Ads 468x60px

Tuesday, June 4, 2013

Napak Tilas sejarah asal usul orang Jawa dan orang Kanung part 3

Masyarakat warga Kie Sang Dang melakukan janji bersama :

Wong Jawa turun-temurun sampai kapanpun akan tetap menganut kepercayaan Suci Hwuning, naluri dari leluhur Nusa Bruney bangsa Chaow (pengembara /pelarian)  dari Nusa Hainan, jaman Jamajuja 3000 tahun silam (1000 tahun sebelum nabi isa lahir), Guru-guru  Masriki seperti Laow Tze Tao, Hud Tze Buddha, Kong Tze Khonghucu juga belum lahir.

Adapun asal usul bangsa Chaow berasal dari negara China, tepi Sungai Yang Tze kiang Udhik yang di apit pegunungan Kwen Lun dan pegunungan Tang La, propinsi Ching Wai. Mereka tersebar ke selatan sampai daerah Tiongkok selatan ( 4000 an tahun silam/ 2000 tahun sebelum masehi. Melewati sisi selatan pegunungan Yun Lin, lalu melewati propinsi Yunan, propinsi Kwang Sie, propinsi Kwang Tung lalu menyeberang laut kemudian naik ke daratan Nusa Heinan, selanjutnya menyeberang masuk Nusa Bruney, menyebar menjadi bangsa-bangsa baru suku Dayak, dengan berbagai nama sesuai nama sungai-sungai di sana ( Barito, Kayan, Apokayan, Kenya, Segah, Segel, Mahan, Punan, Sampit.). Setelah menjadi orang Dayak Sampit lalu mengembara lagi menyeberangi samudera sampai Nusa Kendheng, berganti nama: Bangsa Jawa.

Di masa mendatang Orang Jawa di negara mana saja akan selalu memelihara dan melestarikan Ke Jawaanya serta seni budaya Jawa.

Orang Jawa yang menyepelekan ke-jawa-annya akan menjadi orang jawa-jawl yang tidak punya Wong Jawa sing nyingkur/nyepele ke-Jawa-ne bakal dadi wong Jawa-jawal sing ora nduwe Dhangkel lan Oyod-lajer. (tidak punya jati diri/asal usul) Uripe tansah Nglindur lan Mbangkong nganti ngaya ngayal-andupara, nguber kaendahane Jodhog-layung ing wayah surup Sandyakala.(hidupnya hanya mengejar keindahan semu).

Kakek Kie Seng Dhang memegang pemerintahan  Banjar (=desa besar) Tanjungputri genap 30 tahun, di usia  90 tahun sudah mulai uzur, pemerintahan kemudian diserahkan Putri Nie Rah Kie yang diwakili suaminya yakni : Bandhol Hang Lhe Lesy kepala Pelaut pesisir Pandhangan wilayah selatan. Saat Putri Nie Rah Kie memegang tampuk pemerintahan Banjar Tanjungputri, bandhol Hang Lhe Lesy membuat peraturan pemerintahan: Sang Putri Nie Rah Kie dikeker dipingit di dalam keraton Tamansari, tidak ada kaum lelaki yang boleh melihat sosok Sang Putri, kecuali suami dan putra-putrinya serta para Emban. Undhang-undhang itu diterapkan mulai dari Kaputren kedhaton Tanjungputri Kraga (=ngeker raga=kerraga=keraga; sekarang jadi : Kragan), melalui Emban-keparak; lalu diteruskan ke Nayakapraja-pria. 


Setelah Kie Seng Dhang wafat,abunya dikubur di dekat Tuk/ sumber air dan diberi tanda dari batu yang menonjol dan di naungi pohon beringin Brahmastana. Sebagai Leluhur (=Dhanhyang) yang jadi cikal bakal daerah tersebut, maka nama Ki Seng Dhang di junjung tinggi anak turun serta rakyatnya sebagai Dhanhyang Pundhen, dengan memperingati kata 'tuk' di semua desa dengan kata 'sendhang'. Mengambil dari nama Seng Dhang (  Sendhangmulya,Sendhangwaru, Sendanggayam dan lain-lain.

Orang-orang Tanjungputri kalau meninggal mayatnya di bakar di pantai Pandhangan, abunya di tenggelamkan di laut. Untuk mengenang Putri Nie Rah Kie dibuatlah patung emas dan diletakkan di candi Gunung Tunggul.

Pemerintahan Kraga Tanjungputri berkuasa sampai beberapa keturunan aman dami tentram tidak ada bahaya, setiap ganti pemimpin pasti memilih putri yang bijaksan keturunan Putri Nie Rah Kie; dan juga  ngeker-raga di Taman Kedhaton Tanjungputri. Wong-wong Jawa Kraga itu hidupnya bahagia,tentram damai, sebab dekat rezeki, tecukupi sandang pangan, dan perumahan,serta selalu menjunjung tinggi tata budidaya Suci Jawa Hwuning.

Dapatkan kiriman artikel terbaru langsung ke alamat email. Masukkan email anda ke kolom di bawah ini:

Disponsori oleh : blogrozran

Saya Sarankan Anda Baca Juga



0 comments :

Post a Comment