalam Asmara gama,dan terjadinya benih manusia, akhirnya Gita Prabawa mendapat lawan yang tangguh yang bernama Dewi Pujiwati.
Prince then asked his father's permission to wander about looking for opponents to argue about kawruh "kasunyatan science" and the nature of Jalu Wanita (men and women), behavior in Asmara gama and the seed of human, Gita Prabawa finally got a formidable opponent named Dewi Pujiwati.
Dalam Suluk Gita Prabawa banyak terkandung pendidikan / ajaran budi pekerti yang luhur, dan menurut kaitannya dengan tahap-tahap syariat, tarikat, hakekat dan makrifat. Dalam suluk tersebut yang ada kaitannya dengan empat tahap perjalanan manusia menuju kesempurnaan antara lain sebagai berikut :
In the Suluk Gita Prabawa plentiful education / teaching a noble character, and in relation to the stages of the Shari'a, tarikat, hakikat and makrifat. In the mysticism that has to do with the four stages of the human journey toward perfection are as follows:
Darma Wasesa Kang winarna, langkung kagyat denira aningali, Gita Prabawa dene mlebu, marang guwa Siluman, pakartine Pujiwati sang Retna Yu, Darma Wasesa aturira, dhuh dhuh sampun den lampahi.
Diceritakan darma Gandhul, sangat terkejut melihat, Gita Prabawa masuk ke dalam gua siluman, itu perbuatan Sang Retna Ayu (Pujiwati), Darma Gandhul berkata, aduhai jangan dilakukan.
Told Darma Gandhul, very surprised to see, Gita Prabawa stealth into the cave, it acts Retna Sang Ayu (Pujiwati), Darma Gandhul said, how beautiful do not do it.
Dika manjing ing jro guwa, datan wande yen keneng kyeh bilai, langkung samar weritipun, ing ngriku pangalapan, kayangane sagungipun pra lelembut, Pujiwati kinuwasa, linulutas pra dhedhemit.
Tuan masuk ke dalam gua, pasti mati, sangat berbahaya, karena angker, disitu tempat tinggal para lelembut, Pujiwati yang diberi kekuasaan, dicintai para lelembut.
Lord into the cave, must die, very dangerous, because the armature is, there is the abode of the elfs, Pujiwati which is empowered, loved the elfs.
Niku tukang pangalapan, yen wus kapal tanpa daya samenir, yen dika kalebeng ngriku, tan wande ketiwasan, boten wonten ingkang kawula tut pungkur, yen paduka tekeng pejah, kawula kantun pribadi.
Itu sering membuat orang kalap, kalau sudah kalap tanpa daya sedikitpun, jika Tuan sampai masuk ke situ, pasti mati, tidak ada yang hamba ikuti, jika Tuan sampai mati, hamba tinggal sendiri.
It often makes people go crazy, when I go crazy without power at all, if the Lord to go in there, definitely dead, no servants to follow, if the Lord to death, servant living alone.
Mendah dukane kang rama, Prabu Garbasumandha tembe wuri, Ki Gita Prabawa ambekuh, aywa kuwatir sira, lara pati iku dudu darbe ingsun, ing lohkhil makful wus ana, bilai lara lan pati.
Alangkah marahnya ayah anda Sang Prabu Garbasumandha nantinya, Ki Gita Prabawa mendengus, jangan kuwatirkan aku, mati hidup itu bukan kepunyaanku, di lohkhil makful sudah ada, celaka, sakit dan mati.
How upset your father the King Garbasumandha later, Ki Gita Prabawa snorting, do not worry about me, life is not mine to death, in lohkhil makful there, woe, sickness and death.
Suluk Prabawa Gita tells a young king named Gita Prabawa accompanied by a faithful servant named Darma Gandhul no less ugly. Once imprisoned prince became a very clever argument, clever writing and good at math, without a teacher.
Pangeran lalu minta ijin ayahnya untuk berkelana mencari lawan untuk berdebat mengenai kawruh kasunyatan “ilmu kasunyatan” dan tentang hakikat Jalu Wanita (pria dan wanita), kelakuan dalam Asmara gama,dan terjadinya benih manusia, akhirnya Gita Prabawa mendapat lawan yang tangguh yang bernama Dewi Pujiwati.
Prince then asked his father's permission to wander about looking for opponents to argue about kawruh "kasunyatan science" and the nature of Jalu Wanita (men and women), behavior in Asmara gama and the seed of human, Gita Prabawa finally got a formidable opponent named Dewi Pujiwati.
Dalam Suluk Gita Prabawa banyak terkandung pendidikan / ajaran budi pekerti yang luhur, dan menurut kaitannya dengan tahap-tahap syariat, tarikat, hakekat dan makrifat. Dalam suluk tersebut yang ada kaitannya dengan empat tahap perjalanan manusia menuju kesempurnaan antara lain sebagai berikut :
In the Suluk Gita Prabawa plentiful education / teaching a noble character, and in relation to the stages of the Shari'a, tarikat, hakikat and makrifat. In the mysticism that has to do with the four stages of the human journey toward perfection are as follows:
Darma Wasesa Kang winarna, langkung kagyat denira aningali, Gita Prabawa dene mlebu, marang guwa Siluman, pakartine Pujiwati sang Retna Yu, Darma Wasesa aturira, dhuh dhuh sampun den lampahi.
Diceritakan darma Gandhul, sangat terkejut melihat, Gita Prabawa masuk ke dalam gua siluman, itu perbuatan Sang Retna Ayu (Pujiwati), Darma Gandhul berkata, aduhai jangan dilakukan.
Told Darma Gandhul, very surprised to see, Gita Prabawa stealth into the cave, it acts Retna Sang Ayu (Pujiwati), Darma Gandhul said, how beautiful do not do it.
Dika manjing ing jro guwa, datan wande yen keneng kyeh bilai, langkung samar weritipun, ing ngriku pangalapan, kayangane sagungipun pra lelembut, Pujiwati kinuwasa, linulutas pra dhedhemit.
Tuan masuk ke dalam gua, pasti mati, sangat berbahaya, karena angker, disitu tempat tinggal para lelembut, Pujiwati yang diberi kekuasaan, dicintai para lelembut.
Lord into the cave, must die, very dangerous, because the armature is, there is the abode of the elfs, Pujiwati which is empowered, loved the elfs.
Niku tukang pangalapan, yen wus kapal tanpa daya samenir, yen dika kalebeng ngriku, tan wande ketiwasan, boten wonten ingkang kawula tut pungkur, yen paduka tekeng pejah, kawula kantun pribadi.
Itu sering membuat orang kalap, kalau sudah kalap tanpa daya sedikitpun, jika Tuan sampai masuk ke situ, pasti mati, tidak ada yang hamba ikuti, jika Tuan sampai mati, hamba tinggal sendiri.
It often makes people go crazy, when I go crazy without power at all, if the Lord to go in there, definitely dead, no servants to follow, if the Lord to death, servant living alone.
Mendah dukane kang rama, Prabu Garbasumandha tembe wuri, Ki Gita Prabawa ambekuh, aywa kuwatir sira, lara pati iku dudu darbe ingsun, ing lohkhil makful wus ana, bilai lara lan pati.
Alangkah marahnya ayah anda Sang Prabu Garbasumandha nantinya, Ki Gita Prabawa mendengus, jangan kuwatirkan aku, mati hidup itu bukan kepunyaanku, di lohkhil makful sudah ada, celaka, sakit dan mati.
How upset your father the King Garbasumandha later, Ki Gita Prabawa snorting, do not worry about me, life is not mine to death, in lohkhil makful there, woe, sickness and death.
0 comments :
Post a Comment