Budaya Jawa sangat kaya akan khasanah ilmu tentang kehidupan. Para leluhur mewariskan aneka macam pitutur, nasehat, pituduh, petunjuk yang hampir semuanya di kemas dalam bentuk sastra yang apik baik itu lagu ataupun tertulis dan banyak sekali yang berupa ungkapan atau peribahasa yang disampaikan secara turun temurun.
Salah satu ungkapan atau peribahasa yang sering kita dengar adalah 'bathok bolu isi madu' yang artinya:
bathok : tempurung kelapa
bolu : bolong telu atau berlubang tiga
isi madu : berisi madu
Secara bebas bisa kita terjemahkan sebagai tempurung kelapa yang sudah berlubang tiga, namun berisi madu. Padahal, pada umumnya, tempurung kelapa yang berlubang sudah kosong. Daging buahnya sudah rusak, atau habis dimakan serangga. Peribahasa ini sering digunakan untuk menggambarkan orang yang tampaknya bodoh, rendah derajatnya, ternyata memiliki ilmu pengetahuan tinggi serta kearifan yang luar biasa.
Contohnya adalah : Seringkali kita secara tidak sadar menjumpai seorang tukang becak, petani, tukang sapu, atau buruh kasar yang secara penampilan luar mungkin kita agak sedikit menyepelekan. Namun dibalik penampilan mereka yang sangat sederhana itu ternyata mereka dalam hal kasih sayang ke istri, anak, keluarga bahkan tidak hanya hubunganya dengan sesama manusia yang begitu mereka junjung tinggi dengan ahlak yang terpuji hubungan mereka dengan Tuhanpun ternyata begitu harmonis.
Sementara sebagian kita kadang merasa lebih punya derajat, pangkat, jabatan, pekerjaan yang mungkin lebih tinggi dari mereka namun ternyata menyimpan banyak kebohongan, tipuan, kepura-puraan, kemunafikan, bahkan dengan Tuhanpun kita merasa sangat jauh.
Jadi bathok bolu isi madu ini mengingatkan kita untuk selalu mawas diri jangan tertipu dengan panca indra namun tajamkan dan kedepankan selalu mata hati yang akan menuntun kita ke arah rasa tentram yang senantiasa memandang manusia lain selalu dengan kasih sayang.
Salah satu ungkapan atau peribahasa yang sering kita dengar adalah 'bathok bolu isi madu' yang artinya:
bathok : tempurung kelapa
bolu : bolong telu atau berlubang tiga
isi madu : berisi madu
Secara bebas bisa kita terjemahkan sebagai tempurung kelapa yang sudah berlubang tiga, namun berisi madu. Padahal, pada umumnya, tempurung kelapa yang berlubang sudah kosong. Daging buahnya sudah rusak, atau habis dimakan serangga. Peribahasa ini sering digunakan untuk menggambarkan orang yang tampaknya bodoh, rendah derajatnya, ternyata memiliki ilmu pengetahuan tinggi serta kearifan yang luar biasa.
Contohnya adalah : Seringkali kita secara tidak sadar menjumpai seorang tukang becak, petani, tukang sapu, atau buruh kasar yang secara penampilan luar mungkin kita agak sedikit menyepelekan. Namun dibalik penampilan mereka yang sangat sederhana itu ternyata mereka dalam hal kasih sayang ke istri, anak, keluarga bahkan tidak hanya hubunganya dengan sesama manusia yang begitu mereka junjung tinggi dengan ahlak yang terpuji hubungan mereka dengan Tuhanpun ternyata begitu harmonis.
Sementara sebagian kita kadang merasa lebih punya derajat, pangkat, jabatan, pekerjaan yang mungkin lebih tinggi dari mereka namun ternyata menyimpan banyak kebohongan, tipuan, kepura-puraan, kemunafikan, bahkan dengan Tuhanpun kita merasa sangat jauh.
Jadi bathok bolu isi madu ini mengingatkan kita untuk selalu mawas diri jangan tertipu dengan panca indra namun tajamkan dan kedepankan selalu mata hati yang akan menuntun kita ke arah rasa tentram yang senantiasa memandang manusia lain selalu dengan kasih sayang.
0 comments :
Post a Comment